Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - neras suara institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Kurikulumnya, Tapi Mindsetnya

20 November 2024   09:10 Diperbarui: 20 November 2024   09:24 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai prespektif kearifan maka gagasan Buya Syafii Maarif, Gus Dur, dan Ki Hajar Dewantara dapat memberikan perspektif mendalam dalam menyikapi penerapan teknologi deep learning dalam pendidikan di Indonesia.

Pemikiran mereka menekankan nilai-nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan penghargaan terhadap kebudayaan, yang menjadi panduan penting dalam menghadirkan inovasi yang tetap selaras dengan keunikan bangsa ini.

Buya Syafii Maarif dikenal sebagai pemikir yang mengedepankan pendidikan sebagai sarana pembebasan manusia dari kebodohan dan ketidakadilan. Gagasannya menekankan pentingnya pendidikan yang membangun kesadaran kritis, sebagaimana sejalan dengan gagasan Paulo Freire (1970).

Dalam konteks deep learning, pandangan ini mengingatkan bahwa teknologi harus menjadi alat untuk meningkatkan daya kritis siswa, bukan sekadar menciptakan generasi yang bergantung pada sistem. Deep learning harus diarahkan untuk mendukung pembelajaran berbasis pemecahan masalah (problem-solving), sehingga siswa tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi juga pencipta inovasi yang dapat berdampak positif bagi masyarakat.

Gus Dur, dengan gagasannya tentang pluralisme dan inklusivitas, memberikan perspektif penting dalam mengintegrasikan teknologi dengan keberagaman Indonesia. Bagi Gus Dur, pendidikan adalah alat untuk menciptakan ruang dialog dan membangun harmoni di tengah masyarakat yang beragam.

Dalam konteks deep learning, ini berarti teknologi harus dirancang untuk menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama. Misalnya, algoritma pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa dari berbagai latar belakang budaya, sehingga setiap anak merasa dihargai dalam sistem pendidikan. Teknologi ini juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi melalui kurikulum berbasis multikulturalisme yang dikemas secara menarik dan relevan.

Sementara itu, Ki Hajar Dewantara, dengan konsepnya "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," memberikan landasan filosofis untuk memandang pendidikan sebagai proses yang menempatkan siswa sebagai subjek utama.

Deep learning, dalam kerangka pemikiran ini, tidak boleh menggeser peran guru sebagai inspirator dan fasilitator. Sebaliknya, teknologi ini harus membantu guru mengenali potensi siswa secara lebih mendalam dan memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, konsep "pendidikan yang berakar pada kebudayaan" dari Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa penerapan teknologi harus tetap relevan dengan nilai-nilai lokal.

Algoritma deep learning dapat dirancang untuk memasukkan unsur-unsur kearifan lokal, seperti seni tradisional, cerita rakyat, atau filosofi Nusantara, sehingga siswa tetap terhubung dengan identitas budayanya.

Deep learning hanya akan menjadi alat yang efektif jika diterapkan dengan pendekatan yang menghormati keberagaman, memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, dan relevan dengan kebutuhan lokal. Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi ini dalam menciptakan pendidikan yang lebih adil dan inklusif.

Namun, potensi ini hanya bisa terwujud melalui kolaborasi yang solid antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan berbasis deep learning tidak hanya menjadi alat modernisasi, tetapi juga jalan untuk membangun generasi yang lebih manusiawi, berdaya kritis, dan tetap membumi dalam akar budayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun