Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Will Smith, Kesadaran Suami atas Garwanya

29 Maret 2022   03:18 Diperbarui: 29 Maret 2022   10:06 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam istilah Jawa, istri dikenal sebagai garwa atau sigarane nyawa. Jika istilah ini dianggap akronim, maka akronim ini memiliki makna yang sangat intim, yaitu belahan jiwa. 

Siapapun saja yang sudah mengikrarkan diri untuk bersama dengan belahan jiwanya, maka akan mateg, manteb, manetep. Ini adalah sistem dalam diri manusia tentang sebuah kesetiaan. 

Bagaimanapun kondisi belahan jiwanya, ia akan menjaga sekuat jiwanya, bahkan nyawa jadi taruhannya. 

Dalam ruang sosial tertentu, istri adalah kehormatan. Maka wajar, jika seseorang mengganggu istrinya, maka secara tidak langsung kehormatannya terusik. Sehingga ragam kejadian fatal terjadi. 

Oleh sebab itu, tragedi-tragedi besar seputar peperangan, tidak lain disebabkan karena persoalan intim yang dijajah oleh orang di luar lingkaran keintiman itu. 

Baru-baru ini ada kejadian memilukan di acara OSCAR 2022. Di mana seorang Crish Rock ditampar oleh Will Smith. Penampakan itu bukan tanpa alasan, pendek kata penampakan itu adalah kesadaran seorang suami yang menyaksikan istrinya dipermalukan secara verbal. 

Sesungguhnya, baik verbal maupun fisik, jika seorang istri diperlakukan tidak sewajarnya oleh orang lain, maka separuh jiwanya atau garwanya akan bersikap konfrontatif. Apakah ini salah? Tentu di luar salah dan benar, ini adalah kewajiban seorang suami. 

Jada Pinkett Smith yang berjuang atas penyakitnya Autoimun yang menyebabkan Alopecia, sehingga rambutnya rontok, dijadikan bahan lelucon atau lawakan oleh seorang Rock. Tentu jika dikembalikan kepada konsep lawakan yang harus membuat orang lain tertawa hal ini jauh dari kata moralistik, atau amoral. 

Atau jangan-jangan Crish Rock sering nonton lawakan yang harus mengejek orang lain, menyakiti orang lain untuk memecahkan tawa penonton, seperti lawakan di Negara +62. 

Kita tahu, bahwa dulu ada lawakan Kartolo Cs, yang sangat alami performnya, tanpa menyakiti perasaan lawan main, mereka dapat menghibur penonton dengan sangat variatif. 

Dan begitulah seharusnya lawakan. Kata Om Indro Warkop, "Melawak itu butuh kecerdasan, agar tidak membodohi orang hanya untuk meraih tawa yang lepas."

Tentu apa yang dilakukan Crish Rock tidak tepat sasaran. Suami Jada Pinkett, Will Smith dengan kesadarannya menyaksikan istrinya jadi bahan lelucon wajar jika ia merespon dengan tangan yang melayang pada mulut Rock. Begitulah sikap seorang suami, saat istrinya di bully verbal. 

Hal ini akan terjadi pada siapa pun di dunia ini, jika istrinya disakiti oleh orang lain. Oleh sebab itu, bukan persoalan salah benar yang menjadi titik baliknya, tetapi kepantasan, penempatan diri, dan keluasan cakrawala. 

Will Smith dengan tindakannya dibenarkan dalam dua sudut pandang. Sebagai suami ia wajib melindungi istrinya. Dan sebagai manusia, ia telah memantik orang lain agar memiliki kesadaran untuk tidak menyakiti hati orang lain, berikut fisiknya. 

Artinya, konsep kasih sayang itu luas maknanya, luas peradabannya. Bahkan peradaban keluarga, pun pertemanan. Ketika kasih sayang itu diterapkan, dalam konteks lawakan pun, niat dan tujuannya adalah membahagiakan, bukan menertawakan. 

Inilah yang penting dipelajari dalam konteks comedy atau lawakan hari ini. Kita tentu bosan, bahkan miris, saat melihat orang lain harus mencemooh temannya agar mendapatkan riuh tawa dan tepuk tangan, bahkan karena tuntutan pekerjaan mereka seakan-akan memaknai lucu adalah bodoh, culun, padahal lucu adalah kejenakaan yang bahagia. Keseriusan yang longgar urat dahinya, luas cakrawala dalam otaknya. 

Kejadian Will Smith, adalah tanda bahwa cermin atas lawakan hari ini tidak lebih dari pada egoisme yang muncul karena lebih enak makan daging teman sendiri dari pada mengolah bahan dengan intelektualisme dan keserbajenakaan. 

Begitulah, kalau Tuhan menampakkan cermin kepada kita. Agar selalu bercermin introspeksi diri. Agar tidak  sembrono, gausah grusuh dalam hal apapun, termasuk melawak. 

Maka, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua, karena bagaimanapun seorang istri, ia adalah separuh jiwa yang harus dijaga dlohir batinya. Karena ia memiliki beban yang luar biasa besar dalam keberlangsungan kehidupan generasi penerusnya.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun