[caption id="attachment_161343" align="alignnone" width="650" caption="Illustrasi-tebidah-4.bp"][/caption] Satu hal yang kini mulai banyak terungkap adalah penyimpangan seksual dikalangan remaja baik itu remaja putra maupun putri. Gay atau lesbi seakan telah menjadi gaya hidup yang bukan dianggap tabu lagi. Padahal, jika Anda mengingat waktu Anda muda dulu, mungkin penyimpangan perilaku ini mendatangkan konsekuensi sosial yang sangat buruk bagi para pelakunya. Dijauhi, dikucilkan baik dalam kehidupan bermasyarakat bahkan dari lingkungan keluarga sendiri tanpa ada langkah yang bijak untuk mengembalikan mereka kepada kodratnya. Banyak diantara mereka yang semakin terpuruk dan mencari dunia lain dimana mereka bisa diterima dengan penyimpangannya. Tak heran jika pada akhirnya mereka justru memiliki komunitas sendiri dengan kebebasannya beraksi menuruti nafsu sendiri.
Lesbianisme adalah salah satu bentuk penyimpangan seksual yang disebabkan adanya partner seks yang abnormal. Ini adalah suatu keadaan dimana seorang perempuan mendapatkan kepuasan seksual dengan berhubungan seks dengan wanita lain. Ada yang mengatakan perilaku ini disebabkan oleh gen, namun banyak yang berpendapat bahwa fenomena ini disebabkan justru oleh faktor luar (lingkungan). Lesbi banyak disebabkan oleh trauma psikologis dan fisik yang diterima perempuan dari penganiayaan oleh lawan jenis. Ini bisaberawal dari tragedy patah hati, KDRT, dan sebagainya yang pada akhirnya perempuan merasa lebih aman dan nyaman bila hidup bersama sesama jenisnya. Sebagai contohnya, seorang anak perempuan yang mengalami KDRT dimana sang ayah sering memperlakukan sang ibu dengan kasar dan tidak manusiawi. Ini menyebabkan anak mengalami kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan serta mendalam pada kaum lelaki. Hasilnya anak cenderung menjauhi laki-laki dan lebih dekat dengan perempuan. Kedekatan ini terus berlangsung hingga menimbulkan rasa sayang dan cinta. Dengan kata lain, lesbi lebih banyak disebabkan karena kegagalan dalam membina hubungan heteroseksual.
Lesbi juga cenderung ditimbulkan dari pemikiran orang tersebut. Kekaguman berlebihan akan kecantikan fisik dan sifat lemah lembut perempuan, didukung dengan adanya rangsangan dari luar, misalnya lingkungan pergaulan yang didominasi oleh para lesbian akan mengarahkan seseorang menjadi lesbi. Lingkungan seperti ini secara perlahan namun pasti akan mempengaruhi perilaku anak. Jika tidak memiliki bekal pengendalian diri yang kuat, perlahan mereka akan mengikuti jejak rekan-rekannya. Mungkin pada mulanya orang-orang yang normal akan merasa jijik dengan perilaku pecinta sesame jenis. Tapi jika pergaulan itu diteruskan maka yang semula jijik menjadi biasa-biasa saja. Setelah merasa terbiasa mereka akan merasa nyaman, karena biasanya para lesbian justru dapat memberikan perhatian lebih daripada yang diberikan oleh kekasih (laki-laki). Selanjutnya, terperangkaplah perempuan normal tersebut dalam perilaku yang abnormal ini. Dalam hal ini lesbi disebabkan karena factor ikut-ikutan saja akibat salah pergaulan. Hal tersebut memang tidak terlepas dari peran globalisasi yang menebar liberalism dalam kehidupan.
Tanda-Tanda Lesbi Sangat sulit menemukan tanda-tanda lesbian. Ini disebabkan sebagian besar wanita memiliki toleransi yang besar terhadap sesama jenis. Karena itu, banyak kaum wanita yang tidak merasa keberatan jika dipegang tangannya bahkan dicium pipinya oleh sesama perempuan.
Ciri-ciri lesbian yang berperan sebagai maskulin antara lain: Lebih menghargai wanita daripada pria dan memiliki ketertarikan dengan wanita Memposisikan diri sebagai maskulin dan bertingkah laku maskulin Memiliki hobi maskulin Posesif Sedangkan tanda-tanda lesbian yang berperan sebagai feminim antara lain: Berhubungan baik dengan laki-laki, tetapi tidak ada rasa tertarik Biasanya berperilaku dingin Sangat tergantung dengan pasangannya Tidak mandiri Sering cemas Menjaga jarak dengan wanita lain yang bukan pasangannya Sentimentil dan posesif
Tanda-tanda tersebut bukanlah tanda yang paten. Dengan kata lain tanda tersebut belum tentu muncul. Dan jika putri Anda memiliki kriteria diatas juga belum menjadi jaminan 100% bahwa dia lesbi. Untuk memastikan dibutuhkan penyelidikan lebih mendalam dan kejujuran dari putri Anda sendiri tentunya.
Solusi Jika putri Anda termasuk dalam criteria lesbi, jangan langsung berputus asa. Hadapi saja apa yang diberikan-Nya dengan tenang. Dengan begitu, Anda akan lebih bisa berfikir jernih untuk mencari jalan keluar. Bagaimana Anda menyikapinya? Mari kita simak!
1. Berikan pembinaan nurani. Ini adalah langkah yang paling utama baik untuk langkah preventif maupun pengobatan. Dekatkan dia dengan Sang Pencipta. Sebaiknya jangan menggunakan cara-cara yang terkesan menggurui agar anak tidak jengah. Jangan bosan mengingatkannya dan ciptakan lingkungan yang agamis disekitarnya.
2. Ajak konsultasi psikologis. Jika dia menolak, sebaiknya Anda yang berinisiatif untuk konsultasi dengan psikolog agar Anda mendapatkan masukan tentang apa yang harus Anda lakukan secara detil.
3. Jangan mengucilkannya. Bagaimanapun keadaannya, anak tetap membutuhkan figure orang tua. Dukungan yang besar dari Anda dapat menjadi sebuah motivasi yang sangat besar bagi anak untuk berubah kearah yang lebih baik lagi.
4. Belokkan orientasi seksualnya. Hindarkan dia dari komunitas/pergaulan dengan orang-orang lesbi. Ajak dia berkenalan dengan lawan jenis.
5. Lakukan terapi klinis dan ciptakan lingkungan yang benar-benar mendukung.
6. Seandainya memungkinkan, sebaiknya segera nikahkan putri Anda. Diharapkan dengan adanya pernikahan waktu luangnya terisi dengan kesibukan rumah tangga. Selain itu, hubungan biologis yang terjadi dalam sebuah pernikahan diharapkan dapat mengalihkan ketertarikannya dengan sesama jenis.
7. Puasa dapat menjadi salah satu cara untuk mengendalikan diri baginya. Jadi, sebisa mungkin ajak anak berpuasa. Ini terutama bagi para muslim.
Dari berbagai Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H