Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayam atau Telur, Mana Lebih Dahulu ?

22 Juni 2011   22:55 Diperbarui: 19 September 2015   11:36 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun : Ashwin Pulungan

Masih banyak yang belum mengetahui atau tidak perduli bahkan para nara sumber dan tokoh bangsa, tokoh politik dan tokoh lainnya masih terus mengucapkan "Mana Yang Lebih Dahulu Ayam atau Telur ?", "Ibarat ayam dan telur mana yang lebih dahulu".

Mana yang lebih dahulu di-ciptakan Allah SWT ?
Ayam atau Telur ?

Inilah jawabannya,

Allah SWT apabila mencipta sesuatu adalah dalam kejadian yang sempurna, karena sifat Allah SWT Yang Maha Sempurna dan Maha Pencipta (QS. 12:31,51 ; 24:41 ; 25:2 ; 67:1,2,3,4,5). Seperti kejadian penciptaan manusia yang dicipta dari bahan tanah, lalu ditiup jadilah manusia (Peristiwa kejadian Ayahanda seluruh manusia Nabi Adam As.). Allah SWT untuk mencipta makhluk yang paling sempurna yaitu manusia, yang dicipta terlebih dahulu adalah wujud manusianya, bukan bibit manusianya. Begitu juga pohon dan tanaman lainnya, yang dicipta Allah SWT terlebih dahulu adalah pohonnya bukan bijinya. Karena sifat Allah SWT yang Maha Konsisten, Dia menciptakan apapun yang dikehendaki-Nya selalu yang dicipta tersebut adalah wujud akhir yang sempurna dari apa yang dikehendaki-Nya (Kunfayakun).

Kita selalu mendengar maupun membaca baik yang disampaikan oleh para pakar, pemikir maupun penulis dan para guru, pada obrolan keseharian yang sering mengatakan untuk mengungkap sesuatu yang belum pasti atau sesuatu yang belum nyata terungkap dengan sebutan kalimat  “Bagaikan/seperti ayam dengan telur” mana yang lebih dahulu. Padahal, bagi kita ummat Islam sudah pasti jawabannya adalah : yang lebih dahulu dicipta Allah SWT adalah ayam dahulu secara berpasangan (QS. 3:59 ; 6:2,143 ; 7:29 ; 10:24 ; 15:26,28,33 16:5,10,66,86 ; 30:20 ; 32:7 ; 35:11 ; 36:36 ; 39:6 ; 40:67 ; 42:11 ; 43:12 ; 51:49 ; 53:45 ; 55:14,52 ; 71:17 ; 75:39 ; 78:8). Apabila kita masih dalam keraguan mengatakan “mana yang lebih dahulu ayam atau telur” untuk menyatakan sesuatu yang belum diketahui pasti/nyata, kita sudah masuk kedalam golongan orang yang mengingkari, meragukan  dan tidak percaya kepada Allah SWT.

Orang yang beriman Islam, didalam penyampaian dan pengungkapannya, pasti ada jawabannya misalnya dengan mengatakan “Ayamlah yang terlebih dahulu dicipta oleh Allah SWT. barulah kemudian telur yang dihasilkan dari pasangan ayam tersebut".  Bagi ummat Islam, untuk pertanyaan tersebut tidak perlu ada, dan pasti ada jawabannya. Hanya manusia yang lemah akal dan belum memahami agama Islam atau manusia yang tidak beragamalah yang masih mempertanyakan mana yang lebih dahulu dicipta telur atau ayam, ayam atau telur ? (Ashwin Pulungan)

Salam Kompasiana.  Salam Kerukunan Berbangsa dan Bernegara.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun