Mimpi adalah bagian dari manusia yang ada di semesta ini. Namun bagaimana jika mimpi tersebut bertolak belakang dengan takdirnya?
Ditulis dari kisah nyata. Kisah empat anak miskin indonesia yang bercita-cita kuliyah di luar negri untuk melanjutkan mimpi. Namun justru sebaliknya mereka terlempar kebangku SMP setelah sampai Kairo karena hasil tes yang sangat buruk. Â Sedangkan untuk kembali ke Indonesia tak mungkin karena untuk berangkat saja sudah seluruh harta dikorbankan. Akhirnya mereka berjuang mati-matian mengulang SMP setelah lulus SMA di indonesia, demi menuju kuliyah di Al-Azhar.
Mereka dimasukan disekolah bernama Mahad Buuts El-Islami, sekolah internasional yang menampung ribuan murid dari seluruh dunia.
Awalnya mereka pesimis dan putus asa untuk melanjutkan sekolah karena diusia 19 tahun harus mengulang bangku SMP. Beruntung mereka dipertemukan dengan Sidi Galal asal El-Minya, wali kelas yang sangat ditakuti satu sekolah, namun punya tangan dingin merubah takdir siswanya. Dialah yang merubah mindset bahwa sekolah tidak dibatasi oleh umur. Ia mengangkat Aqsha, murid Indonesia asal Kalimantan sebagai ketua kelas hanya karena ia datang terlambat akibat badai dan anjing sahara.
Tidak sampai disitu, Sidi Galal menyulap seorang Ayash, anak asal Lampung yang sangat pendiam mendadak jenius melalui ajang olimpiade internasional yang diikuti banyak negara.
Kurikulum Mahad Buuts mengharuskan para muridnya untuk tamat enam tahun sebelum masuk kuliyah. Itu bertanda mereka akan masuk kuliyah diusia tua. Namun Sidi Galal menyemangati mereka bahwa ada satu cara untuk segera kuliyah di sekolah ini.  Dan hal itulah yang membuat mereka  mati-matian berjuang menyelamatkan umur.
Bagaimana kisah mereka akhirnya bisa kuliyah?
Simak kelanjutanya dinovel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H