Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Idul Adha dalam Berbangsa dan Bernegara

5 Oktober 2014   21:56 Diperbarui: 9 September 2015   06:04 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filosofi dan Semangat Idul Adha Dalam Berbangsa dan Bernegara

Oleh : Ashwin Pulungan

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahi al-hamd.

Pada saat ini, kita sebagai bangsa Indonesia berada pada zaman yang sudah kehilangan tokoh dan figur yang bisa kita teladani, kita panuti, kita contoh. Bagaimana tidak hilang, 99% dari para tokoh kita yang diangkat kepermukaan sebagai pemimpin melalui sistem pemilihan yang sangat mahal, semuanya bermasalah akhlak yang buruk (korupsi, manipulasi) sehingga menimbulkan trauma masyarakat untuk tidak mempercayai lagi apa yang dikatakan dengan pemimpin bangsa. Hal ini bisa terjadi, karena didalam masyarakat kita telah terjadi penilaian yang salah kaprah yaitu keberhasilan hidup adalah diukur dari perolehan dan pemilikan benda-benda yang dipandang mewah dan sangat mewah berupa kebendaan materi. Memang dimasyarakat kita, telah terjadi perubahan pola pikir yang tadinya mempertuhankan (mengIllahkan) Allah SWT. kepada mempertuhankan materi (benda). Inilah kesyirikan yang diadopsi dari pengaruh budaya Barat melalui segala bentuk aneka multi-media, film yang diperoleh para generasi muda kita sehingga secara tidak disadari generasi kita terhipnotis, tersandera dengan budaya penyembahan kepada berhala gaya baru yang sangat hedonistik. Dampak buruknya adalah generasi Indonesia tenggelam dalam mempertuhankan kebendaan sehingga benda mewah menjadi bahan unjuk keberhasilan dan kebanggaan, lalu untuk memperoleh kemewahan yang bersifat kebendaan itu ditempuh dalam segala cara walaupun melanggar hukum Negara yang mengabaikan dan menihilkan keberadaan Allah SWT dalam kehidupan keseharian berbangsa dan bernegara. Iman mayoritas pemimpin dan masyarakat kita lebih besar kepada meng-Imani kebendaan daripada Allah SWT.

Saat ini kita membutuhkan keteladanan yang baik dan benar dari para tokoh kita, seperti yang telah nyata terjadi dimasa lalu yaitu Nabi Ibrahim as.(alaihis salam), Nabi Ismail as. serta Nabi Muhammad SAW. Keteladanan akhlak pribadi mereka sangat sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, dikehendaki semua manusia dan mereka telah menampakkan kegigihan dalam keyakinan, kepercayaan, bahkan ke-Imanan kepada Allah SWT., sehingga keagungan mereka dituangkan dalam Firman Allah (QS.Al Mumtahanah 60:4) "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia". Momen Idul Adha atau juga sebagai Idul Qurban, kita bisa menyaksikan betapa ke-Imanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta Ibunda Siti Hajar diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat berat yaitu betapa sulitnya Nabi Ibrahim bersama istri tercinta Siti Hajar istri kedua untuk mendapatkan turunan. Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar pada usia yang sudah lanjut, sebelumnya Nabi Ibrahim telah memiliki istri pertama bernama Siti Sarah bahkan dalam periode perkawinan mereka yang juga sangat lama, belum saja dikaruniakan seorang anak. Makanya Nabi Ibrahim menikah lagi dengan Siti Hajar atas persetujuan Siti Sarah. Penantian yang cukup panjang tersebut tidak mengurangi kecintaan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar kepada Allah SWT, harapan dan doa terus saja senantiasa disampaikan dengan tulus ikhlas di-mohonkan kepada Allah SWT dengan khusnudzon dan istiqomah agar diberikan keturunan yang sholeh dengan do'a : "Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin (Tuhanku, karuniakanlah kepadaku anak yang shaleh)". Akhirnya dalam waktu tertentu Allah SWT-pun menganugrahkan kepada Nabi Ibrahim as. dan Siti Hajar seorang anak laki-laki ganteng yang sehat dan cerdas diberi nama Ismail as. Bayangkan sepasang manusia yang telah lama dalam penantian nan panjang untuk seorang keturunan, betapa sangat bahagianya Nabi Ibrahim as. bersama Siti Hajar mendapatkan putra pelanjut risalah perjuangannya sehingga tidak putus-putus rasa syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. Pada periode itu Nabi Ibrahim pergi ke kota Mekkah membawa Siti Hajar dan Ismail disekitar Bukit Safa dan Marwah. Setelah itu, Nabi Ibrahim as. pergi meninggalkan Siti Hajar dengan anaknya Ismail as. di Kota Mekkah atas perintah Allah menuju kota Palestina untuk bertemu dengan istri pertamanya ke Siti Sarah dalam periode tertentu, Siti Sarah-pun mengandung dan memperoleh anak laki-laki adiknya Ismail as. bernama Ishaq as. Ujian ke-Imanan berikutnya kembali datang kepada keluarga Nabi Ibrahim as. yaitu berupa perintah dari Allah SWT yang saat itu, tidak masuk akal sehat wajar manusia untuk menyembelih anak pertama dan tersayang, tercinta yang didambakan Ismail as. Ketika itu, Ismail sudah berumur pada kisaran 10-13 tahun sebagai anak tersayang yang bisa diajak bertukar fikiran dan berdiskusi tentang keshalehan dan umur yang mengembirakan orang tua ketika diajak bersenda gurau bersama. Nabi Ibrahim sadar ujian ini adalah sangat berat, apakah cinta kepada Allah SWT atau cinta kepada anak sendiri (pilihan yang berat amat sangat rumit). Tibalah untuk menyampaikan ujian dari Allah ini kepada istri tercinta yang sholehah dan anak tercinta yang kalimatnya ada dalam Firman Allah (QS.As-Shaffat 37:102) :"Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu !?" Sebagai anak yang sholeh yang telah dikader ayahnya Ibrahim as., Ismail as. menjawab dengan kesopanan dan agak sedih tapi dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT : "Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah, ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Ketika Nabi Ibrahim mendapatkan cobaan ujian qurban ini, Ishaq as. anak kedua, masih kecil belum bisa diajak berdiskusi seperti Ismail as. Disaat Nabi Ibrahim as. akan menyembelih Ismail as., Allah SWT menukarkannya segera dengan seekor Kibas yang sehat. Kejadian Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. ini merupakan ajang pendidikan kepada seluruh manusia bumi untuk menghilangkan pengorbanan nyawa manusia dalam persembahan ritual berhala untuk tidak lagi mempersembahkan nyawa manusia dan persembahan itu, ditukar dengan seekor hewan Kibas, Unta, Sapi. Dalam hal ini, kita semua mendapatkan inspirasi untuk mendidik anak yang harus disampaikan dengan baik kepada anak kita agar bisa menjadi generasi penerus yang senantiasa konsisten ber-Iman kepada Allah SWT.

Sebenarnya kejadian serta cerita nyata paska Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as., yang menetapkan pada setiap ibadah Haji, sandi pengorbanan di wujudkan dalam bentuk hewan berkaki empat kambing, unta, sapi, hanya melambangkan bentuk pengorbanan nyawa dan darah jiwa raga dalam wujud hewan untuk ber-Taqwa semata kepada Allah SWT. Ajaran besar yang didapat dari hikmah ini adalah seperti yang selaras dalam ucapan sholat lima waktu kita yaitu : "Innasholati wanusuki, wamahyaya, wamamati Lillahirabbil 'alamin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah semata karena Allah SWT., Tuhan seluruh alam)". Jadi surah QS.As-Shaffat 37:102 diperkuat dalam kedalam surah QS.Al-An'am 6:162) : "Katakanlah : Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam,". Karena pengorbanan merupakan lambang dalam Idul Adha ini, maka lambang ini mengajarkan kepada kita ummat Islam adalah seluruh jiwa raga, kita ikhlaskan dikorbankan untuk membaikkan alam raya menindas kejahatan dan pengrusakan alam menghalau penindasan serta penjajahan, kemunafikan diatas bumi lalu jiwa raga kita, bermanfaat bagi sesama manusia siapapun dia beserta makhluk bumi lainnya. Inilah yang dimaksud Allah SWT dengan "Rahmatan Lil alamin (menjadi manfaat bagi seluruh alam semesta)". Jika ada yang mengatakan bahwa Islam selalu membuat permasalahan menghambat kelompok minoritas (selalu ada aksi dan reaksi dipahami dulu disini), ini disebabkan gagal paham terhadap ajaran Islam dan selalu menyamaratakan yang bersifat konflik kasuistis dengan yang sebenarnya ajaran Islam.

Sebagai contoh nyata penghayatan atas semangat Idul Adha ini adalah para pejuang angkatan 1945 kita dalam memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah Belanda (Kapitalis dan Freemasonry-Zionis), mereka para pejuang telah ikhlas mengorbankan materi mereka, waktu mereka, jiwa raga mereka, hanya untuk kemerdekaan Indonesia, dalam upaya maksimal cita-cita meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia, agar anak cucu mereka bisa terbebas dari kungkungan penjajahan dan bisa setara dan sebanding bermartabat berdiri tegak dengan kewibawaan diantara bangsa-bangsa lainnya didunia. (QS.Al-Hajj 22:37) : "Daging-daging unta dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahnya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."

Dalam pengisian kemerdekaan Indonesia saat ini, kita semua yang bisa memahami semangat Idul Adha seharusnya dapat melakukan peningkatan dan penguatan keutuhan ekonomi, sosial, budaya dan politik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga semua unsur penting dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara tidak tergadaikan kepada kekuatan kapitalis asing. Kita sadari sekarang, bahwa hutang bangsa Indonesia kepada Negara kapitalis asing mencapai kisaran Rp. 3.000 Triliun, malah semua bidang penting seperti protein, perbankan, mineral/pertambangan, minyak dan gas, perkebunan dan pertanian serta distribusi perdagangan dan produksi, distribusi eceran kebutuhan rumah tangga sudah dikuasai oleh pihak asing. Selanjutnya semua bahan setengah jadi kita dan keperluan impor kita diageni oleh berbagai perusahaan calo dari Negara super kecil Singapura. Betapa rentannya kita sebagai bangsa Indonesia saat ini dalam porak porandanya akhlak bangsa. Atas kesadaran ini, marilah kita bangkit bersatu padu untuk membangun kesadaran Nasional berbangsa dan bernegara agar kita bisa bertumbuh berkembang dalam kemandirian segala bidang atas kemampuan jiwa raga kita sendiri dari seluruh potensi keterampilan anak bangsa (layaknya keberanian serta pengorbanan Nabi Ismail as.). Sehingga bangsa Indonesia menjadi tolok ukur kemajuan diantara bangsa maju lainnya.

Situasi Indonesia saat ini, adalah sangat rentan dengan permasalahan kepemimpinan serta permasalahan manajemen Negara. Sudah terjadi bentuk saling curiga mencurigai dan keretakan kebersamaan dalam kehidupan perpolitikan Nasional antara Legislatif dan Eksekutif paska Pemilu 2014. Hal ini terjadi karena egoisme serta keangkuhan individu dan kelompok yang dipamerkan selama ini (merasa dirinya paling benar sendiri, paling besar sendiri). Bagaimana kita bisa menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 ini, apakah kita siap menghadapinya ? Apalagi persiapan menuju realisasi pasar bebas 2020. Adakah renstra (rencana strategis) Pemerintah yang sudah dibuat selama ini untuk hadapi tantangan yang datangnya segera dari luar ini ? Semua tantangan yang maha besar ini, hanya dapat dihadapi dengan semangat dan filosofi Idul Adha serta keyakinan hanya kepada Allah SWT bersama ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam segala upaya do'a kepadaNYA sehingga kekuatan dan kesabaran yang tinggi didapat untuk menghadapinya serta mensolusinya. Berbahagialah semua ummat yang menjalankan semangat dan filosofi Idul Adha semoga kita ummat Islam dunia terbebaskan dari kekuatan yang selalu ingin merusak kebaikan dan manfaat ajaran Islam. (Ashwin Pulungan)

Benarkah sistem gerak sholat anda ?

Allah SWT Maha Manajer Jagad Raya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun