Usia matang tapi masih melajang?, ini benar-benar menjadi dilema tersendiri, apalagi jika menengok kawan seangkatan, hampir semuanya sudah punya momomongan. Kondisi seperti ini bukan karena saya betah melajang, atau penganut kebebasan yang mutlak, tapi lebih pada kelemahan manajemen diri, tidak adanya perencanaan terhadap masa depan. Ini terlihat dengan tidak adanya antisipasi terhadap masa depan yang saya buat, bahkan terkesan easy goinger dengan rencana berumah tangga, sehingga yang terjadi adalah arus keuangan tidak tertata dengan baik, tidak ada dana yang ter -post untuk dana pernikahan, investasi, hingga masa depan anak-anak dan lain sebagainya.
Berkaca dari kondisi tersebut, tentu saya tidak ingin terperosok kedalam lubang yang sama. Ternyata segala sesuatu butuh direncanakan agar semua berjalan dengan baik dan sesuai porsinya. Berangkat dari situ, dengan niatan ingin memastikan masa depan rumah tangga yang baik dan sejahtera saya mencoba menyambangi salah satu rekan yang kebetulan dia merupakan konsultan perencanaan keuangan. Cukup tercengang juga dengan apa yang dijabarkannya, perencanaan berumah tangga ternyata tidak sebatas mengurusi undangan, gedung resepsi, souvenir undangan dsb. Lebih dari itu rekan saya, menjabarkan bagaimana sebaiknya sebuah keluarga direncanakan dengan baik dan matang. Dari merencanakan rumah hunian, kendaraan pribadi, asuransi hingga rencana pendidikan dari anak ke-1, ke-2 dan bla..bla..bla... sudah jelas ini njlimet. Tapi saya juga sadar betul, sesuatu yang njlimet ini ternyata sangat penting dan tanggung jawab sudah pasti memundak untuk seoarang kepala keluarga.
Setelah pertemuan itu, pikiran saya jadi tidak karu-karuan ternyata selama ini banyak sekali dana yang gunakan tidak tepat sasaran dan tentu saja tanpa mempertimbangkan kebutuhan masa depan, apalagi soal asuransi yang umumnya sebagian besar masyarakat termasuk saya belum begitu mafhum dengan faedah sebuah asuransi, yang sejatinya itu merupakan pengelolaan dana yang kita posting untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Dari sekian banyak penjabaran yang disampaikan kawan saya tadi, satu hal yang sangat menggelitik benak saya, yaitu soal pendidikan anak-anak. begitu krusialnya masalah ini, karena saya selalu berkeyakinan bahwa nasib seseorang tidak lepas dari nasabnya. Sekali saja kita salah merencanakan maka entah apa yang akan terjadi pada nasib anak-anak kita kelak.
Anak adalah anugrah dari Sang Pencipta, yang melalui perantara kita mereka dilahirkan. Maka tidak ada alasan sedikitpun untuk kita tidak memastikan baginya kebaikan-kebaikan di dalam hidup mereka, termasuk didalamnya adalah pendidikan yang layak dan berkualitas, karena walau bagaimanapun mereka ada karena kita, dan mereka akan melanjutkan sejarah kehidupan yang pernah kita buat semasa hidup.
Entah terlalu dini ataukah tidak jika saya harus memikirkan hal ini, bahkan pernikahan saja masih beberapa bulan yang akan datang. Tapi tidak ada salahnya jika saya membuat sebuah perencanaan untuk anak-anak, toh tidak ada jaminan sedikitpun bahwa saya akan selalu berada dalam kondisi fisik yang prima, bahkan bisa saja sesuatu yang tidak diinginkan menimpa saya sehingga akan berdampak pada produktifas kinerja saya dalam menafkahi keluarga, maka merencanakan masa depan anak-anak sedini mungkin adalah sebuah keharusan. Sungguh, saya tidak ingin jika nasib anak-anak saya kelak memprihatinkan, hanya karena saya menutup mata pada perencanaan masa depan mereka.
Pendidikan adalah masa depan , karena pendidikan adalah gerbang bagi mereka untuk mengenal dunia. Pendidikan yang berkualitas akan menghantarkan mereka pada masa depan yang berkulaitas pula. Setiap orang tua selalu memiliki keinginan anaknya menempuh pendidikan yang baik dan berkualitas, maka bisa dipastikan akan dibutuhkan dana yang tidak sedikit pula untuk menebus kulitas pendidikan tersebut. Ini bisa kita tempuh sejak dini melalui asuransi pendidikan agar kelak kita tidak begitu terbebani dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Orang tua yang baik, hanya akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sehingga hal ini membuat saya untuk menentukan sikap dan mulai melirik asuransi pendidikan. Perkara ini menjadi perhatian tersendiri bagi saya, saya sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta, dengan sallary tidak lebih dari Rp. 10.000.000 setiap bulannya, tentu akan mencari dan memilah asuransi yang baik dan dapat disesuaikan dengan kondisi finansial yang ada. Hingga suatu hari rekan saya -konsultan- memberikan saran agar saya mempelajari AXA Mandiri.
Apapun cita-cita anak Anda, baik menjadi seorang dokter, insinyur, bergelar MBA, olahragawan maupun seorang pengusaha, solusi terbaru dari AXA akan membantu Anda menyiapkan masa depan mereka dengan menghindari resiko ketidakpastian dalam hidup. Solusi ini memberikan manfaat besar dengan adanya manfaat Asuransi yang dirancang sesuai prinsip syariah dengan pengembangan dana untuk pendidikan anak, sehingga upaya Anda mengelola keuangan tidak terpengaruh oleh kejadian tidak terduga dan cita-cita masa depan anak Anda dapat tercapai tanpa hambatan.
Mencermati paragraf di atas, yang tidak lain adalah tagline AXA, menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi saya. "dirancang sesuai prinsip syariah" ini adalah point yang menjadi perhatian kuat bagi saya selaku seorang muslim, tentu saja saya atau siapapu, selalu berusaha segala sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan keyikanan dan tidak menyimpang.
Selain itu setelah saya pelajari baik-baik, ada banyak nilai manfaat yang ditawarkan, diantaranya "Mengamankan masa depan anak" seekor singa atau harimau sekalipun mereka buas, tetap akan melindungi anak-anaknya dari barbagai ancaman, kita sebagai manusia sudah barang tentu hal itu sudah sangat mengakar bahwa kita akan memastikan masa depan anak-anak terjamin baik kulitas maupun kuntitasnya.
Nilai manfaat lainnya adalah "kebebas memilih premi yang akan dibayarkan" ini tentu menjadi sangat penting, usaha kita untuk memastikan dan merencanakan pendidikan akan dapat disesuaikan dengan kondisi finansial, tentu ini akan dapat berdampingan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
"Dukungan perusahaan asuransi yang kuat - AXA Indonesia" dengan latarbelakang seperti ini tentu menjadi modal keyakinan tersendiri bagi saya, menunjukkan bahwa saya tidak sedang mengelola keuangan pada perusahaan yang salah. kuatnya dukungan tentu mencitrakan besar dan tingginya integritas perusahaan tersebut dalam menjalankan dan menjamin nilai-nilai manfaat yang ditawarkan benar-benar dirasakan.
Nilai-nilai di atas mewakili ragam kebutuhan dalam menjamin pendidikan anak-anak, dengan seperti ini tentu saya berharap tidak ada lagi dana yang digunakan tanpa nilai manfaat dan tidak sesuai porsinya. Dari semua ini saya berkesimpulan dengan merencanakan berarti kita berusaha memastikan, kita merencanakan pendidikan yang berkualitas maka otomatis kita sedang berusaha memastikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak kita. Dengan berasuransi berarti kita melakukan antisipasi, memang datangnya musibah tidak pernah ada yang tahu, dan kita tidak pernah menginginkannya, tapi seandainya itu terjadi, misal sebuah kecelakan kerja menimpa dan saya tiada, setidaknya saya tidak membiarkan istri saya kelak terlalu berat memikul beban untuk masa depan dan pendidikan anak-anak.
Jika kita merencanakan semuanya dengan baik, tentu ada banyak beban yang diringankan, sehingga kita bisa fokus pada hal-hal lain untuk kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Maka dari itu nasab yang baik akan merencanakan segala sesuatunya dengan baik agar kelak nasib anak-anaknya juga baik.
Â
-Ade Wahyudi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H