Mohon tunggu...
Solihul Hadi
Solihul Hadi Mohon Tunggu... profesional -

Ada Cerita, nada dan tangisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rasa Sayang Yang Egois

31 Maret 2012   20:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merasa seperti boneka-boneka kesayangan yang terbuang, terhempas saat kau memainkannya, kemudian kau patahkan tulang-tulangku hingga aku tidak mampu mengenal dirimu. Aku tidak dapat berbicara kebenaran perasaan ini sehingga sengaja ku tulis sajak-sajak palsu yang buntu, tersesat pada barisan kata dan kalimat dustamu. Pergilah dengan yang baik, maka kau campakan kesalahan yang sengaja kau buat. Pejamkan matamau dari kebenaran, sehingga fitnah akan datang padaku yang gila.

Aku sekedar berharap, memungutmu dari jalanan hampa yang gelap. Aku temukan dirimu pada kedinginan dunia yang tak ramah. Hingga selam 2 tahun ini kau bahagia bersamaku. Oh wahai tulang rusuk dusta yang menemaniku dalam bayangan yang tak nyata. Kau lemparkan aku pada jurang kerinduan yang tak menentu. Tiada kepastian entah kapan aku akan mati esok.

Wahai tulang rusuk dusta yang abadi, pergilah pada bayangan hujan rintik kesedihan. Aku ingin kau dapatkan pasanganmu yang kokoh tak terusik. Pergilah hingga datang surga yang tuhan janjikan. Pergilah bersama kenangan kita yang menyayat sendi-sendi rusukmu sendiri. Pergilah bersama kasih sayang keji yang aku tanamkan hingga hadir dalam mimpi-mimpi indahmu. Pergilah jauh dari kebusukan dunia nyata yang penuh kedustaan.

Aku hanya tersisih dari kehadiran iri hati. Gila aku jika kau hadir dalam mimpi ini. Namun aku hanya merindumu setelah semuanya hilang seperti tubuhku kasih. Aku menghujamkan dendam mendalam pada penyesalan yang datang tanpa kabar berita. Hingga fajar-fajar pada abad berikutnya akan menjadi kegelapan dan penderitaan. Tiada esok hari yang ceria kemudian aku membusuk pada kebosanan kasih yang kau berikan.

Aku sudah mati sayang, menghantuimu seperti kabut-kabut pegunungan. Aku bernyanyi mesra seperti sejak pertama kita tahu, aku menari ceria saat jalanan sepi pada kelelahan hari yang putus asa dan aku sungguh jatuh cinta saat itu. Maka yakinlah bahwa Aku sungguh merindumu dengan jutaan tangisan getir, aku sungguh mengenangmu pada tidurku yang gelisah dan biarlah aku mengakhirinya dengan kenanganmu. Izinkan aku memelukmu, berimajinasi pada masa lalu yang indah. Aku ingin membawamu pada wanita-wanita paling bahagia, menyatakan perasaan-perasaan dan menatap wahai cahaya. Aku ingin membawamu pada kenyataan rasa sayang yang egois. Aku ingin kau cemburu seperti dulu, menampar sakit hati karena kerinduan yang amat mendalam. Aku ingin kau yang mematahkan hatiku, terpuruk pada kata maaf. Aku ingin kau yang berteriak sayang,..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun