Kenaikan harga BBM Premium dan Solar hari ini 28 Maret 2015 membuat banyak rakyat kembali terkejut, karena kenaikan itu akan diikuti dengan kepastian kenaikan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Semua rakyat kali ini terkaget-kaget dan baru kali ini, sejak Jokowi menjadi Presiden RI Indonesia mengalami gonjang-ganjing naik turun harga BBM mengikuti naik-turunnya harga minyak mentah Internasional. Kenaikan BBM sekarang ini, seperti kenaikan harga cara maling yaitu diam-diam tanpa ekspose yang luas, tiba-tiba harga BBM sudah naik. Mungkin cara kenaikan seperti ini dipandang Pemerintah sebuah strategi yang baik, padahal masyarakat akan bisa sangat bergejolak.
Budaya harga BBM di Indonesia seperti selama ini sejak (Soeharto-Sby) adalah harga selalu stabil dalam subsidi Pemerintah, sehingga struktur harga komoditi lainnya yang mudah terpengaruh dengan fluktuasi harga BBM juga lebih stabil. Kini disaat Jokowi menjadi Presiden, harga BBM turun naik dan sudah tidak ada lagi subsidi Pemerintah dengan kata lain, Presiden Jokowi mencabut SUBSIDI BBM dan menyerahkannya kepada harga pasar BBM internasional. Hal ini membuat seluruh rakyat kaget dan marah didalam hati dan belum menampakkan kemarahannnya. Hal ini dilakukan oleh Pemerintahan Jokowi, karena adanya tekanan yang kuat dari pihak Internasional yang tidak bisa ditentang oleh Presiden Jokowi sehingga BBM Nasional bobol mengikuti kehendak harga BBM Internasional. Kini, harga BBM Nasional serta Pemerintah Jokowi sudah patuh dengan keinginan Liberalisasi dan Internasionalisasi.
Adalah sangat berbeda dengan berbagai Negara lainnya yang tidak mempermasalahkan harga BBM nasionalnya seperti Indonesia. Pada Negara yang menyelaraskan harga BBM-nya dengan harga Internasional, mereka memang tidak memiliki sama sekali cadangan minyak dan gas didalam negerinya sehingga mau tidak mau mereka terpaksa mengikuti harga BBM Internasional. Akan tetapi, Negara tersebut melakukan kebijakan terpadu tentang energy alternatif serta membuat berbagai jalur transportasi umum yang sangat terjangkau oleh daya beli masyarakatnya dengan harga ticket yang stabil serta suasana yang nyaman memadai. Sehingga bagi setiap warga negaranya, tidak ada persoalan dengan transportasi pribadi, karena transportasi umum sudah sangat tersedia dan terencana matang oleh berbagai walikotanya. Makanya masyarakatnya tidak mempermasalahkan harga BBM nasionalnya. Berbeda dengan Indonesia, karena jalur transportasi umum sangat terbatas disetiap perkotaan dan selalu tidak ada perencanaan yang matang apalagi realisasinya tentang transportasi umum dari setiap Bupati dan Walikotanya, maka semua rakyat cenderung memiliki kendaraan pribadi akibatnya harga BBM menjadi penentu dan ukuran strategis terhadap biaya barang dan kebutuhan hidup lainnya. Oleh karena itu, harga BBM yang ditentukan oleh Pemerintahan Jokowi sekarang ini dengan meniadakan subsidi, akan sangat berbahaya bagi beban kehidupan masyarakat Indonesia. Penulis memastikan, jika harga BBM Premium dan Solar mencapai harga Rp.8.500 s/d Rp.9.500,-/liter (Premium ditiadakan), maka keadaan kehidupan masyarakat akan semakin memberat dan ini sungguh sangat berbahaya.
Sudah ada wacana untuk menghilangkan BBM Premium dan menggantikannya dengan Pertamax (usulan Faisal Basri yang ketua pemberantasan mafia migas itu) dan usulan ini adalah sebenarnya sangat sesuai dengan kehendak pihak asing karena pihak asing akan bisa membuka SPBU-nya segera di semua kota Indonesia bersaing langsung dengan SPBU Pertamina. Kita akan bisa menebak nantinya siapa yang kalah dan siapa pula yang menang dalam persaingan SPBU ini.
Memang saat ini, suasana perasaan marah seluruh rakyat belum terlihat dengan kenaikan harga BBM ini serta dengan meng-internasionalkan harga BBM Nasional, tapi secara psikologis, akan sangat nyata terlihat tingkat kemarahan rakyat yang terpendam. Kalau kita perhatikan dengan kenaikan harga BBM ini dengan kualitas infrastruktur jalan yang sangat buruk (jalan banyak berlobang-lobang mempersulit setiap sepeda motor) serta ancaman para begal, ini adalah mixing yang saling melengkapi amarah rakyat secara terpendam yang mendalam.
Naiknya harga BBM Nasional dan dicabut sepenuhnya subsidi Pemerintah, sebenarnya Pemerintah mendapatkan nilai lebih keuntungan yang sangat besar dari penjualan BBM. Sampai saat ini, pemerintah belum terbuka untuk menyampaikan harga pokok keekonomian produksi BBM didalam negeri dan sebagian impor BBM. Seharusnya pemerintah sudah terbuka menyampaikan harga pokok rataan antara BBM produksi dalam negeri dengan impor. Bisa saja harga Internasional yang terjadi terhadap harga BBM nasional adalah harga Kartel BBM Internasional dan ini harus dibayar oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita sangat yakin, karena sumur minyak mentah Indonesia masih banyak yang produktif dan itu juga diolah sendiri oleh Indonesia pada berbagai kilang minyak yang aktif, dipastikan harga BBM Nasional akan lebih murah dari harga BBM Internasional.
Alasan klasik yang selalu disampaikan oleh aparat Pemerintah adalah : "Dengan meningkatnya rata-rata harga minyak dunia yang masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah dalam satu bulan terakhir, maka Harga Jual Eceran BBM secara umum perlu dinaikkan. Demi menjaga kestabilan perekonomian nasional serta untuk menjamin penyediaan BBM Nasional, Pemerintah memutuskan bahwa per tanggal 28 Maret 2015 pukul 00.00," kata Wira, di Jakarta, Jumat (27/3/2015)". Itulah pernyataan Pemerintah melalui Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) IGusti Nyoman Wiratmaja. Keputusan ini diambil terutama didasarkan dinamika dan perkembangan harga minyak dunia, namun Pemerintah tetap memperhatikan kestabilan sosial ekonomi, pengelolaan harga dan logistik (liputan6.com). Pada hari ini mulai tanggal 28 Maret 2015, harga Solar dinaikkan menjadi Rp.6.900,-/liter dari harga semula Rp.6.400,-/liter dan harga Bensin Premium RON88 menjadi Rp.7.300,-/liter dari harga semula Rp.6.800,-/liter (posisi ICP US$.57/barel-WTI US$ 51,43/barel). Artinya, belum ada sebulan, kenaikan BBM sudah mencapai Rp.700,- (Rp.200 + Rp.500) sejak kenaikan tanggal 1 Maret 2015. Presiden Jokowi saat berada di Hainan-China, menyatakan, tentang kenaikan harga BBM, "tanyakan saja secara langsung kepada Menteri ESDM". Pernyataan Presiden Jokowi berkesan tidak turut campur, seolah-olah kenaikan BBM adalah wewenang dan inisiatif penuh hanya dari Menteri ESDM. Ini adalah bentuk pencitraan yang sangat buruk, berbeda sangat jauh ketika Jokowi diawal menjadi Presiden melakukan pemgumuman sendiri secara langsung pertama kalinya tentang kenaikan BBM.
Dengan kenaikan harga BBM ini, Pemerintah ingin mendapatkan dana dari harga BBM yang dibeli rakyat tanpa melalui pinjaman Internasional. Target Pemerintah untuk mendapatkan dana dari Pajak, tidak akan bisa tercapai, mengingat semakin melemahnya potensi aktifisasi produktif didalam negeri. Sudah bisa dipastikan, kenaikan harga BBM ini, akan segera disusul dengan kenaikan harga Gas, Listrik, Air, Kesehatan dan Transportasi umum-barang dan berdampak atas kenaikan semua harga kebutuhan hidup seluruh rakyat Indonesia. Maka semakin banyak rakyat yang menderita kesusahan hidup. Mau dibawa kemana Indonesia oleh Presiden Jokowi ? (Ashwin Pulungan)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H