Mohon tunggu...
Ade Wahyudi
Ade Wahyudi Mohon Tunggu... -

Kembara Cinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bola Liar Kenakalan Remaja

25 Oktober 2015   16:46 Diperbarui: 25 Oktober 2015   18:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah ini sebuah gejala?, sekali saja meraka melakukan hal itu maka akan merangsang pada reaksi berikutnya. Bahkan bisa dipastikan akan menular ke individu lainnya. Hal ini benar-benar menjadi suatu gejala yang sulit dibendung, ditengarai poros sekolah maupun rumah bisa dipastikan tidak memberikan apa yang sejatinya mereka butuhkan. Apresiasi, pengakuan, pujian adalah kebutuhan dasar dari masing manusia setidaknya begitu Abraham Maslow menyebutkannya, ditambah lagi media untuk memperoleh hal tersebut dipastikan sangat minim atau bahkan tidak ada.

Jika saja di rumah dan di sekolah  pujian atau apresiasi bukan sesuatu yang langka mungkin perilaku vandalisme tidak separah seperti saat ini atau mungkin bahkan tidak ada. Karena kebutuhan mereka akan pengakuan dan pujian  sudah terpenuhi dari keduanya. Hal ini perlu di imbangi dengan adanya media yang dapat menampung pikiran, ide, maupun perasaan. Jika sekolah menyediakan setidaknya beberapa ruangan atau tembok untuk berkreasi sesuai dengan imajinasi siswa mungkin mereka tidak akan repot-repot menjadikan fasilitas umum sebagai media.

3. Redifine Of Guru

Masih relefankah istilah guru bagi seoarang tenaga pengajar? sebagaimana kita ketahui guru selalu dikaitkan dengan digugu dan ditiru lantas apa yang harus digugu dan ditiru oleh seorang siswa terhadap gurunya? nyatanya banyak hal-hal yang tidak bisa kita pungkiri, seorang guru banyak menampakkan sisi-sisi negatif dihadapan siswa. Sebut saja merokok, dewasa ini seperti hilang jarak antara seorang guru dan murid sehingga seorang guru begitu nyaman menghisap rokok saat berhadapan dengan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah. Maka jangan salahkan siswa jika mereka dengan mudah dan tanpa rasa bersalah meng-gugu dan meniru perilaku tersebut

Belum lagi seorang guru yang diam-diam menonton blue film -nyata terjadi- di lingkungan sekolah, apakah ini dibenarkan? apakah kemudian hal ini juga harus digudu dan ditiru?  apa yang terjadi jika seperti ini? lantas masih relefankah istilah guru untuk seorang tenaga pengajar?

Tidak aneh jika kemudian banyak sekali kasus asusila yang menjangkiti pelajar, karena bersamaan kita banyak sekali melihat berita mengenai kasus asusila yang dilakukan oleh seorang guru bahkan kepala sekolah. Bukan salah siswa jika demikian, tugas mereka adalah merekam apa yang lihat lantas menggugu dan menirunya.

Berbicara pendidikan kita tidak lepas dari faktor pengaruh. Seorang guru merupakan aktor yang menjalankan fungsi pembentukan karakter siswa, jika ada satu perilaku buruk yang dilakukannya maka tidak menutup kemungkinan energi tersebut akan mengalir pada anak didiknya.

Seharusnya seorang tenaga pendidikan bertindak sebagai sosok yang membentuk profil seorang siswa dengan kata lain ia sebagai profiler. Membentuk dan menempa profil siswa dengan energi positif yang mengalir dalam segala gerak dan ucapannya.

Jika hal ini tidak tersadarkan, atau setidaknya ada upaya untuk kearah sana maka kenakalan remaja  akan semakin ekstrim, kenakalan tersebut akan menjadi bola liar yang akan silih memberikan dampak negatif pada setiap individunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun