Mohon tunggu...
devika sarala
devika sarala Mohon Tunggu... -

hal terindah yang pernah ku miliki adalah ketika aku terlahir dari rahimmu ibu ... terimakasih untuk pengorbananmu , wahai malaikat hidupku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untukmu Ibu, Cinta yang Takkan Pernah Mati

26 Desember 2013   10:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:29 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang akan terjadi pada siang itu,  lcuaca yang begitu cerah kini berganti dengan mendung dan sambaran petir yang begitu menggelegar.mungkin hanya perubahan cuaca  yang tak menentu seperti sekarang ini,tiba-tiba panas lalu kemudian berganti dengan derasnya hujan.atau mungkin sebuah pertanda akan datangnya sesuatu yang buruk,perasaan gelisah itu selalu menggelayuti hati bu mia.seorang ibu setengah baya yang masih terlihat cantik meski sekarang ini menginjak umur 43 tahun.ibu empat orang anak ini sesekali menenggok keluar rumah,berharap hujan akan segera turun dan suaminya tercinta bisa pulang tanpa baju basah yang ia kenakan.penantian siang itu berlanjut hingga datangnya malam tiba,namun suami yang ia tunggu dari  tadi tetap saja tak muncul tanpa ada kabar.

“bu,masuk yuk udah malam mana hujan lagi.ntar sakit loooh ..?”

“udah kamu masuk dulu sana gih,ibu masih ingin menunggu ayah disini.”

“tapi kan diluar hujan bu,ndak baik kena angin malam yang sedang hujan begini.nunggu ayahnya didalam aja yuk,nanti galih bikinin wedang  jahe buat ibu.”

Mereka berdua akhirnya meninggalkan teras rumah yang basah akibat angin kecang bercampur hujan.galih adalah menantu bu mia yang sangat cantik dan sederhana ia tinggal bersama dengan keluarga kecil itu.kedua anak gadis bu mia seorang perantau dikota yang hanya pulang jika lebaran akan datang.kesepian yang ia rasakan sedikit terobati dengan adanya galih dan sekar anak bungsunya yang masih berumur 9 tahun.gadis kecil yang akan tumbuh dewasa itu menjadi hiburan tersendiri untuk mengobati kerinduannya kepada kedua anaknya yang jauh disana.

“bu ini wedang jahenya,diminum mumpung masih hangat.”

“makasih ya nduk,oiya kira-kira ayahmu ini pergi kemana ya kok sampai sekarang juga ndak ngasih kabar.ibu  jadi khawatir.?”

“ibu tidur saja dulu,nanti biar aku yang menunggu ayah pulang.sudah jam 12 malam bu ndak baik buat kesehatan kalau tidur malam-malam.”

“hati ibu ndak bisa tenang kalau ayahmu belum pulang nduk, ibu tunggu disini saja.kalau kamu mau tidur sana tidur dulu,kasihan suamimu.”

Bu mia tetap saja kukuh pada pendiriannya,semalaman penuh ia menunggu suaminya pulang hingga sampai fajar datang,tubuhnya yang sudah tak muda lagi itu tertidur diatas kursi sofa yang sudah terlihat usang dimakan waktu.sampai ia membuka mata pun yang ada difikirannya hanya suaminya yang tak kunjung  pulang seperti biasanya.entah ada apa ini sebenarnya,kecemasan itu berujung pada sebuah kenyataan pelik yang ia dapatkan dari salah seorang teman lamanya dulu ketika menginjak usia remaja.

Bu yani yang tinggal tak jauh dari rumahnya ingin memberitahukan tetang keberadaan suaminya itu,sudah sejak lama sebenarnya ia mengetahui kelakuan suaminya yang sering keluar masuk dari rumah seorang janda muda beranak satu itu.namun ia tak tega melihat bu mia yang begitu baik padanya mengetahui semuanya,hingga akhirnya ia pun mulai geram dan kemudian berusaha menceritakan apa yang ia lihat selama ini.

“sebelumnya aku minta maaf jika kedatanganku membuat mbak yu nanti kecewa.”

“memangnya ada apa toh,kamu mau bercerita tentang apa.mengapa raut wajahmu jadi gelisah begitu,apa yang sebenarnya terjadi.?”

“sebenarnya begini mbak yu sayaaaa...?”

Belum sempat bu yani bercerita,kedatangan pak mardi membuat pembicaraan mereka terpotong.

“assalamualaikum...”

“walaikumsalam,,ayah dari mana saja semalaman,ndak pulang ndak kasih kabar orang rumah, ibu kan jadi cemas takut terjadi sesuatu.”

“iya semalam handphone ayah terjatuh bu,kena air jadi basah terus mau kasih kabarnya pakai apa..?”

“memangnya dari mana saja semalam.”

“dari tempat mbah dami sebentar,eh malah hujan jadi ayah tidur disana.?”

“oooh,begitu lain kali kasih kabar dulu biar orang rumah ndak cemas yah.”

“iyaaa bu,maafin ayah ya.”

Bu yani benar-benar kagum dengan sandiwara suami sahabatnya itu,rasanya percuma saja ia menceritakan semuanya sekarang.ia tak mau menjadi orang pengadu domba meski ia tahu kenyataan yang sebenarnya terjadi.kemudian ia memutuskan untuk berpamitan pulang,dan berharap sahabatnya itu segera mengetahui kejadian yang sebenarnya.

...

Selang beberapa minggu kemudian kejadian itu terulang lagi,namun kali ini lebih parah.sudah 3hari lamanya pak mardi menghilang tanpa kabar,hingga membuat bu mia naik pitam.ia berusaha mencari dimana keberadaan suaminya itu.ia mencari kerumah ibunya sampai saudara-saudaranya,namun hasilnya nihil.hingga pada akhirnya ia sudah tak kuat lagi harus mencari keberadaan suaminya,ia memutuskan untuk menceritakan hal tersebut kepada sahabatnya bu yani.ia datang bersilahturami kerumahnya.namun disana betapa kagetnya ia melihat suami yang ia kasihinya berada di rumah seorang janda muda.

Ia lalu menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk antara marah dan kecewa.ia masih tak percaya dengan apa yang sudah ia lihat itu.

“oooh jadi ini alasannya ayah jarang pulang,aku ndak nyangka ayah bisa setega ini sama aku.kurang apa toh yah aku ini,apa ndak cukup pengabdianku selama 26tahun itu.hidup dengan ayah yang pas-pasan.baru jadi pegawai saja sudah bertingkah seperti sekarang.”

“ini semua ndak seperti yang kamu fikirkan,aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia,ini semua salah faham bu.”

“salah faham yang seperti apa,ayah ndak pulang tanpa kabar 3 hari.dan sekarang ayah kepergok dengan selingkuhanmu.masih kurang bukti apa lagi yaaah.”

Dengan perasaan malu dan merasa kecewa,bu mia memutuskan untuk pulang disusul dengan pak mardi di belakangnya.dalam hati ia sudah gagal menjadi seorang ibu dan istri yang baik untuk contoh anak-anaknya. Ia menangis tanpa air mata dipipinya,sungguh mengapa ini harus terjadi kepadanya.mengapa suami yang ia hormati tega melakukan hal hina seperti itu.menghianati pernikahan yang sudah terbina sejak puluhan tahun lamanya.

Ia membuka pintu rumah dan kebetulan galih yang membukanya.bu mia menangis dalam pelukan menantunya itu.

“ibu kenapa,datang-datang kok ya langsung menangis.sebenarnya apa yang terjadi bu.”

“tanya saja sama ayahmu ini,masih pantes ndak dia di panggil seorang ayah.”

“ada apa toh ini,kok rame-rame.kenapa yah bu ..? ada masalah apa ..?”

“ibu sudah ndak kuat lagi, ibu kepengen cerai dengan ayahmu.”

“astagfirllahalazim,istigfar bu. ibu ngomong apa toh,ndak baik ngomong cerai begitu.”

“memangnya kenapa toh kalian ini..?” tanya putra yang semakin kebingungan

“kalian tahu,kemana saja ayahmu selama 3hari ini ndak pulang.dia nginep dirumah selingkuhannya.hati istri mana yang ndak kecewa le.coba nduk kamu jadi ibu apa yang akan kamu lakukan.”

Galih hanya terdiam,ia sangat mengerti dengan apa yang dialami ibunya itu.ia tak kuasa menahan air matanya lagi.sebagai seorang istri dan anak ia binggung harus berbuat apa,ia hanya menangis melihat kejadian yang sama terulang dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya.orang tuanya bercerai saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah. namun sekarang ia akan menjadi saksi lagi betapa perceraian itu sangatlah mengguncang jiwanya.

“ibu jangan ngomong begitu,kasihan sekar dia masih terlalu kecil untuk bisa menerima kenyataan ini.” Ucap galih

“iya bu,aku minta maaf atas semua kekhilafanku.aku janji tak akan mengulanginya lagi.tolong maafkan aku,jangan jadikan ini contoh untuk anak-anak kita.perceraian bukanlah sebuah jalan yang baik untuk kita.”

“tapi ayah sudah keterlaluan,dulu ayah pernah melakukan hal yang sama tapi masih aku maafkan namun kali ini apa lagi yaaaah.dulu aku tetap bertahan karna anak-anak kita masih kecil,tapi sekarang aku rasa mereka sudah mampu untuk mengurusi hidup mereka masing-masing.”

...

Setelah sang malam berjuang fajar pun tak kalah ingin unjuk kebolehannya,perdebatan malam itu berlanjut hingga siang hari ini.semua anak-anak bu mia berkumpul,kedua anak gadisnya yang tengah merantau dipaksanya untuk segera pulang.mereka juga tak mengerti dengan apa yang akan terjadi hari itu.

“sebenarnya ada apa ini bu,sampai-sampai kami berdua ibu ingin pulang kerumah secepatnya.apa ada yang sakit atau ada kabar penting apa bu..?”

“iya bu,ria juga masih banyak pekerjaan disana harus tiba-tiba ngambil cuti.”

“kenapa si mbak,tolong ceritakan pada kami.”

Dengan linangan air mata galih pun menceritakan semua yang tengah terjadi pada keluarga kecilnya belakangan ini.mereka yang tadinya panik seketika berubah dengan linangan air mata.ayah yang seorang pendiam dan bijaksana itu tak disangka bisa melakukan hal keji seperti itu,menodai arti sakral pernikahan.

Bu mia yang tetap bersikukuh ingin bercerai,siang itu ia langsung mengurusi surat-surat perceraian diperangkat desa setempat.keempat anaknya hanya bisa terdiam,menunggu agar amarah bu mia redah.mereka ingin berusaha agar perceraian itu tidak akan pernah terjadi.mereka hanya melihat ke arah sekar,bocah lugu itu hanya binggung dengan apa yang mereka ributkan.dengan boneka kesayangan yang selalu ia pegang itu dengan polosnya ia mulai melontarkan pertanyaan yang semakin membuat sesak saja.

“mbak,mas sebenarnya kalian semua itu kenapa.kok dari kemaren-kemaren ribut terus,mbak ria dan mbak isa kenapa tumben tiba-tiba pulang.”

Dengan sedikit senyum di bibirnya ria sang kakak mencoba mengalihkan pertanyaanya.

“ndak ada apa-apa dek,mbakmu pulang ini karna rindu sekali kepingin ketemu sama sekar.oiya sebentar lagi sekar kan ulang tahun,mau kado apa dek..?”

“sekar ndak kepingin apa-apa mbak,keinginan sekar hanya satu.sekar kepingin keluarga kita seperti ini terus sampai sekar gedhe nanti.”

Jawaban sekar itu malah semakin menyayat hati,andaikan ia tahu kenyataan yang sebenarnya tak tega rasanya melihat tetes air mata bocah polos itu.sore yang cerah berubah menjadi awan hitam,seolah menandai akan datangnya sesuatu.bu mia dengan amarah yang masih memuncak dengan geramnya menyodorkan lampiran surat cerai kepada suaminya itu.namun pak mardi malah merobeknya lalu kemudian ia bersimpuh terduduk dihadapan istrinya dengan berlinang air mata.

“ampun bu,ayah minta ampun.maafkan segala kekhilafan ayah,aku berjanji tak akan mengulangi hal bodoh itu lagi.tolong beri aku kesempatan untuk tetap menjadi ayah dari anak-anak kita ini.”

“istri mana yah yang kuat menerima perlakuan seperti itu,untuk yang kesekian kalinya ayah menghianati ibu.dengan cara apalagi ibu harus bisa percaya dengan ayah.”

“iya bu,aku tahu aku yang salah.tapi aku mohon untuk kali ini saja ibu mau memaafkan kesalahanku.aku janji jika itu aku lakukan lagi aku sendiri yang akan langsung pergi dari kehidupanmu selamanya.”

Dengan hati yang hancur bu mia akhirnya mau memaafkan kesalahan suaminya itu,tak tega juga rasanya melihat sekar yang masih butuh bapak.tak ingin juga rasanya ia memberikan contoh yang buruk untuk para anak-anaknya.perceraian bukanlah hal yang baik,karna itu ALLAH sangat membencinya.

Janji pak mardi yang diucapkannya itu benar adanya,ia akan tetap setia mendampingi wanita yang mengabdikan hidupnya untuk keluarga besarnya itu .sekar yang dulu beumur 9 tahun kini berubah menjadi gadis belia yang cantik.kejadian itu telah berlalu 10tahun lamanya dan cerita itu ia dapatkan dari galih kakak iparnya,ia selalu ingat dengan kata-kata ibunya.sang ibu selalu mengingatkan agar kelak anak-anaknya tumbuh dewasa dan mulai mengenal cinta  jangan pernah sekalipun menjalin hubungan dengan laki-laki yang telah beranak istri.rasa sakit itu akan selalu terbayang pada wanita yang dihianati meski sudah terkubur lama.

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca bahwa sesungguhnya wanita itu adalah harta yang sangat mulia,maka jangan pernah menyakiti perasaanya.terutama hati seorang ibu karna ia adalah tempat dimana surga kita tercipta dan selalu ingat bahwa ridho Tuhan karna ibu dan murka Tuhan karna ibu juga.

I LOVE YOU MOM... selamat hari IBU untuk semua ibu yang terbaik di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun