Mohon tunggu...
Bhinneka
Bhinneka Mohon Tunggu... Model - PT. Bhinneka Mentaridimensi

Bhinneka adalah pionir e-commerce di Indonesia, yang hadir sejak 1993 di bawah perusahaan PT Bhinneka Mentaridimensi. Bhinneka melayani korporasi dan perorangan melalui Bhinneka.com, pengadaan bagi lembaga pemerintahan melalui LKPP (B2G), maupun pengadaan mesin cetak digital berformat besar melalui Bhinneka Digital Printing Solutions (DPS). Bhinneka B2B eCommerce Indonesia menjual produk IT, elektronics, Tools/MRO, dan berbagai Jasa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Music Streaming" dan Pilihan Lainnya di Tahun 2018

28 Desember 2017   17:08 Diperbarui: 28 Desember 2017   17:44 2116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis: http://www.vertoanalytics.com/verto-index-streaming-music/

Pasti pakai smartphone atau tablet, kan? Selain digunakan untuk berkomunikasi, tentu juga dipakai untuk keperluan lainnya. Termasuk mendengarkan musik.

Untuk tujuan ini, ada beragam cara yang bisa dilakukan. Para pengguna smartphone bisa mengisi dan memuat sendiri daftar lagu yang diinginkan ke dalam perangkat atau memori tambahan. Ada juga pilihan untuk mendengarkan siaran radio secara analog (masih ada beberapa varian ponsel pintar yang bisa menangkap frekuensi FM), maupun menginstal aplikasi siaran radio secara gratis. Pilihan berikutnya, yaitu menggunakan aplikasi-aplikasi music streaming yang tengah mengemuka sekitar setahun terakhir.

Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Memuat sendiri daftar lagu memang dianggap langkah paling simpel, bisa dilakukan sendiri dan cenderung tanpa batasan. Namun kendalanya adalah ketersediaan judul lagu yang diinginkan, dan sumber lagu yang dimasukkan. Pengunduhan lagu secara personal melalui internet rentan ilegal, serta menjadi bagian dari pembajakan karya. Jangan lupa pula soal ketersediaan ruang penyimpanan.

Ilustrasi proses pemindahan data dari komputer ke ponsel. Foto: makeuseof.com
Ilustrasi proses pemindahan data dari komputer ke ponsel. Foto: makeuseof.com
Dengan siaran radio, pengguna tidak perlu repot-repot memilih lagu. Terutama penggemar musik-musik populer sekaligus para penyiarnya. Cukup berada di posisi pasif, mendengarkan. Apalagi aplikasi pemutar siaran radio secara analog juga relatif hemat daya. Hanya saja, mendengarkan radio berarti mendengarkan siarannya. Ada iklan, ada kata-kata dan perbincangan, serta bergantung pada jangkauan pancaran. Untuk keperluan selain mendengar musik, radio pun menjadi media informasi. Tak semua smartphone juga yang masih mempertahankan fitur ini.

Ketika menggunakan aplikasi music streaming, ada beberapa kendala dari dua pilihan sebelumnya yang teratasi. Pertama, pengguna tidak perlu repot-repot mempersiapkan ruang penyimpanan untuk sejumlah judul lagu. Lalu, pengguna bisa langsung mencari judul lagu atau penyanyi yang diinginkan. Dari yang paling populer dan tengah berkumandang di mana-mana, sampai paling spesifik dan niche. 

Aplikasi-aplikasi tersebut juga bekerja dengan algoritme khusus untuk memudahkan kita menemukan lagu-lagu sesuai karakteristik kegemaran kita, memungkinkan pendengar "menemukan" judul-judul yang dirasa keren berdasarkan riwayat pemutaran sebelumnya. Akan tetapi, pilihan ini pun tak luput dari kelemahan. 

Pengguna harus menginstal aplikasi dan melakukan registrasi agar bisa memanfaatkan layanannya. Bagi sebagian orang, langkah ini mengganggu. Setelah registrasi, pengguna juga mendapatkan pilihan untuk menikmati layanan secara gratis dengan sejumlah batasan, atau berlangganan. Selebihnya, penggunaan aplikasi bergantung pada ketersediaan kuota internet. Makin bagus kualitas suara yang kita pilih, makin besar juga data internet yang terpakai. Tanpa sambungan internet, mustahil bisa mendengarkan musik. Apabila berlangganan, beberapa aplikasi memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk mendengarkan secara offline.

Menariknya, dari ketiga pilihan di atas, layanan music streaming disebut menjadi bagian yang membentuk wajah baru industri kreatif digital. Sementara pilihan pertama dan kedua, dipisahkan ke ranah berbeda.

Fitur radio FM di Windows Phone. Foto: YouTube
Fitur radio FM di Windows Phone. Foto: YouTube
Dalam mekanisme memasukkan daftar lagu langsung ke perangkat, pernah menjadi salah satu sumber pemasukan bagi pemilik konter ponsel. Dengan biaya yang relatif murah, pemilik perangkat akan mendapatkan sekitar seratus judul lagu sesuai kategori. Sedangkan siaran radio, masuk ke ranah broadcasting dan media massa. Berbeda dengan music streaming. Nielsen bahkan merilis insight Juli lalu, dan menyebut pasar music streaming terus terbentuk di tahun 2017 dengan peningkatan sampai 62,4 persen (kondisi di Amerika Serikat).

Kondisi ini juga didukung oleh riset dari Verto Analytics, yang menunjukkan tingginya angka konsumsi layanan music streaming melalui smartphone dibanding perangkat lain.

Grafis: http://www.vertoanalytics.com/verto-index-streaming-music/
Grafis: http://www.vertoanalytics.com/verto-index-streaming-music/
Di Indonesia sendiri, setidaknya ada sejumlah penyedia layanan music streaming yang cukup dikenal. Joox, Spotify, Apple Music, dan SoundCloud. Selain itu juga ada Tunein Radio, aplikasi untuk mendengar siaran radio melalui internet.

Dikutip dari Insentia (Media Monitoring & Analysis Tools and Services), tiga penyedia music streaming teratas di Indonesia adalah Joox (50,73 persen), Spotify (32,22 persen), dan Apple Music (17,05 persen) dikarenakan kondisi masing-masing. Apple Music misalnya, lebih identik dengan pengguna iPhone dan produk Apple lainnya.

Menurut Insentia, Joox berhasil mengungguli kompetitornya yang lain lantaran pilihan lagu yang disusun khusus menyesuaikan selera massa. Khususnya yang tengah gandrung K-Pop, serta antarmuka (interface) yang dirasa lebih atraktif di smartphone kelas low-end sekalipun.

Meskipun demikian, kondisi di tahun 2018 dipastikan bakal lebih dinamis. Ditandai dengan makin banyaknya pengguna smartphone yang akrab dengan layanan ini, dan mengalokasikan sebagian kuota internetnya untuk mendengarkan musik secara online. Spotify Indonesia, contohnya. Di ulang tahun pertamanya pada Mei lalu, mengklaim bahwa Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pengguna tercepat di Asia.

Dikutip dari Rolling Stone Indonesia, ada hampir 4 miliar jumlah lagu dengan waktu pemutaran lebih dari 11 miliar menit melalui Spotify di Indonesia dalam setahun pertamanya sejak Maret 2016. Angka tersebut dihitung secara total, baik dari pengguna berlangganan maupun yang memanfaatkan layanan gratis.

Dengan demikian, faktor yang satu ini tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pangsa pasar smartphone tahun mendatang. Terutama yang berkaitan dengan kapasitas baterai, kualitas suara melalui speaker maupun earphone, maupun layanan bundling lainnya.

Bagaimana dengan Anda sendiri? Lebih sering menggunakan smartphone untuk mendengar lewat apa? Simpanan lagu di memori, radio, atau music streaming? Jangan lupa, buat orang Indonesia, gratisan adalah segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun