Pada akhirnya pemahaman terkait wabah atau pageblukpun sama. Tergantung tradisi yang dilestarikan secara turun temurun. Boleh dipercaya, pun boleh dianggap pengetahuan saja. Tetapi hal ini menjadi sangat lazim bagi pemegang budaya leluhur.Â
Jika di Tengger ada tumpeng pras, di mana tumpeng yang sudah diupacarai, lalu dipotong bagian atasnya, menjadi penanda memutus mata rantai wabah atau pagebluk; istilah modernnya social distancing.
Ada juga yang membakar serpihan kayu mahoni yang diletakkan di atas cobek, lalu diletakkan di depan rumah atau pintu. Hal ini dianggap sebagai pemutus mata rantai wabah atau pagebluk.Â
Tradisi yang dilestarikan ini akan menuai banyak kontradiksi, jika alat peninjaunya tidak sesuai, kata para akademisi tidak aple to aple.
Dengan kata lain, ruangnya berbeda tetapi tujuannya sama; memutus mata rantai wabah atau pagebluknya.Â
Prinsip kebinnekaan tidak hanya dalam aspek nasionalisme saja, tetapi ruang-ruang terdalam aspek kehidupan manusia, termasuk usaha-usaha yang bersifat transenden.
/2/
Corona, pagebluk, ilmu tenger atau penanda adalah rangkaian dari proses perbaikan-perbaikan, yang secara tidak langsung berkaitan dengan alam semesta di satu sisi, dan manusia di sisi yang lain.
Tidak akan datang suatu cobaan kepada manusia, jika manusia itu tidak mampu mengatasinya. Kecuali cobaan itu dibuat sendiri lho.Â
Kekacauan, malapetaka itu dibuat oleh tangannya sendiri. Hutan-hutan mulai telanjang, burung-burung malu bersiul, hewan-hewan kebingungan mencari tempat tinggal, hasil panen bukan dimakan tapi dijual untuk beli makan.
Lintang kemukus, bintang berekor, lintang suraya dan istilah-istilah lainnya adalah penanda. Dalam tradisi keilmuan masuk pada ilmu penanda, atau ilmu tenger.Â