Pertanyaan kita, mungkinkah para penyerang yang mengeksekusi ke-empat preman itu berasal dari satuan anggota Kodam IV/Diponegoro ? Atau dari masyarakat biasa yang terlatih yang membenci dan resah terhadap kehadiran premanisme yang meresahkan di kota Yogyakarta selama ini ? Buktinya setelah beberapa hari peristiwa itu, banyak warga Yogyakarta yang melakukan unjuk rasa menolak premanisme yang pendatang dari luar daerah Yogyakarta. Lalu siapakah sebenarnya penyerang profesional sebanyak 17 orang itu ? Bisa juga kemungkinan kuat dari dalam Kepolisian sendiri yang melakukannya untuk menutupi dan memutus jaringan keterlibatan mereka dalam membacking para preman. Tentu para intelijen Negara bisa mengungkapnya.
Apalagi kasus ini sudah meng-Internasional serta menjadi bahan diskusi tentang sangat lemahnya penegakan hukum di Indonesia dan lemahnya perlindungan rakyat sipil dari aparat Kepolisian RI. Selanjutnya berimplikasi negatif terhadap lemahnya Negara dalam melindungi warga negaranya sendiri. Seharusnya Pemerintah menjadikan berbagai kejadian destruktif antara Polisi vs TNI sebagai momentum pembenahan segera Kepolisian RI hingga keakar-akarnya lalu dimasa depan dapat dicapai pengembalian kepercayaan seluruh rakyat Indonesia kepada Polisi kembali. (Ashwin Pulungan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H