Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana Dimasuki Iklan Busuk

1 Januari 2013   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:42 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari ini dan memasuki tahun 2013, layar para Kompasianer dihidangkan dengan iklan yang aneh-aneh dan terkadang tidak etis (ada gambar cartoon wanita minim busana) apakah itu secara formal komersial diterima oleh admin Kompasiana atau tidak, saya tidak tahu. Tapi, saya sebagai penulis di Kompasiana ini merasa terusik sensor emosi saya selama ada iklan busuk ini yang seolah-olah iklan-iklan itu menganggap kita sebagai Kompasianer adalah orang yang mudah dijebak dan ditipu. Bagaimana tidak, ada tulisan "Download Now" dan "Play Now" Powered by iMesh, apanya yang akan didownload dan diplay ? Lalu siapa sebenarnya kelompok dibelakang iMesh itu. Bagaikan beli kucing dalam karung gelap atau bagaikan beli ular dalam karung gelap. Saya yakin yang memiliki iklan tersebut menganggap kita semua di Indonesia adalah orang yang sangat awam dalam media maya dan bisa dengan mudahnya untuk ditipu dan diperdaya. Mungkin ada orang yang terjebak kedalamnya dengan mudah, akan tetapi saya tidak mau disamakan dengan orang yang telah terjebak tersebut.

[caption id="attachment_225090" align="aligncenter" width="324" caption="Iklan yang satu ini, sangat merendahkan Kompasianer"][/caption]

13570096781606577300
13570096781606577300
Inilah Iklan BUSUK Yang Masuk Dalam Perwajahan Kompasiana

[caption id="attachment_225091" align="aligncenter" width="587" caption="Apakah Iklan seperti ini juga dialami para Kompasianer ? Mungkinkah ada iklan seludupan tanpa sepengetahuan admin kompasiana ?"]

1357016295784067393
1357016295784067393
[/caption] [caption id="attachment_225095" align="aligncenter" width="587" caption="Iklan ini juga sering muncul saling bergantian dengan yang diatas. Adakah iklan seludupan ?"]
1357016733254860094
1357016733254860094
[/caption]

Saya juga heran bagaimana mungkin Kompasiana yang begitu besar dalam tanda kutip dan penulis para Kompasianer juga adalah orang-orang terhormat, bisa menerima iklan busuk seperti itu. Tidakkah admin Kompasiana bisa berbuat lebih cermat dan smart untuk menutup iklan seperti ini ? Atau memang SDM admin Kompasiana adalah bagian dari komersialisasi Iklan busuk seperti itu ? Mohon maaf kalau saya salah atas sakwa sangka yang negatif ini. Mengapa saya katakan demikian karena iklan busuk seperti itu telah berlama-lama berada pada wajah Kompasiana.com tanpa ada upaya cepat dari admin untuk menutup iklan busuk itu atau ada rasa malu yang sama dari para Kompasiner lainnya.  Atau ada penyusup iklan tanpa diketahui oleh admin kompasiana. Hebatnya iklan ini, mereka tahu posisi penempatan iklan dan tidak mengganggu komposisi iklan yang biasa di Kompasiana lainnya.

Ada lagi dengan iklan yang berpendar-pendar merah yang mengatakan saya sudah terpilih sebagai orang yang ke 1.000.000 dan terpilih untuk mendapatkan iPad dan hadiah lain-lainnya dan saya seolah dipaksa untuk meng-Klik iklan tersebut. Tentu dalam hal ini membuat saraf sensor curiga saya menjadi on dan opini saya iklan macam apa seperti ini ? Kenapa begitu mudahnya si-pemasang iklan untuk seolah memaksa saya meng-Klik setuju. Lalu mengapa sipemasang iklan sangat merendahkan saya seolah saya tergila-gila dengan hadiah yang dia iming-imingkan ? Kepada si pemasang iklan, saya adalah orang yang tidak serendah itu untuk sembarangan memenuhi kesan pemaksaan iklan busuk seperti milik anda itu.

Selanjutnya saya sampaikan koreksi kepada perwajahan Kompasiana, bahwa masih ada yang belum selesai seperti pada angka Komentar :0 selalu tidak sama dengan jumlah kolom bagian komentar yang diberikan para komentator kompasiana, begitu juga dengan "Tanggapi" banyaknya para penanggap selalu tidak berpengaruh kepada angka Tanggapi dan selalu menunjukkan tulisan "Nihil". Begitu juga pada kolom "Siapa yang menilai tulisan ini ? Para penilai selalu hanya muncul satu orang penilai saja dan lainnya yang telah memberi nilai tidak muncul.

Kepada admin Kompasiana.com saya berharap ada perhatian dan perbaikan terhadap apa yang saya sampaikan ini dan saya yakin sekali para teman Kompasianer lainnya tentu merasakan seperti apa yang saya rasakan selama berhadapan dengan iklan busuk seperti itu. (Ashwin Pulungan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun