Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelilipan Panggung Delusi Sosial Keagamaan

20 Desember 2024   18:34 Diperbarui: 20 Desember 2024   18:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dakwah di atas panggung (Sumber: Pixabay)

Artinya, ada beberapa kondisi yang seharusnya senantiasa menjadi ajang muhasabah, terlebih saat gelar "gus" itu baik sengaja ataupun tidak melekat. Pertama, menumbuhkan rasa saling menghormati antar sesama, tidak pandang bulu, dan memahami tugas masing-masing. Ketika gelar "gus" itu berakar dari kyai yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan agama maka tentunya gerakan yang harus dipertahankan adalah berbagi pengetahuan. Perkara cara dan pendekatannya yang berbeda tidak masalah, asalah rasa saling menghormati itu masih dijaga.

Kedua, komunikasi sosial tentunya tidak terhalang oleh kemelekatan gelar, karena dengan sikap yang inklusif maka masyarakat tidak merasa ada sekat sosial. Dengan artian moralitas tetap dijaga dan tidak serta merta tanpa sekat dengan kyai dan gus, pasti ada pembeda. Ketiga, berbagai ruang duduk dengan siapapun, dan tidak mengambil simpati atau gelak tawa orang lain dengan cara merendahkan orang lain pula. Dalam humor dan komedi sangat tidak pantas ketika lelucon itu justru lahir dari merendahkan orang lain untuk memicu gelak tawa dan kelakar yang menggelegar.

Yang terakhir, kita sebagai manusia sosial, zoon politicon, hayawan annatiq, dan lain sebagainya tidak bisa lepas dari moralitas dan etika. Oleh sebab itu, menjaga keselarasan sosial dengan bingkai moralitas agaknya sangat penting di zaman yang serba telanjang dan tanpa aling-aling. Semoga kita semua senantiasa dapat menjaga hubungan antar sesama, sehingg Tuhan tidak rela melihat perpecahan di antara kita semua.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun