Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Simpang Jalan; Antara SDM dan Kesiapan Sistemnya

30 November 2024   08:07 Diperbarui: 30 November 2024   08:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pendidikan (Sumber: copyright/freepik)

Kompasiana - Pendidikan saat ini tengah menghadapi dinamika kompleks, yang mencerminkan potensi besar sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Salah satu aspek utamanya adalah penerapan kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini bertujuan memberikan kebebasan kepada siswa dan guru untuk mengembangkan potensi masing-masing. Garis besarnya jelas "Kebebasan mengembangkan potensi".

Harapannya adalah kebijakan ini membuka peluang besar untuk menciptakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman, terutama melalui pembelajaran berbasis proyek dengan basis utamanya adalah kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Namun, implementasi kebijakan ini sering menghadapi kendala, seperti disparitas sumber daya pendidikan, kesenjangan infrastruktur, dan kapasitas tenaga pendidik yang belum merata.

Di sisi lain, teknologi digital menjadi potensi luar biasa dalam transformasi pendidikan. Pembelajaran daring dan hybrid telah menjadi tren utama, membuka akses pendidikan ke daerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Apalagi Platform pembelajaran digital juga menawarkan berbagai sumber belajar yang lebih interaktif dan fleksibel. Permasalahannya, digitalisasi ini menghadirkan tantangan berupa ketimpangan akses teknologi, terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), serta kebutuhan mendesak akan literasi digital bagi pendidik dan peserta didik.

Belum lagi, dinamika sosial-politik menjadi pengaruh utama wajah pendidikan saat ini. Politisasi kebijakan pendidikan, partokrasi dalam birokrasi pendidikan, dan pendekatan top-down sering kali melemahkan fokus pada kualitas pendidikan itu sendiri. Ajang lima tahunan juga menjadi problem fundamental seiring gonta-gantinya menteri pun kurikulumnya.

Di sisi lain, isu-isu global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan inklusi sosial menuntut sistem pendidikan untuk lebih adaptif, dengan memasukkan pendidikan berkelanjutan (sustainable education) ke dalam kurikulum. Hal ini mengakibatkan ketimpangan, seperti gayung tak bersambut. Di satu sisi menunut adaptif, di sisi lain problem sumber daya manusia dan sumber daya dukung belum bahkan tidak memadahi. Terbukti jika kita klasifikasikan pola ini pada wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).

Kurikulum Merdeka (Sumber: Kompas)
Kurikulum Merdeka (Sumber: Kompas)

Kebijakan Pendidikan seperti dalam Permendikbudristek No.12 tahun 2024 yang menentapkan kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional tampak bias perkotaan, bias wilayah-wilayah maju. Sedangkan di wilayah 3T kesiapan untuk kurikulum Merdeka masih terkendala oleh banyak hal. Tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar, perihal administrasi sama sekali bukan menjadi tanggung jawab utama. Apalagi yang berada di luar kapasitasnya, seperti membuat laporan atau portofolio sebagai bentuk evaluasi system.

Pada tingkat lokal, keberadaan pendidikan berbasis kearifan lokal dan pesantren menjadi potensi unik di Indonesia. Lembaga-lembaga ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembelajaran akademik, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya. 

Integrasi nilai-nilai tradisional dalam pendidikan arus utama dapat menjadi solusi untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bermoral dan berkarakter.

Dengan berbagai potensi dan dinamika tersebut, pendidikan saat ini berada pada persimpangan jalan. Perlu ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, berkelanjutan, dan relevan dengan kebutuhan masa depan.

Peningkatan kualitas guru, penguatan infrastruktur pendidikan, dan adaptasi kebijakan berbasis bukti merupakan langkah penting untuk memaksimalkan potensi pendidikan di tengah berbagai dinamika yang ada.

Pendidikan saat ini tidak hanya menjadi wahana untuk membangun kompetensi akademik, tetapi juga arena strategis dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin dinamis.

Perubahan sosial seperti digitalisasi, globalisasi, dan pergeseran nilai-nilai budaya menuntut sistem pendidikan untuk menjadi lebih fleksibel, adaptif, dan responsif terhadap tantangan zaman.

Ilustrasi Pembelajaran (sumber: Kompas)
Ilustrasi Pembelajaran (sumber: Kompas)

Potensi dan Substansi Pendidikan Saat Ini

Salah satu potensi besar yang muncul adalah integrasi teknologi dalam pendidikan. Teknologi membuka peluang besar untuk memperluas akses pendidikan, baik melalui pembelajaran daring, hybrid, maupun platform pembelajaran mandiri. 

Sebagai contoh, program-program berbasis teknologi seperti Learning Management Systems (LMS), aplikasi pengajaran berbasis AI, dan pembelajaran virtual telah meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas dalam proses belajar mengajar.

Namun, keberhasilan transformasi digital ini membutuhkan literasi teknologi yang kuat bagi para guru, siswa, dan bahkan orang tua. Ketimpangan akses teknologi, terutama di wilayah terpencil, juga harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pendidikan nasional.

Selain itu, konsep Merdeka Belajar membuka ruang bagi pembelajaran yang lebih personal, mendorong siswa untuk mengembangkan potensi unik mereka. Pendekatan ini mendukung keberagaman gaya belajar siswa dan memungkinkan implementasi kurikulum yang kontekstual sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Namun, tantangan utama adalah pelatihan guru agar mereka dapat menjalankan pendekatan ini secara optimal. 

Guru membutuhkan dukungan berkelanjutan berupa pelatihan pedagogik modern, pendampingan implementasi kurikulum, dan fasilitas memadai untuk menunjang pembelajaran.

Pendidikan berbasis nilai budaya lokal juga menjadi potensi strategis di tengah pergeseran sosial. Indonesia kaya akan tradisi dan kearifan lokal yang dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bermoral. 

Misalnya, penguatan budaya gotong royong, toleransi, dan penghormatan terhadap lingkungan dapat diajarkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan konteks lokal.

Namun, dinamika sosial-politik, seperti meningkatnya politisasi kebijakan pendidikan, juga menjadi tantangan besar. Kesenjangan kualitas pendidikan antardaerah, alokasi anggaran yang belum merata, dan birokrasi yang kaku sering kali melemahkan daya saing pendidikan di tingkat global. Di tengah tekanan globalisasi, pendidikan juga harus mempersiapkan siswa untuk menjadi warga dunia tanpa kehilangan identitas lokal dan nasional mereka.

Memperkuat Literasi Teknologi

Pemerintah dan lembaga pendidikan harus memastikan pelatihan literasi teknologi yang komprehensif bagi semua pemangku kepentingan pendidikan. Guru, siswa, dan orang tua perlu memahami cara memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar secara efektif. Program distribusi perangkat teknologi ke daerah terpencil juga harus diintegrasikan dengan pelatihan penggunaannya.

Penguatan Kompetensi Guru

Guru adalah kunci keberhasilan transformasi pendidikan. Pemerintah perlu memperbanyak program pelatihan berbasis kebutuhan lokal, pendampingan intensif, dan insentif bagi guru untuk terus mengembangkan diri. Selain itu, guru harus diberi kebebasan dalam mengimplementasikan kurikulum secara kontekstual agar pembelajaran lebih relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat.

Integrasi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Kurikulum nasional perlu memberikan ruang lebih besar untuk nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Hal ini penting untuk menjaga identitas budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Misalnya, pesantren dapat menjadi model pendidikan yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai spiritual dan sosial yang kuat.

Pemanfaatan Pendidikan untuk Mengatasi Perubahan Sosial

Pendidikan harus mampu membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, literasi lingkungan, dan kecakapan hidup lainnya yang relevan dengan tantangan sosial saat ini. Isu-isu seperti perubahan iklim, inklusi sosial, dan kesetaraan gender perlu diintegrasikan dalam kurikulum sebagai bagian dari pembelajaran berbasis proyek atau kegiatan ekstrakurikuler.

Desentralisasi Pendidikan

Memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola sistem pendidikan akan mendorong fleksibilitas dan inovasi sesuai dengan kebutuhan lokal. Namun, desentralisasi ini harus diiringi dengan pengawasan yang ketat untuk mencegah penyimpangan anggaran dan memastikan kualitas pendidikan tetap terjaga.

Pada intinya, Pergeseran nilai masyarakat akibat globalisasi dan digitalisasi menuntut pendidikan untuk memainkan peran strategis dalam membentuk karakter dan identitas generasi muda. Selain membangun keterampilan teknis, pendidikan juga harus menjadi alat untuk memperkuat kohesi sosial di tengah tantangan pluralisme dan individualisme. Nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan penghormatan terhadap keberagaman harus menjadi landasan utama pendidikan di semua jenjang.

Pendidikan juga memiliki potensi besar untuk merespons isu-isu sosial seperti radikalisme, intoleransi, dan disinformasi yang semakin marak di era digital. Dengan membekali siswa dengan literasi digital dan kemampuan berpikir kritis, sistem pendidikan dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berpikiran terbuka.

Artinya, pendidikan Indonesia saat ini memiliki potensi besar untuk beradaptasi dengan perubahan sosial jika mampu mengatasi tantangan yang ada. Integrasi teknologi, penguatan budaya lokal, dan fleksibilitas dalam kebijakan pendidikan dapat menjadi strategi utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, keberhasilan upaya ini membutuhkan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, relevan, dan berkelanjutan.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun