Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Premium Diganti Pertalite Akal-Akalan Naikkan Harga?

19 April 2015   07:59 Diperbarui: 9 Juli 2015   07:36 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14294049391605731695

Siapa yang bisa tahu sebagai konsumen, BBM yang kita pakai adalah benar-benar RON92, RON95 atau masih RON88 yang dioplos dengan bahan lain seperti Etanol diimpor dari Amerika Selatan dengan parfum BBM dan zat pewarna tertentu ? Harga impor RON88-92-95 masing-masing jauh berbeda.

Selama ini, kita membeli BBM untuk kendaraan kita seperti membeli kucing dalam karung. Mengapa bercitra seperti itu, karena PT. Pertamina (Persero) dipemikiran sebagian besar rakyat Indonesia, adalah perusahaan yang masih doyan memelihara Mafia Migas dan Kartel BBM sampai saat ini, selanjutnya dibuktikan dengan PT. Pertamina (Persero) tidak pernah mau secara terbuka merinci komponen harga pokok beberapa jenis BBM Nasional yang dijual kepada konsumen Indonesia bahkan kepada anggota DPR-RI.

Harga BBM non Solar yang selalu naik turun karena sudah tidak ada lagi subsidi pemerintah dan sudah resmi masuk kepada harga Liberalisasi, membuat morat-maritnya kehidupan masyarakat dan senyatanya berkesan tidak adanya kendali dan peran keberadaan Pemerintah. Masyarakat atau rakyat Indonesia, menghendaki adanya Pemerintah didalam Negara Indonesia, adalah untuk mendapatkan kesetabilan ekonomi, kesetabilan transaksi keuangan dalam nilai tukar serta kesetabilan ekonomi makro-mikro. Adalah sebuah kebodohan Pemerintah, jika BBM dilepas sesuai dengan harga pasar Internasional, lalu BBM ikut juga gonjang-ganjing mengikuti irama ketidak stabilan pasar Internasional lalu fungsi Pemerintah ada dimana dan untuk apa mereka semua dibayar mahal dengan fasilitas lengkap oleh rakyat ? 

Rakyat memerlukan adanya kehadiran Pemerintahan, adalah untuk bisa dan mampu menstabilkan ekonomi negara dan mensejahterakan rakyatnya, mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyatnya, meninggikan kewibawaan bangsa dan negara. [caption id="attachment_379090" align="aligncenter" width="468" caption="Sudah saatnya dengan segala kreatifitas rakyat, membuat sendiri kendaraan Electrik"][/caption]

Perhatikan di Amerika Serikat saja, harga di konsumen sebelum Pajak, RON92 berharga (kurs 18/4/2015) Rp.7.058,- per liter ($.0,546/liter), lalu di konsumen Malaysia RON95 dijual dengan harga Rp.6.044,- per liter (RM.1.70,-/liter). Kita ketahui RON92 dan RON95 adalah setara Pertamax dan Pertamax Plus di Indonesia yang harganya Rp.9.950,-/liter . Selanjutnya apakah RON92 atau RON95 yang diimpor PT. Pertamina (Persero) sebagai Pertamax atau Pertamax Plus dari jenis yang mana ? Bisa saja Pertamax Plus sebagai RON92 dan Pertamax sebagai RON90, karena kita sebagai konsumen tidak pernah diberi kepastian dari budaya ketertutupan manajemen PT. Pertamina (Persero) selama ini. RON88 yang sudah tidak dipakai lagi dibanyak Negara, Indonesia menjualnya sebagai Premium dengan harga Rp. 7.300,-/liter. Hebatkan, rakyat Indonesia yang income per kapitanya jauh lebih kecil dari Amerika Serikat dan Malaysia, membeli BBM kualitas terendah RON88 (Premium) untuk kendaraannya dengan harga yang sangat tinggi melebihi dengan harga RON95 di Malaysia begitu juga dengan RON92 Amerika Serikat.

Ini semua bisa terjadi di Indonesia, karena Pemerintah Indonesia melakukan pembiaran adanya Kartel BBM dan Mafia Migas (Petral+dll) dengan memeras rakyatnya sendiri. Pemerintah mencari duit dari menekan dan mencekik rakyatnya sendiri. Seharusnya KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) bisa bertindak. Masih adakah KPPU di negara ini ? Pertalite sebagai pengganti Premium, kemungkinan dari jenis RON90 atau RON92 yang sudah diprasosialisasikan dengan harga yang lebih tinggi dari harga Premium sekarang (tentu diatas Rp.7.300.-/liter).

Adalah sebuah penipuan publik yang dilakukan oleh Pemerintah melalui PT. Pertamina (Persero), di Amerika Serikat, harga di konsumen sebelum Pajak, RON92 berharga Rp.7.058,- per liter, lalu di konsumen Malaysia RON95 dijual dengan harga Rp.6.044,- per liter. Malah Pertamax dijual pada harga Rp.9.950,-/liter. RON88 (Premium) seharusnya dijual paling mahal Rp. 5.600,-/liter tapi dijual Rp. 7.300,-liter.

Cintakah, berbaktikah, empatikah Pemerintahan Jokowi kepada rakyatnya ? Seterusnya sesuaikah kualitas oktan dari BBM yang kita beli seperti selama ini ? Rencana pemerintah untuk penggantian bertahap Premium kepada Pertalite akan di realisasikan pada bulan Mei 2015 mendatang. Kepercayaan rakyat yang masih rendah kepada Pemerintah, kita sebagai konsumen BBM, tidak mengetahui kepastian jenis dan kualitas terhadap Pertalite apakah RON90-92 atau masih RON88+ additive, tidakkah ini sebagai cara lain Pemerintah untuk menaikkan harga BBM didalam negeri untuk menyamakannya dengan harga BBM konsumen Internasional. Lalu ini sebagai keberhasilan tekanan Internasional agar Indonesia patuh terhadap Liberalisasi ekonomi Indonesia. Kenaikan dan penggantian jenis BBM ini, akan semakin memberatkan kehidupan mayoritas rakyat Indonesia yang sudah lama dihimpit beban berbagai harga kebutuhan hidup yang sangat mahal pada Pemerintahan Jokowi. (Ashwin Pulungan)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun