Sudah menjadi kebiasaan hampir setiap orang. Jika di jalan. Di mall. Di halte. Dan lainnya. Melihat orang yang kaya mobil mewah, pasangan yang cantik, dompet tebal, dan lain sebagainya.
Kita lantas ingin seperti mereka. Dengan membayangkan betapa indah dan menyenangkannya hidup seperti mereka. Hidup dengan bergelangan harta dan juga pasangan hidup yang cantik. Bahkan kalau kurang cantik bisa menukarnya dengan yang lebih cantiq.
Padahal sesuatu hal yang kita lihat menyenangkan dan indah belum tentu cocok dengan kita. Suatu contoh mangga gadung itu manis dan juga halal. Tapi jika dikonsumsi malam hari bagi penderita diabet sangat tidak baik. Karena bisa berakibat fatal.
Itu artinya. Kehidupan dan takdir yang kita terima dari Tuhan itu adalah hal yang paling baik. Hanya kita tinggal menerimanya dengan sabar jika takdirnya miskin. Dan menerimanya dengan syukur jika kita di takdirkan berkecukupan. Sebab keduanya adalah ujian dari Tuhan yang berpotensi memasukkan kita je surga dan menggelincirkan kita ke neraka.
Karenanya guru kami Abuya Luthfi Muhammad sering berpesan kepada kami "jadilah dirimu sendiri" karena itu lebih menyenangkan dan langgeng.
Suatu ketika ayah kami bercerita ada anak katak bersama induknya, sedang berada di empang tiba-tiba ada seekor ular yang besar dan ganas. Tanpa aba-aba langsung  memangsa kawanan katak tersebut. Melihat hal yang demikian anak katak berkata kepada induknya. "Bu aku ingin menjadi ular saja, ndak mau menjadi katak" kenapa nak? Tanya sang induk. "Iya kalau nanti aku menjadi ular tentu akan bisa memangsa katak. Bukan sebaliknya menjadi kaum yang tertindas." Hus ndak boleh nak. Kita ini katak tidak mungkin menjadi ular. Pamali. Kata induknya. Tidak pokoknya keputusanku sudah bulat. Aku kepingin menjadi ular saja.
Akhirnya katak kecil mengikuti terus kemana si ular pergi. ternyata tidak lama kemudian dari atas awan yang tinggi meluncurlah seekor elang bak meteor jatuh. Tanpa peringatan langsung menyengkeram si ular. Beberapa detik kemudian si ular langsung terkapar dan lemas. Menjadi santapan sang elang.
Melihat hal yang demikian mwngejutkan si kecil berkata kepada induknya. "Bu aku ndak mau jadi ular. Aku ingin menjadi burung elang saja. Bisa terbang sesuka hati dan memangsa ular" sesaat kemudian sang induk berkata. "Sudahlah nak kita menjadi katak saja ndak usah kepi gin menjadi elang. Yang jelas menjadi katak itu lebih menyenangkan bagi kita" hibut sang induk.
Tidak bu, pokoknya Aku ingin jadi elang saja biar bisa memangsa ular dan membalaskan dendamku kepada ular yang telah memangsa saudara-saudaraku.
Jangan nak jangan. Pinta ibunya memelas.
Akhirnya diikutilah terus kemana sang elang terbang. Tapi sungguh naas ketika sang elang hendak pergi ke sarangnya. Datanglah dari balik semak-semak seekor harimau yang gagah. Dalam sekejap habislah elang di makan harimau.
Melihat harimau yang gagah berani. Pikiran si kecil berubah lagi. Tidak mau msnjadi elang tapi ingin menjadi harimau. Sebab lebih gagah dengan cakar yang tajam serta gigitan taring yang mematikan.
Tetap seperti semula. Sang induk tidak meridhoi anaknya untuk me jadi harimau. Serta meyakinkan anaknya bahwa menjadi katak adalah jauh lebih baik dan menyenangkan.
Tapi si kecil tetap dengan pendiriannya tidak mau nenjadi karak. Tetapi menjadi harimau. Kemana pergi ia mengikuti sang harimau. Tapi sungguh malang nasib harimau tersebut jatuh tersungkur ke tanah dengan darah seras mengair dari salah satu bagian tubuhnya. Setelah terkena  beberapa tembakan dari ssorang pemburu.Â
Melihat hal itu keinginan sikecil menjadi berubah. Tidak menjadi harimau tapi i inginnya menjadi manusia yang gagah berani dengan membawa senapan yang panjang dan mematikan. Pastilah aku akan bahagia dengan menjadi seorang pemburu dengan senapan laras pnjang. Kan ku tembak seluruh hewan yang menyebalkan.
Sang induk berkata. "Tobatlah wahai anakku. Dari keinginanmu untuk menjadi ini dan itu. Dan yakinlah bahwa menjadi katak itu lebih baik bagi kita.
Tidak bu, pokoknya aku ingin menjadi manusia.
Tidak boleh nak. Kita ini adalah katak? Dan terbaik bagi kita adalah menjadi katak.
Akhirnya diseretlah anak katak tersebut untuk pulang dan berhenti berpikir konyol dengan ragam keinginan .
Ditengan perjalanan menuju pulang terdengan suara sirine  ambulan.
Si kecik tanya? Suara apa itu bu. Itu suara ambulane. Â Lalu siapa yang terkapar lemas di dalam otu?
O.... o
Itu adalah orang meninggal dikarenakan gigitan  nyamuk demam berdarah dan dokter tidak mampu menolongnya....
O.... ternyata manusia juga bisa mati ya bu.
Makanya ndak usan  kepingin menjadi ono san itu. Sebab takdir kita menjadi katak. Itu pasti takdir yang naik biat kita.
Akhirnya sikecil. bersama induknya. Pulang. Dan betapa gembiranya si kecil. Ketika hendak sampai di empang melihat kawanan katak yang sedang berpesta memakan nyamuk.
Dengan bangga si kecil berkata pada ibunya. Bu ternyata katak lebih hebat dari makhluk yang lainnya ya. Iya makanya. Jadilah dirimu sendiri.
Sebab itu lebih me yenangkan  dan llanggeng.
Wallohu a^lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H