Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan Sepanjang Masa: Kesadaran Sebuah Perjuangan

9 November 2020   21:21 Diperbarui: 9 November 2020   21:36 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku."

Disampaikan oleh Silas Papare pada saat memperjuangkan Irian Barat / Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI

Pesan ini tentu menjadi simbol atas sebuah perjuangan yang tentunya bukan hanya sebatas diperingati, tetapi diterus - kembangkan. Karena setiap zaman selalu memiliki tantangan dan perubahan.

Setiap 10 November tak lupa bahwa ada peringatan hari pahlawan. Di mana secara filosofis berangkat dari semangat arek-arek Surabaya melawan sekutu; Belanda dan Inggris tentunya.

Perang Dunia II tentu membawa kesan dan kenangan yang luar biasa besar. Khususnya bagi warga sipil yang entah tercatat atau tidak sebagai pahlawan Nasional.

Di satu sisi, perjuangan untuk semua, dan semua perjuangan harus diteruskan. Di masa Post - Industrialisme ini tentu banyak sekali hal yang perlu dipilah dan dipilih. Bisa jadi berimbas kepada generasi penerus, pun membangun untuk diteruskan kelak oleh generasi selanjutnya.

Perjuangan para pahlawan tentu untuk kebaikan masa depan. Karena itu hal yang paling prinsipil adalah menjaga dan meneruskan apa yang menjadi ruang perjuangan dan pengabdian.

Mengabdi kepada masyarakat, kepada negara tentu tidak melulu dengan dalih kewajiban. Karena faktanya banyak yang menggunakan dalih perjuangan dan pengabdian tetapi tidak untuk kemaslahatan tetapi untuk memakmurkan diri dan kolega.

Negara Indonesia, adalah warisan perjuangan baik fisik pun intelektual. Kultur yang beragam adalah anugerah tanpa batas dariNya. Kekayaan alam pun demikian. Maka tak pantas jika perjuangan di masa lalu diganti dengan ongkang-ongkang dan dalih rebutan daging segar.

Tentu kita tidak perlu berandai-andai. Para penjuang itu masih ada dan tiada mau menonjolkan diri. Merek lebih suka ngumpet, ketimbang ikut cawe-cawe berebut daging berupa batu bara, minyak, gas bumi dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun