Kekurangan :
Dukungan legislatif yang hanya 37% berpotensi pemerintahan mudah digoyang dan menimbulkan kegamangan untuk membuat perubahan kebijakan yang sebenarnya memerlukan perubahan mendasar dan bahkan mungkin cenderung radikal.
Adanya image bahwa Jokowi dibayangi atau digerakkan oleh Megawati dan kepentingan asing merupakan hambatan dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis. Terutama keputusan strategis yang mengganggu atau dianggap merugikan pihak-pihak lain. Image ini dapat dimanfaatkan oleh mereka untuk menyerang atau menentang.
Jokowi belum teruji dalam hubungan internasional. Hal ini dapat mempengaruhi kurangnya dukungan bila terjadi konflik dengan negara tetangga.
Yang sulit diprediksi dari kedua Capres adalah bidang penegakan hukum. Segenap rakyat berharap ada perbaikan penegakan hukum.
Semua ini hanya persepsi dalam sebuah opini dari kacamata kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Kedua Capres memiliki kekurangan dan kelebihan. Siapapun yang nantinya menjadi Presiden, semoga prediksi negatif (kekurangan) dapat diperbaiki dan bahkan dibalik menjadi kebaikan. Amin
Pilpres bukan pertandingan, bukan pertarungan dan bukan perang
Hendaknya pilpres tidak dimaknai sebagi pertandingan, pertarungan apalagi perang. Pilpres mestinya menjadi ajang lomba memperbaiki negeri dan lomba mensejahterakan rakyat. Dengan demikian antar capres maupun antar kubu pendukung tidak akan menggunakan cara-cara megatif dalam kampanye. Tidak menghujat tetapi juga tidak harus memuja setinggi langit. Niat baik harus dilakukan dengan cara-cara yang baik dan tidak boleh menghalalkan segala cara.
Harus diuatamakan persatuan dan kesatuan. Tidak ada menang atau kalah, yang ada adalah pengemban amanah. Mari bersinergi untuk membangun negeri. Mari bersatu untuk NKRI. Mari kita hadirkan kedamaian di bumi ibu pertiwi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H