Mohon tunggu...
ER - TE - EM WOWORUNTU
ER - TE - EM WOWORUNTU Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang mamah muda yang sangat biasa sekali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Polemik Dolly, Bu Risma Butuh Dukungan Kita

13 Juni 2014   21:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DOLLY === .. Saya rasa semua telinga tak kan merasa asing dengan 'kata itu'.  Itu adalah sebuah tempat, dimana ada ribuan pekerja yang menggantungkan nasibnya. Sebuah tempat yang berada di pinggir kota surabaya, tempat hiburan para pencari nikmat dan pemuas nafsu. Dolly, lebih tepatnya adalah tempat lokalisasi terbesar di asia tenggara yang dikabarkan akan di tutup oleh walikota surabaya ibu tri rismaharini pada 19 juni mendatang.

Berbagai polemik menyeruak menanggapi keputusan walikota, sampai komnasham datang ke surabaya hari ini untuk memantau hiruk pikuk protes warga penghuni dolly. Banyak juga yang menggelar Orasi, banyak berdiri panggung2 demo di sekitar daerah lokalisasi itu. Rencana penutupan itu menuai banyak kontroversi. Baik dari kalangan warga penghuni dolly sendiri, maupun dari kalangan pejabat pemerintah setempat.

Dolly memang di anggap sebagai tempat mencari rejeki bagi warga sekitar, tetapi tentu bukan rejeki HALAL. Mulai dari bekerja sebagai pemuas nafsu, tukang rokok keliling, pemilik warung, penjaga parkir dan masih banyak lagi bidang pekerjaan disana. Agar lebih gampang menjelaskan disini saya akan menyebut warga penghuni dolly dengan sebutan 'dollyger' artinya 'kunjungi dolly pasti seger' (salah satu celetukan tukang becak untuk mendeskripsikan kawasan dolly).

Keputusan walikota surabaya untuk menutup tempat lokalisasi ini masih belum mendapatkan jalan terang. Meski banyak di pasang spanduk besar di pinggir jalan yang bertemakan penutupan dolly, tapi masih ada aja warga yang belum paham akan rencana walikota ini. Dollyger menganggap pemerintah tidak memikirkan nasibnya setelah dilakukan penutupan. Mereka juga menganggap TUHAN itu tidak adil. Baginya, Dolly adalah tempat bernaung dan tempat dimana mereka bisa bertahan hidup. Tapi mereka tidak tau bagaimana jika aktivitas itu tidak segera di hentikan.

Memang banyak sekali dampak yang di timbulkan dari penutupan dolly ini. Dampak positif dan negatifnya itu tergambar jelas. Antara lain :

DAMPAK POSITIF


  1. Jika dolly ditutup


Negara INDONESIA akan melepaskan satu dosa,tentunya kawasan surabaya. Bagaimanapun juga mayoritas penduduk INA beragama islam. Dan di dalam islam berzina itu haram hukumnya. Dan barang siapapun yang mengetahui ada perbuatan zina tetapi mereka membiarkan, maka berarti sama saja mereka akan ikut menanggung dosa itu.

2. Jika dolly ditutup
Warga surabaya, bahkan warga pendatang akan terbebas dari masalah yang namanya AIDS. yang sudah sekian lama menjadi momok . Meskipun tidak terbebas 100%, paling tidak bisa berkurang lah pertumbuhan penyakit yang mengerikan itu.

3. Jika dolly ditutup

Ex dollyger akan mempunyai pekerjaan yang layak .Karena walikota sudah menyiapkan tempat pelatihan / kursus bagi ex dollyger. Yang mana tempat itu bisa digunakan untuk belajar berkreasi guna mencapai kesejahteraan hidup yang halal.

4. Jika dolly ditutup

Masyarakat akan merasa aman dan nyaman karena sudah tidak ada lagi 'fenomena alam buatan' yang membuat nama surabaya menjadi terkenal dan tercemar.

DAMPAK NEGATIF (bagi dollyger)


  1. Jika dolly ditutup


Mereka akan kehilangan pekerjaan yang (mungkin) di cintainya. Dan meskipun sudah di buatkan wadah untuk beralih pekerjaan, dollyger ini tidak akan merasa nyaman. Dari segi 'cara berjualan' dan dari segi 'hasil' yang di dapat.

Dari segi cara berjualan, mugkin bagi mereka sangat berbeda. Dimana waktu masih menjadi pemuas nafsu, mereka dengan gampang bisa memuaskan pelanggan. Tidak perlu bersusah payah harus menyiapkan ini itu (berdasarkan opini menjurus ke logika). Sedangkan jika mereka beralih pekerjaan yang notabene sedikit merepotkan, itu membuat dollyger malas.

Dari segi hasil, jelaslah kalah saing jika bu risma menawarkan pelatihan khusus agar dollyger bisa beralih pekerjaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tarif yang di pasang di tempat ini adalah di atas rata rata (bila di bandingkan dengan lokalisasi lain di indonesia). Meskipun tiap dollyger itu berbeda tarifnya, ya paling tidak minimal 100 ribu bisa masuk kantong untuk sekali main. Itu adalah harga yang termasuk fantastis.Dalam sehari, dollyger bisa melayani 3 sampai 4 tamu. bahkan ada yang bisa sampai 10 tamu per hari. Bayangkan berapa yang di dapat?..AMAJING..

2. Jika dolly ditutup

Para penjual rokok keliling , pemilik warung, pemilik rumah sewa, tukang parkir akan kehilangan banyak pelanggannnya. Karena hampir 100% pelanggan mereka adalah para tamu tamu yang datang. Jika tempat ini di tutup, mereka 'ngladeni' siapa ?.. Sedangkan para ex dollyger sendiri juga akan di alihkan satunya menjadi pedagang. Lah terus, akan makin banyak saingan donk.

3. Jika dolly ditutup

Akan banyak berdiri warung remang remang serta panti pijat dan salon plus plus di surabaya. Mereka akan berkeliaran dimana mana. Jalanan malam , semak semak akan dijadikan tempat bernaungnya yang baru. Salah satu contohnya adalah kawasan 'bawah jembatan tol waru dekat CITO'. Setiap malam di atas jam 21.00 WIB akan banyak berkeliaran 'maho jadi jadian'. Yang berjenis kelamin wanita tulen juga ada. Mengerikan..

Itulah dampak dampak yang akan di timbulkan apabila dolly di tutup.

Sebenarnya jika dollyger bisa berfikir positif tentu dampak negatif tidak akan mereka alami. Karena sepulang dari dolly mereka bisa belajar di tempat yang sudah di sediakan dan bisa mempraktekkannya di dalam kehidupan mereka. Dan mereka tidak akan di bayang bayangi dengan dosa, toh juga pekerjaan halal yang akan di lakoninya akan bisa dipakai sampai tua. Coba pikir jika mereka hanya punya keahlian 'memuaskan nafsu' saja? apakah mungkin pekerjaan itu akan bertahan sampai tua?.. 99 % tidak. walaupaun ada 1 % yang bertahan, tapi hasilnya juga sebanding dengan kualitasnya. Semakin tua, semakin sedikit pelanggannya, semakin murah pula harganya.

Hidup itu akan terasa mudah dan indah jika dijalani dengan ikhtiar,bersabar dan bersyukur. Walaupun sedikit yang pentink 'HALAL'.

Untuk bu risma, LANJUTKAN .. !!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun