Mohon tunggu...
Bang Bams
Bang Bams Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak semua Tulisan itu Benar & Tidak semua Kebenaran itu harus Dituliskan, tapi Kejujuran lebih baik daripada Keguguran. (Ngaco)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Wanita Indonesia Takut Sukses?

10 Januari 2012   14:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawabannya, tidak sepenuhnya benar.

Beberapa hasil penelitian skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunjukkan wanita bekerja Indonesia memiliki ketakutan yang rendah terhadap kesuksesan. Dengan kata lain, wanita Indonesia sebenarnya tidak takut sukses. Hal ini terlihat pada wanita bekerja yang tinggal di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. Bidang pekerjaan yang dijalani responden juga bervariasi, yaitu karyawan swasta, dosen, serta pegawai negeri sipil. Penelitian dilakukan pada tahun 1991, 1992, 1993, 1995, dan 2002.

Rendahnya ketakutan akan sukses terlihat baik pada wanita yang sudah menikah maupun belum menikah. Selain itu, wanita bekerja yang memiliki tingkat pendidikan sarjana, magister, ataupun doktor juga memiliki ketakutan akan sukses yang tergolong rendah. Namun, tidak ada hasil yang tidak konsisten dalam ketakutan akan sukses pada wanita dengan peran jender berbeda.

Peran jender adalah serangkaian atribut, sikap, trait kepribadian, dan tingkat laku yang dianggap sesuai untuk masing-masing jenis kelamin. Pada pandangan tradisional, peran jender yang sesuai untuk wanita adalah feminin, sedangkan peran jender yang sesuai untuk pria adalah maskulin. Ini berarti femininitas dan maskulinitas dilihat sebagai dua variabel kepribadian yang berdiri sendiri dan merupakan dua kutub yang berbeda.

Namun, pandangan nontradisional menyatakan femininitas dan maskulinitas bukanlah dua variabel yang berdiri sendiri, tetapi justru saling melengkapi. Pandangan ini kemudian mengemukakan konsep peran jender androgini yang berasal dari kata andro, yaitu pria, dan gyn, yaitu wanita. Beberapa ahli menyatakan, androgini merupakan penggabungan karakteristik, nilai, sikap, serta tingkah laku yang dianggap wanita dan pria, dengan tujuan memasukkan karakteristik positif dari jenis kelamin yang satu ke dalam jenis kelamin yang lain.

Lebih jauh lagi dikatakan, "Orang-orang yang androgin cenderung lebih kompeten, lebih yakin pada diri sendiri, memiliki harga diri yang tinggi, memiliki motif berprestasi tinggi, serta lebih fleksibel dalam bertingkah laku maupun menampilkan tugas maskulin dan feminin tanpa disertai perasaan tidak enak."

Hasil penelitian Ali Nina (1991) dan Nauly (1993) menemukan bahwa meskipun berada pada tingkat yang tergolong rendah, wanita yang memiliki peran jender feminin memiliki ketakutan akan sukses yang lebih tinggi secara signifikan daripada wanita yang memiliki peran jender androgini.

Namun, penelitian Patana (2002) serta Ali Nina dan Dahesihsari (2002) menemukan, tidak ada perbedaan ketakutan akan sukses pada wanita dengan peran jender feminin, maskulin, dan androgin.

Adanya selang waktu sekitar sepuluh tahun dari keempat penelitian tersebut dapat menunjukkan ada pergeseran tingkat ketakutan akan sukses pada wanita dengan peran jender feminin. Hal ini semakin memperkuat bukti baik wanita yang feminin, androgin, maupun maskulin memiliki ketakutan akan sukses yang rendah.

Ini berarti, wanita Indonesia kurang memiliki ketakutan akan kehilangan femininitas, kehilangan penghargaan sosial, serta ditolak lingkungan sosial jika menampilkan keinginan yang tinggi untuk mencapai sesuatu serta dapat mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dan pendidikan.

PERTANYAAN berikutnya: Apakah benar wanita yang memutuskan tetap bekerja di luar rumah dan melanjutkan pendidikan dapat menyeimbangkan antara karier dan kehidupan keluarganya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun