Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketenangan dan Kerancuan Komunikasi

11 April 2022   17:49 Diperbarui: 11 April 2022   17:51 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjaga, menciptakan dan menumbuhkan ketenangan dalam hidup adalah tugas sesama manusia. Tidak hanya berkaitan dengan kebahagiaan individu, namun juga menunjang kebahagiaan bersama. 

Manusia diwajibkan saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Perihal impact yang didapatkan adalah bagian dari prosedur atas segala aktivitas yang dikerjakan tanpa orientasi apapun, ya hanya cinta saja, hanya membantu saja, hanya menjalankan kewajiban saja.

Karena Tuhan yang akan menurunkan hikmah dan kebahagiaan itu. Tuhan yang akan memberikan kelegaan hati sehingga menjadi lebih tenang dan penuh kebahagiaan (Qs. al-Fath: 4).

Oleh sebab itu, untuk membantu sesama tidak harus menunggu aspek lain yang melekat dalam diri yang harus dibantu. 

Karena dengan begitu ketenangan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan. 

Tidak sedikit di antara kita untuk membantu orang lain, menunggu beberapa hal yang melekat atau bahkan memiliki potensi timbal balik. Seperti; pangkat atau jabatannya, kekayaannya, peluang kerja darinya, anak orang bermartabat dan lain sebagainya. 

Artinya, ada satu harapan yang diinginkan dan jika tidak didapatkan harapan tersebut maka akan kecewa dan pasti gerutu di hatinya, mangkel, ngedumel, dan lain sebagainya. 

Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup adalah proses pembenahan ke dalam, seperti sedang sedekap dalam shalat, bahwa merenung dan memandang jauh ke dalam diri adalah proses untuk melahirkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. 

Begitulah cara kerja komunikasinya, bahwa membantu siapapun tidak dibatasi oleh apapun. Tidak harus menunggu pengemis untuk shodaqoh, tidak harus menunggu orang kesusahan untuk melakukan pertolongan, tidak harus menunggu orang menangis lalu kita berinisiatif menghibur, dan lain sebagainya. 

Oleh sebab itu, ini adalah persoalan komunikasi, persoalan cara pandang antar sesama manusia. Karena semakin baik komunikasi dan cara pandang manusia, maka akan semakin luas keterbukaan hati dan pemikirannya. Dan itulah modal cakrawala yang luas. 

Lantas, bagaimana dengan ragam komunikasi yang buruk di antara sesama manusia? Masih berlakukah konsep untuk saling peduli, peka dan tolong menolong dalam hal kebaikan? Kebaikan ini tentu bersifat sangat dinamis, tidak sama dan proporsional. 

Tapi, jika dikembalikan kepada tugas manusia di dunia ini di samping mengabdi adalah berbuat baik, amar ma'ruf. Maka tidak ada alasan apapun untuk tidak saling peka dan saling peduli, bahkan saling menolong antar sesama. 

Karena siapa tahu dengan begitu, dapat menjadi satu upaya untuk membuka cakrawala berpikir dan cara pandang yang tepat. 

Karena sekali lagi, menuju ketenangan hidup membutuhkan cara pandang dan cakrawala berpikir yang luas. 

Hal ini tentu membutuhkan latihan dan kebiasaan, usaha yang keras dan nafas yang panjang. Energi yang besar. Oleh sebab itu, semoga upaya dan kerja keras kita dalam membangun ketenangan hidup kita dipermudah dan diberikan pertolongan oleh Tuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun