Awal bulan, resah menjalar menerobos pintu-pintu ketakutan
Kau bilang; bianglala itu pergi Bersama si Buntar.
Si Buntar yang gemar jajan, boros, kadang juga nguntit uang jajan teman.
Ku dengar si bianglala sedang sedih,
Hari-hari melamun sendiri
Menyaksikan riuhnya kehidupan yang bersaing dan saling sikut sana sini
Eh......, tak kira bianglala ndak bisa sedih,
Ternyata ia manusia juga
Mungkin aku yang salah selama ini,
Melihat nama tanpa melihat siapa ia,
Melihat baju tanpa melihat siapa ia,
Melihat sepatu lancip, tanpa melihat siapa ia,
Melihat sorban melilit tanpa melihat siapa ia,
Melihat molek, tanpa memandang siapa ia,
Ia adalah manusia,
Bagaimanapun dirinya, ia adalah manusia
Bianglala kini sedang resah batinnya
Seakan memikul pilu dengan duri tajam di pundaknya
Sang Bianglala; manusia dengan molek riuh siapa saja yang memandang
Bagaimanapun, ia tetap manusia, pun yang memandangnya,
Semakin dekat ia dengan dirinya, semakin lekat ia denganNya
Kalua boleh saran, janganlah bersedih,
Apalagi dengan kesedihan si bianglala,
Ia akan segera ceria, Ketika manusia lain tak menggunjingnya.
2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H