Pemberitahuan di awal merupakan hal yang penting dalam penerapan teknologi chatbot di Indonesia. Terlebih di industri-industri perdagangan dan jasa, termasuk e-commerce seperti Bhinneka. Pasalnya, ada berbagai keperluan yang mendorong konsumen menghubungi sebuah lembaga publik.Â
Sebagian besar keperluan tersebut bisa diakomodasi dengan chatbot, sebagian lainnya hanya akan efektif bila tetap dilayani tenaga manusia.
"Misalnya untuk pertanyaan alamat toko, nomor teleponnya, jam operasional, email Bhinneka.com dan sejenisnya, tentu bisa dijawab dengan robot. Sedangkan untuk menanyakan harga, rekomendasi produk, memantau proses transaksi tentu masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Apalagi kalau komplain, akan tidak tepat apabila konsumen malah dihadapkan dengan robot," paparnya.
Demikian pula dengan Bhinneka, yang tengah mengembangkan chatbot-nya dan pertama kali ditampilkan di publik Januari lalu. Demonstrasi dipresentasikan Lodewijk dalam salah satu sesi di Internet Retailing Expo (IRX) Indonesia 2018, berupa beberapa basic inquiries.
"Bukan sekadar jadi programmed answering machine, tetapi benar-benar machine learning. Dalam hal ini tentu berkolaborasi dengan teknologi dari luar dan compatible tidak hanya secara teknis, juga secara bisnis. Salah satunya dengan AWS (Amazon Web Service)," beber Lodewijk.
Dalam AWS Summit, Rabu (4/4) lalu di Singapura, Bhinneka disebut sebagai partner e-commerce pertama mereka di lingkup Asia Tenggara. Dari kolaborasi teknologi ini, salah satu aspek yang terdampak adalah progres peningkatan kemampuan chatbot Bhinneka.
Kapankah waktunya, ketika kita bisa bertanya ini kepada robot: "Saya ingin beli ponsel terbaru, harganya di bawah Rp 6 jutaan, Android versi terbaru, dual camera, dualSIM, bagus buat selfie, bisa ditambah memory card, dan warnanya merah, bagusnya yang merek apa, ya?"
Mari kita nantikan saja.