Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Dilema Perbukuan: antara Ori dan Bajakan

28 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 28 Mei 2021   06:58 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku adalah jendela dunia. Segala pengetahuan, di samping bisa didapat dari pitutur orang tua dan orang bijak, juga bisa didapat dari membaca. Buku menyampaikan bermacam-macam pengetahuan. Bisa berupa pengalaman, kajian-kajian, cerita-cerita dan ilmu pengetahuan yang lain.


Oleh karenanya, buku menjadi salah satu yang menjadi sangat penting, baik untuk keperluan belajar, menambah wawasan, dan mengulik solusi atas sebuah permasalahan.


Semakin bagus dan menarik isi sebuah buku, atau ditunjang dengan penulisnya (yang terlampau keren, karismatik dan sudah banyak fans) biasanya, harga bukunya semakin mahal. Dalam artian, harga bukunya sesuai dengan isi dan penulisnya.


Mahal dalam hal ini adalah berarti tidak terjangkau bagi sebagian kalangan. Ini pernah saya alami. Saat itu saya sedang membutuhkan buku "History of Arab" Philiph K. Hitti, untuk kebutuhan tugas kuliah. Setelah ketemu bukunya, ternyata harganya tak terjangkau, bagi saya yang hanya mengandalkan uang saku dari kiriman sebulan sekali itu. Sehingga ada teman menawarkan bajakan dari buku itu, sama persis, kertasnya, covernya juga tak bisa dibedakan dengan aslinya. Harganya? Tentu tiga kali lipat lebih murah dari harga aslinya. Karena kebutuhan tugas kampus, akhirnya saya membeli buku tersebut.

Tidak lama kemudian, saya ditegor oleh salah satu teman di komunitas kajian filsafat, "Avenassar" di Kepanjen. Menurutnya, membeli buku bajakan sama halnya dengan menghilangkan rejeki penulisnya, tidak menghargai penulisnya. Intinya apa yang saya lakukan itu sangat tidak bermoral, su'ul adab.
saya menjelaskan bahwa harga aslinya sangat mahal, apalagi mendesak untuk kebutuhan tugas kuliah. jawaban itu tidak masuk akal menurutnya. "Kenapa tidak mencoba meminjam saja dulu? Di Perpustakaan Kota kan ada?" ia tetap tidak menerima berbagai alasan saya.

Saya baru tahu setelah dua tahun terakhir ini saya bersinggungan dengan dunia perbukuan. Dari ikut belajar membuat buku, sampai akhirnya ikut berjualan. Ternyata dunia perbukuan mengalami hal yang sangat rumit. Apalagi jika berkaitan dengan pembajakan. Seperti alasan saya di atas, harganya tidak terjangkau. Namun siapa yang disalahkan dalam hal ini seharusnya? Apa pembeli buku bajakan itu? Atau yang membajak dan menjualnya?


Jika disamakan dengan pencurian, maka jelas yang mencuri itulah yang salah. Walaupun setiap orang memiliki pembenarannya masing-masing. Tetapi hal ini menjadi sangat serius ketika banyak penulis yang sudah menyusun karyanya dengan susah payah, lantas dibajak. Tentu hal ini sama halnya dengan pencurian.


Seharusnya negara hadir dalam permasalahan ini. Jika hanya memainkan sudut pandang maka, pasti tidak akan pembenaran, kecuali siapa yang paling banyak kawan. Paling tidak untuk menghargai dan menghormati penulisnya seharusnya negara hadir.


Hadir dalam artian, turut serta mengatasi permasalahan pembajakan buku. Jika alasannya adalah harga yang tidak terjangkau di kalangan bawah, maka seharusnya negara juga ikut mengatur dan memberi solusi agar buku itu sampai di tangan pembaca. Tidak harus memberi satu persatu, cukup dengan menyediakan perpustakaan di setiap desa atau dusun, saya kira akan menjadi satu upaya untuk mengatasi persoalan dalam dunia perbukuan.


Sesungguhnya persoalan utamanya adalah persoalan akhlak. Akhlak terhadap penulis dan penerbitnya. Karena akan banyak pihak yang dirugikan dari kegiatan pembajakan sebuah buku. Jika alasan utama membajak buku adalah harga yang tidak terjangkau, maka banyak cara untuk mengatasinya, bisa menabung dulu atau meminjam ke perpustakaan atau ke teman yang sudah memilikinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun