Anda pasti sering menemui kawan atau saudara yang kerap kali mengeluhkan tidak punya uang, padahal pekerjaan lancar-lancar saja, cicilan tiap bulan aman, kebutuhan dapur tercukupi, bahkan kendaraan pribadi tidak hanya satu.
Tetapi mengapa ia masih mengeluh sedemikian rupa? Ini hanya masalah manajemen kehidupan saja. Kalau kata para arif dan 'alim al-allamah ini hanya masalah rasa syukur, keluasan hati dan pikiran.
Banyak juga kok, orang yang korup padahal hartanya melimpah ruah, bininya juga tidak hanya satu. Aset dan depositnya dimana-mana. Tapi kenapa korup? Begitulah manusia, dinamikanya selalu beragam. Keinginannya selalu bertambah.
Lagi-lagi ini hanya masalah bagaimana mengatur kehidupan. Makna konteks dzikir di atas bukan hanya bermakna satu, yaitu mengingat Tuhan dengan membaca kalimat thoyibah atau pujian-pujian tertentu. Tetapi selalu menghadirkan Tuhan dalam segala aktivitas kehidupan adalah proses sejatinya dzikir.
Sehingga, yang petani fokus pada penggarapan lahan pertanianya, yang bisnis juga demikian, yang politisi benar-benar memperjuangkan kesejahteraan rakyat, yang polisi benar-benar mengayomi rakyat, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil akhir dari ragam aktivitasnya dikembalikan pada bagaimana cara Tuhan bekerja.
Hal ini yang kerap kali dilupakan, bahwa mau bagaimanapun, manusia memiliki kelemahan, oleh sebab itu jangan jauh-jauh dari Tuhan serta jangan lupa gondelan klambine kanjeng Nabi. Karena Tuhanlah yang Maha Segalanya, dan kanjeng Nabi adalah kekasih yang selalu memikirkan umatnya.
Semoga di akhir bulan Sya'ban menuju Ramadhan ini, kita selalu diberi kesadaran olehNya. Sehingga kita tidak pernah luput untuk menghadirkan-Nya dalam segala hal. Serta kita diberi kekuatan dalam menjalani puasa ramadhan selama satu bulan penuh. Amin.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H