Gus Baha atau KH. Bahaudin Nursalim adalah seorang kyai dengan metode dakwah yang membesarkan hati umat manusia.Â
Ragam retorika dan sumber pengetahuan tidak lepas dari al-Quran dan Hadits, ditunjang dengan mantiq serta ushul fiqh yang mumpuni.Â
Konsep sanad yang menjadi ciri khas pendidikan islam, khususnya pendidikan pesantren adalah konsep yang dijadikan dasar dakwahnya.Â
Di samping sebagai putra dari Kyai Nursalim serta santri Kyai Maimoen Zubair al Maghfurullah, beliau adalah Mantu dari Pesantren Sidogiri, salah satu pesantren tertua di Jawa Timur, serta kental dengan konsentrasi fiqihnya.Â
Jika sebagian pandangan, melihat fiqih dengan sangat kaku, justru berbeda dengan Kyai Bahaudin atau Gus Baha.Â
Fiqih bisa menjadi sangat mudah dan bisa diterima di kalangan awam. Bahkan menjadi salah satu kayfiyah menuju keridlaan Tuhan yang tidak tanggung-tanggung.Â
Perkara pengetahuan, tentu tidak diragukan lagi. Gus Baha sudah sangat expert dengan al-Quran sebagai sumber ajaran Islam.Â
Beliau juga menjadi dewan tafsir Indonesia bersama Al Habib Quraish Sihab. Ahli tafsir di UII Jogja, serta Pengasuh Pesantren al-Quran atau LP3IA Narukan Jawa Tengah.Â
Artinya dakwah beliau dan pengetahuan beliau tidak hanya diterima di kalangan bawah, tetapi juga di kalangan intelektual muslim secara nasional, pun internasional.Â
Salah satu isi dakwah yang membuat hati umat manusia besar hatinya adalah perihal masuk surga. Di mana ketika mereka sudah memiliki kuncinya pasti akan sangat mudah masuk surga, yaitu kalimat tauhid. Dan menurut Gus Baha, semua umat muslim sudah tahu kuncinya, jadi pasti masuk surga semua.Â
Hal seperti ini justru menjadi satu bekal kebahagiaan umat manusia, khususnya kalangan awam dalam mempelajari ilmu agama serta menjalani kehidupan beragama.Â
Di mana, prosedurnya tidak langsung kepada model penerapan fiqih yang kaku, tetapi dari konsep dasar yaitu kesadaran awal, bahwa semua umat muslim pasti masuk surga, wong sudah punya kuncinya. Tinggal bagaimana pola-pola pendekatan kepada Tuhan itu dikembangkan selepas kesadaran itu sudah dibentuk.Â
Dengan kata lain, Gus Baha menawarkan dimensi sosial intuitif untuk menuju kebenaran mutlak melalui al-Quran dan hadits serta cabang-cabang pengetahuan yang lain.Â
Dari semua ceramah beliau, saya kira, sebagai awam akan menjadi sangat terbuka hatinya, serta semakin memiliki hati yang besar. Karena setiap manusia memiliki dosa, dan untuk menghapusnya tinggal taubat nasuha, serta memenuhi haqul adaminya.Â
Dengan begitu setiap manusia memiliki peluang untuk bahagia dalam beragama, bukan takut dan khawatir. Karena inti dari islam adalah kesejahteraan dan kedamaian.
Pada dasarnya, sikap itulah yang tampak pada ulama sebagai warasat al-anbiya', penerus Kanjeng Nabi. Dan itu ada di dalam diri Gus Baha. Semoga kita semua turut kebagian berkah dari semua pengetahuan yang disampaikan oleh Gus Baha.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H