"Maha Suci Engkau, tiada pengetahuan selain Engkau yang mengajarkan pengetahuan itu kepada kami, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana." (Qs: 2 ; 32)
Tiada pengetahuan yang dimiliki manusia selain dari Tuhan. Di satu sisi memang manusia adalah Khalifah, pemimpin, bahkan Tuhan sendiri mengatakan jika Ia memuliakan Bani Adam. Ahsanu taqwim, atau potensi yang dimiliki seseorang adalah anugerah terbaik dari Tuhan. Dengan itu ia (manusia) mampu melakukan apapun yang ia inginkan, dengan dampak yang bermacam-macam.
Apa yang dimiliki manusia adalah kemelekatan yang memberi gambaran bagaiamana manusia itu sebenarnya. Di lain sisi, manusia mengandalkan imannya, di sisi yang lain, manusia berpegang teguh pada apa yang dipikir  ketahuinya, ilmu pengetahuannya misalnya. Ego, congkah, benar sendiri, bijaksana dan lain sebagainya adalah wujud dari representasi pengetahuan yang ia miliki.
Ramadhan 1442 H kali ini menjadi gambaran bagaimana ramadhan di tahun sebelumnya. Pandemi covid-19 masih menjadi momok besar bagi masyarakat luas. Bahkan sedari awal pandemi; ragam bencana alam mulai menyusul seiring berjalannya pandemi. Terahir adalah gempa yang mengakibatkan bangunan-bangunan di wilayah lintas selatan pun deretan Gunung Kendeng, yang berpusat di Malang mengalami kerusakan. Akibat gempa dengan kekuatan 6.2 Sr itu.
Muncul ragam interpretasi, baik serius, ataupun sekadar cocologi saja. bahwa jika ada gempa di akhir bulan Syaban (memasuki awala Ramadhan) maka akan muncul ragam kesulitan, banyak masyarakat yang kekurangan, saling sikut sana sini, saling congkrah, saling adu argumen dan kebenaran masing-masing, dan lain sebagainya. Ada juga yang menafsirkan karena pusat pusaran bumi (kabah) sangat sepi, sehingga bumi tidak lagi seimbang.
Pengetahuan, iya..., lagi-lagi pengetahuan menemui medan laganya. Ragam inovasi dan interpretasi menjadi bagian terapik dalam ikut saur manuk menghadapi persoalan yang terjadi. Tidak hanya dalam ruang sosial yang sangat luas, bahkan yang mengurusi ruang privat sesama manusiaanya juga ada, dan ini tidak sedikit jumlahnya. artinya apa? Dewasa ini semakin berani manusia membuka tabir atau melewati batas yang oleh Tuhan sengaja diberi batasan dan satir. Agar saling menjaga satu sama lain. Agar benar-benar menjadi rahmatan lilalamin.
Pengetahuan memiliki manfaat pun mudlarat. Ibarat pisau, ia akan tepat jika digunakan untuk memotong bumbu atau buah, tetapi tidak tepat jika ia digunakan untuk memotong jari atau membunuh. Maka tidak lantas salah jika kecurigaan Jibril kemudian diutarakan kepada Tuhan, bahwa bumi akan mengalami kerusakan, seperti halnya makhluk yang diciptakan sebelum-sebelumnya. Namun Tuhan Maha Tahu, dan Ia menegaskan bahwa Ia benar-benar Maha Tahu atas segala hal. Sehingga Jibril tiada risau akan hal itu.
Jika kemudian hari ini banyak kerusakan di muka bumi, peci dan jubah hanya sebatas kostum penanda untuk memebdakan agama, tanpa melihat hati terdalamnya. Sehingga hanya budaya macak atau bersolek yang menjadi trend kekinian. Jualan agama, jualan ajaran, jualan pengalaman, jualan langit dan lain sebagainya. Sehingga Tuhan menjadi nomor dua dalam kehidupan.
Manusia panda berdalih, lidah memang tak bertulang. Hal ini yang kemudian menjadi PR utama dalam kehidupan. samudera luas dan dalam mampu dijajaki, tetapi hati dan pikiran tiada yang tahu kecuali Tuhan. Maka, di Awal Puasa ini semoga semangat tapa ngeker atau menjaga semua indera dalam tubuh; yang memiliki potensi menduakan Tuhan, menjadi dapat kita kendalikan, dapat kita jaga, dan mengambil ragam hikmah dari setiap persoalan yang kita hadapi sebelumnya.
Pandemi, bencana alam, kerusakan di sana sini, adalah wujud dari pengetahuan manusia yang lupa di mana sumber pengetahuan itu sebenarnya. Karena Tanpa Tuhan mengajarkan kepada kita, maka tiada pengetahuan yang menempel dalam benak kita. manusia hanya akan plonga-plongo menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.
Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang mau belajar, karena belajar menjadi kemutlakan tersendiri.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H