Mohon tunggu...
dedy zulkifli
dedy zulkifli Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Long March Itu...

1 Mei 2012   05:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 3365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178433" align="aligncenter" width="578" caption=" "][/caption]

Foto dan Teks: Dedy Zulkifli

Hari Jumat kemarin, saya dan beberapa kawan datang dari Medan ke Kota Pematang Siantar. Kami berencana untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan long march yang diadakan oleh sebuah yayasan rehabilitasi untuk orang-orang cacat yang bernama Harapan Jaya. Kegiatan ini adalah pertama kali saya dengar dan juga yang saya ikuti. Tujuannya adalah membantu mereka menggalang dana untuk proses rehabilitasi (penyembuhan) yang tidak murah. Teknisnya, relawan yang memiliki kesehatan fisik mendampingi mereka yang berjalan dengan menggunakan kursi roda, tongkat, atau yang berjalan tertatih-tatih sejauh kurang lebih empat kilometer.

Dari apa yang saya ketahui, Yayasan Harapan Jaya sendiri adalah yayasan sosial yang berkarya untuk merehabilitasi para penyandang cacat fisik. Disamping itu juga melatih agar dapat mandiri dan bisa mengurus dirinya sendiri hingga seminimal mungkin tergantung pada orang lain. Untuk informasi selengkapnya tentang yayasan ini dapat dilihat di http://www.harapan-jaya.com/

*****

1335850063691908055
1335850063691908055

Sabtu pagi, beberapa anak kecil di atas kursi roda sudah terlihat bersiap-siap. Mereka ada yang di dampingi orang tuanya dan ada juga di dampingi oleh relawan dan perawat di Harapan Jaya. Sebagian terlihat merapikan tongkat dan kaki palsu. Di hari yang cerah itu hampir semua peserta terlihat bersemangat.

Tidak lama kemudian, beberapa angkutan kota yang sudah di carter datang beriringan. Semua peserta di kumpulkan di luar ruangan untuk mendapatkan pengarahan dan pembagian kelompok untuk naik ke mobil angkutan. Namun sebelumnya Suster Xaveria sebagai penanggung jawab kegiatan kembali menjelaskan tujuan dari kegiatan ini. Bahwa disamping berjalan (long march) untuk mendapat manfaat kesehatan peserta juga telah turut membantu menggalang dana. Dan tak lupa juga ucapan terima kasih di sampaikan kepada para relawan dan pihak-pihak yang terlibat termasuk para supir angkutan kota ini.

Setelah nama-nama relawan yang mendampangi disebutkan, segera saja mereka membantu para peserta yang kesulitan untuk naik angkutan. Jumlah peserta ada sekitar 77 orang di tambah relawan dan perawat harapan jaya, perkiraan saya totalnya lebih dari 150 orang.

1335850140831945377
1335850140831945377

Jalur long march berada di tepian Danau Toba, di mulai dari Desa Motung sampai Ajibata (tidak jauh dari penyebrangan kapal fery ke Tomok, Pulau Samosir), Kabupaten Toba Samosir. Kalau dengan kendaraan bermotor, waktu tempuhnya kurang lebih setengah jam dengan kondisi jalan yang menurun. Sebelumnya, kegiatan long march yang menjadi agenda tahunan ini dilakukan di seputaran kompleks perumahan dekat Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya.

13358502242103738711
13358502242103738711

Rombongan angkutan yang membawa peserta long march tidak masuk melalui Parapat sebagai akses terdekat KeDesa Motung. Namun agak memutar dari Desa Sibisa demi keselamatan, mengingat jalan dari Ajibata cukup menanjak. Setelah kurang lebih tiga jam perjalan dari Pematang Siantar akhirnya tiba juga di ujung Desa Motung.

Ternyata hari bersinar terik, awalnya saya menduga peserta bakal turun semangat dan tidak jadi long march namun nyatanya mereka dengan suka cita mengikuti. Setelah semua kursi roda di turunkan dan beberapa tongkat di keluarkan rombongan di bagi dari kelompok A hingga F.Untuk peserta yang butuh perhatian lebih di butuhkan dua orang pendamping. Sementara yang lainnya masing-masing satu pendamping. Seorang teman yang aktif di yayasan ini mengatakan pada saya, “ empat kilo meter bagi kita, itu sama dengan 40 kilometer bagi mereka (peserta)”.

Mengingat jalan yang menurun, peserta yang menggunakan kursi roda tubuhnya di ikat seutas tali pada kursi roda agar tidak mudah terperosok jatuh. Sementara yang lainnya bisa membantu menuntun atau juga berjalan berdampingan mengawasi. Tidak lupa juga satu mobil di siapkan untuk menaikan peserta yang jika sudah merasa lelah dan tak mampu lagi berjalan. Di samping itu juga mobil medis beriring di belakang stand by mengantisipasi masalah kesehatan.

13358503831933804977
13358503831933804977

Suster Xaveria tak bosan-bosan mengingatkan, “ Tidak ada yang perlu di kejar disini, jalan pelan-pelan saja.” Tapi lihatlah, belum lagi jauh berjalan saya mendengar seorang anak kecil di kelompok A dengan kaki di gips merayu pendampingnya untuk main “kebut-kebutan”. Saya hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum.

Jalan turun yang dilalui ternyata tak selalu mulus, ada beberapa aspal yang sudah grepes dan batunya berserakan. Tentu butuh kehati-hatian, kini giliran para pendamping yang harus kerja ekstra keras untuk mendorong, menahan dan mengangkat sebagian kursi roda agar tak tergelincir.

13358503211474108898
13358503211474108898

Setengah jalan, dibawah pohon rindang, beberapa peserta dan pendamping beristirahat sejenak. Ada yang sedang minum dan ada juga yang sekedar mengobrol sembari bercanda. Suasana kekeluargaan dan keakraban begitu terasa.

Dua jam tidak terasa, tepian Danau Toba semakin mendekat, beberapa peserta mengandeng tangan sambil bernyanyi. Satu per satu memasuki pantai Ajibata dan berteduh di bawah pohon dan bangunan sembari menunggu yang lainnya berkumpul.

13358504991633531962
13358504991633531962

Tidak lama, semuanya pun sudah berkumpul dalam keadaan sehat dan tetap bersemangat. Acara lalu dilanjutkan dengan makan siang bersama. Dan yang terakhir paling di tunggu oleh sebagian besar peserta adalah berenang di Danau Toba. Wah, tak terkira senangnya. Beberapa peserta begitu kegirangan tak sabaran menari-narik tangan pendampingnya agar segera turut berenang ke danau.

*****

13358505641226639921
13358505641226639921

Seorang teman dari Jakarta, Juperdi, yang meliput keseharian peserta long march mengatakan pada saya, “ Bagi mereka setiap hari adalah latihan, apa yang kita anggap mudah bagi mereka tidak.” Kemudian dilanjutkan lagi, “ Tidak seperti kita, kalo mendaki gunung atau arung jeram mesti latihan dulu, setelah itu, selesai. Bagi mereka, latihan itu setiap hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Walau untuk sekedar bisa berjalan beberapa meter atau makan dengan tangan sendiri.” Dan saya pun mengangguk membenarkan. Pernyataannya membuat saya jadi malu hati.###

Pematang Siantar, 29 April 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun