Mohon tunggu...
Chinglai Lee
Chinglai Lee Mohon Tunggu... -

Mencoba berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia : Terasing di Antara yang Asing

22 September 2012   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dewasa ini tampaknya sudah menjadi sesuatu hal yang langka. Pada jejaring sosial misalnya, seringkali kita lebih mudah menemukan tulisan-tulisan dengan bahasa gaul (alay) daripada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ironisnya, hal ini justru merebak di kalangan kaum terpelajar Indonesia. Generasi penerus yang diharapkan mampu membawa nama baik Indonesia di mata dunia justru lebih memilih menggunakan bahasa alay dibandingkan dengan menggunakan bahasa kebangsaannya sendiri. Entah karena faktor gengsi atau hal lain, hingga bahasa Indonesia menjadi terkalahkan oleh bahasa asing bahkan oleh bahasa alay sekalipun.

Menyedihkan memang, bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan sepertinya telah menjadi demikian asing di antara bahasa asing lainnya. Beberapa waktu lalu misalnya, secara tidak sengaja saya sempat mendengar percakapan antara dua orang ibu terkait dengan prestasi belajar anak-anaknya di sekolah. Di antara isi perbincangan tersebut adalah, bahwa mereka mempertanyakan tentang perolehan nilai bahasa Indonesia yang ternyata relatif lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai bahasa asing lainnya. Hingga salah seorang di antaranya mengaku sempat menawarkan anaknya untuk mengikuti les privat bahasa Indonesia. Namun urung, karena ternyata tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh si anak hanya karena alasan malu. Hal serupa pernah pula saya dengar dari pengakuan salah seorang wali kelas sekolah lanjutan tingkat atas. Diakuinya, bahwa salah seorang berprestasinya hanya mampu mencapai angka tujuh untuk nilai mata pelajaran bahasa Indonesia, padahal untuk nilai bahasa Inggris dan bahasa Jerman siswa tersebut mampu mencapai angka delapan bahkan sembilan.

Perbincangan lain sempat pula saya temukan saat berpapasan dengan beberapa anak sekolah berseragam putih abu. Mereka yang tampaknya baru saja menyelesaikan ujian nasional saat itu mengaku cukup bingung saat menghadapi ujian bahasa Indonesia. Sementara untuk ujian bahasa Inggris, mereka mengaku tidak menemukan kendala yang cukup berarti. Sayangnya, saya tidak sempat bertanya tentang penyebab semua itu. Namun seorang dari mereka setengah berbisik berkata, kurang tertarik pada pelajaran bahasa Indonesia.

Melihat kondisi tersebut, rasanya tidaklah berlebihan jika mulai saat ini kita bahu-membahu untuk mengupayakan diri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan bahasa Indonesia tidak lagi menjadi asing di antara yang asing, namun justru menjadi primadona yang patut dibanggakan. ^_^

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun