Mohon tunggu...
Krista Ayu S Wulandari
Krista Ayu S Wulandari Mohon Tunggu... -

Saya adalah seseorang yang sangat menginginkan alter ego dan saya harap semua itu bisa terwujud, amin... :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Semut Penggigit dan Mimpi Kecil

25 April 2011   10:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu udara sangat panas, angin pun tak ada yang lewat, jangankan lewat kirim kabar pun tidak. Saya hanya duduk dibawah pohon berharap sang angin memberikan kabar kedatangannya. Lama saya menunggu, kabar atau hanya sms pun tak ada. Kemana sang angin? Sudah, lebih baik saya kembali menunggu.

Panas sekali siang ini, hingga saya pun melihat semut-semut hitam, merah keluar dari lubang pesarangannya. Banyak sekali mereka, merayap hampir ke kaki saya, saya angkat kedua kaki hingga keatas kursi, agar mereka tak mampu merayap dan menjangkaunya. Banyak sekali mereka, sulit dihitung, merayap membentuk satu garis lurus, mau kemana mereka? Jangan ke kaki saya, saya gag suka sama kalian, geli rasanya.

Kembali saya mengamati mereka, siapa saja mereka? Punyakah mereka nama? Bagaimana mereka berkenalan? Bagaimana mereka menyapa? Bagaimana mereka berbicara? Samakah seperti di film kartun yang saya tonton? Terlalu banyak pertanyaan yang muncul membuat saya semakin merasa kepanasan. Saya terdiam, lalu berpikir sambil memejamkan mata saya. Beberapa saat.

Beberapa tahun lalu saya berjalan sendirian disebuah tangga jalanan dan bertemu dengan seorang anak laki-laki berusia sekitar 11 tahun, berkulit hitam, gemuk dan pendek, tidak lebih tinggi dari saya. Anak kecil itu masih mengenakan seragam sekolahnya, sepertinya dia baru pulang sekolah, karena nampak jelas dari bajunya yang basah karena keringat dan sedikit tidak rapi. Saya tersenyum melihatnya, wajahnya sangat lucu dan sangat polos. Saya menatapnya berjalan hingga dia hilang di persimpangan jalan. Saya tersenyum.

Esoknya, saya melihat anak kecil itu lagi dari atas jembatan, dia duduk di dalam becak hendak menuju sekolahnya. Sepertinya dia terlambat, karena dari jembatan tempat saya berdiri, saya melihat teman-temannya sudah rapih berbaris untuk melaksanakan senam pagi. Anak kecil tersebut nampak tenang diatas becak yang dinaikinya, dia mengenakan seragam SD dan sepatu Starmoon hitam, dengan tas berwarna oranye dan kuning yang dia letakkan di samping tempatnya duduk. Tenang sekali anak itu. Saya pun melanjutkan melangkah meninggal kan jembatan tempat saya melihat anak kecil tadi. Kembali saya tersenyum.

Saya kembali di titik yang sama, berharap bertemu dengan anak kecil kemarin. Saya bertemu, dia berjalan dengan tenang lalu saat tepat dihadapan saya, dia tersenyum menampakkan gigi lucunya. Ternyata deretan gigi atas anak kecil itu tidak rata dan membentuk garis kecoklatan, seperti patah tapi bukan. Dia mengajak saya bermain dengan asduknya, saya memegang satu ujungnya sementara dia memegang ujung satunya dan dia mengajak saya berjalan-jalan berkeliling. Dia tertawa dengan polosnya, dia tersenyum, saya pun tersenyum. ” Aku suka gigi gingsulmu, boleh itu untukku?” “Tidak boleh, aku cuma punya satu. Boleh aku minta matamu? Bukankah kau punya dua mata?” “Belum saatnya, tapi yakinlah tulang rusukku sudah kamu bawa.”

Aaaarrrgggghhhhh....

Saya membuka mata, semut-semut sialan ! Semut-semut penggigit. Mereka berhasil naik, apa mau mereka? Membuat saya kembali ke titik nol, membuat saya merasa kepanasan lagi. Saya mengumpat, misoh gag karuan, menyumpahi mereka. Pengusik ! Tak peduli mereka mendengar atau tidak, bodoh memang mereka !

Tersadar, itu hanya mimpi. Saya kecewa, kecewa karena tak ada senyum semanis itu lagi saat ini. Saya tertunduk, saya pun menangis. Siapa dia? Apa perkataannya tadi? Saya merindukan dirinya dalam mimpi. Ingin saya bertemu.

Esok paginya, saya berjalan di sebuah jembatan dan saya menepi untuk melihat sungai dibawah saya. Saya melihat, ada seekor semut terluka, kesulitan berjalan disebelah tangan saya letakkan, saya lihat sekeliling semut lain sibuk jalan bolak-balik memanggil, mungkin berteriak jika saya bisa mendengarnya. Mereka mencari pertolongan untuk yang luka, mereka datang dan membawanya. Saya iri, saya terdiam, saya berbalik hendak berjalan.

Saya melihat anak kecil itu lagi di kejauhan, saya melihat senyum dengan gigi atasnya yang tidak rata dan saya melihat mata tajamnya yang hendak saya pinta kemarin. Ya, saya yakin itu anak kecil dalam mimpi saya, saya yakin itu dia dari senyum dan mata yang masih saya kenang bahkan saya harap.Tapi postur tubuhnya sangat jauh berubah, jauh lebih hitam dan lebih tinggi serta lebih besar daripada saya. Dia perlahan menghampiri saya dengantenangnya, sama persis seperti anak kecil dalam mimpi saya kemarin. Semakin mendekat.

“Semut pun bisa sangat repot membantu luka temannya, tanpa harus bertanya siapa namamu?” “Maksudmu?” “Tulang rusukku masih kau jaga kan? Tunggu 6 bulan dari sekarang, mataku akan menjadi milikmu seutuhnya. I swear...”

Dia pergi melangkah, menjauh dari saya dan hilang dipersimpangan lagi. Belum saya sempat berkata, belum saya sempat bertanya, saya jatuh terduduk menangis menatap bayangannya karena satu pertanyaan. Berharap ada penjelasan. Lalu saya pun tersenyum yakin dengan janjinya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun