Dikertas putih paling ujung, tepatnya deretan ke empat dan dibaris ketiga, nama kami tertulis najahyang berarti lulus. Namun itu bukan bertanda baik karena dikolom berikutnya tertulis kelas I’dadi.
Banyak orang tahu bahwa masuk I’dadi merupakan kiamat kecil.
Kelompok belajar usia limabelas tahunan dengan mental anak-anak yang masih berjuang menemukan jatidirinya ingin menjadi apa dan bagaimana, puberitas yang rumit serta cinta yang tidak masuk akal. Itualah kelas I’dadi. Dari luasnya definisi, pengertian paling adil adalah Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Dalam bahasa arab disebut i’dadi.  Keputusan paling tidak masuk akal saat itu bahwa kami harus masuk SMP setelah lulus SMA.
Aku terduduk lemas sambil menangis disamping pemuda ombak  itu. Sedangkan Ayash tertunduk hilang harapan. Hatinya berkecamuk melawan kenyataan. Diotaknya Nampak jelas wajah ayahnya dipasar Gd.Tataan. Ada sebuah penyesalan. Kembali ke Indonesia itu mustahil; yang pertama bahwa kehidupan itu tidak bisa diputar bahkan untuk sekedar menerima beasiswa. Yang kedua, yang paling dia mengerti, pulang ke Indonesia tidak cukup dengan selembar daun.
Diam-diam pria Harry Potter itu memandangiku. Dia tau apa yang terjadi. Â Takdir menggariskan nasib yang sama ditelapak tanganya.
[2] Semacam panggilan Om/Paman dalam bahasa Arab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H