Mohon tunggu...
Julian Asahi
Julian Asahi Mohon Tunggu... Guru - Never Give up

Bermimpi tanpa berusaha kosong Berusaha tanpa bermimpi hampa Bermimpilah dan berusahalah wujudkan impianmu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Jatuh Cinta Lagi

21 Desember 2020   23:03 Diperbarui: 21 Desember 2020   23:04 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini berawal dari setahun yang lalu ketika aku mendapatkan sebuah Handphone baru. Namaku Wasinto biasa dipanggil pak sinto. umurku saat ini 42 tahun. Aku bekerja di sebuah sekolah sebagai penjaga sekolah di sebuah SMA di sebuah kota besar di Indonesia. aku mempunyai seorang istri dan dua orang anak laki laki yang sudah berumur 17 dan 15 tahun. 

Sebagai penjaga sekolah tentu saja aku sering berkomunikasi dengan siswa ataupun siswi di sekolah yang aku jaga. Ada seorang siswi yang sangat baik kepadaku dan menganggapku seperti ayahnya. Panggil saja namanya Kiara, dia seorang gadis yang sangat baik, cantik dan juga kaya. Namun dibalik itu semua dia sangat merindukan sosok seorang ayah, ibunya seorang pengusaha yang sangat sukses namun sampai sekarang Kiara tak pernah tahu siapa dan seperti apa ayahnya. Akupun menganggapnya seperti anakku sendiri, sampai-sampai terbesit di kepalaku untuk menjodohkannya dengan anak lelakiku. Aku tinggal sendiri disekolah, sementara anak anak dan istriku tinggal di kampung. 

Suatu sore sepulang sekolah tiba-tiba Kiara datang ke ruanganku, dia memberiku sebuah hadiah. Hadiah itu adalah sebuah handphone katanya agar aku bisa berhubungan dengan keluargaku di kampung dan juga Kiara saat dia butuh teman cerita. Memang benar handphone itu sangat berguna. aku sering video call dengan istri dan anak anakku di kampung juga dengan Kiara saat dia lagi butuh teman cerita. Terkadang Kiara juga memanggilku "Ayah".  Sebagai pengobat rindunya akan sosok seorang ayah. Aku semakin dekat dengan Kiara, sampai suatu saat aku iseng membuka galeri fotonya di Facebook. Kulihat sosoknya sangat cantik, anggun dan menawan. Secara fisik dia sangat sempurna, secara hatinya juga sangat baik. Entah apa yang merasuk dipikiranku, pikiranku mulai melantur dan berandai-andai. Andai aku bukan hanya dianggap sebagai ayahnya, tapi dianggap sebagai kekasihnya. Kubayangkan bisa memeluknya, sampai-sampai senyum sendiri. 

Lagi asyik-asyiknya melamun tiba-tiba ada video call masuk dari istriku di kampung yang meminta kiriman untuk membayar sekolah anak-anakku. akupun menjanjikan besok pagi aku akan mrngirimkan uangnya. Padahal saat itu aku benar-benar tidak memiliki uang. Malam itu aku tidak bisa tidur hanya bisa berdoa semoga besok ada rezeki yang tak terduga. Jam sudah menunjukan jam 11.00 siang, namun uang itu belum ada sampai sekarang juga. Tiba-tiba datang Kiara dari arah belakang mengagetkanku. Kiara memintaku untuk mengantarkannya ke rumahnya dengan sepeda tuaku. Sepanjang perjalanan dia bercerita tentang cita-cita dan keinginannya ke depan. Akupun menjadi pendengar yang baik dan terkadang memberikan masukan layaknya seorang ayah dengan anaknya. Setelah aku memberikan masukan tiba-tiba saja dia memelukku dari belakang dan bilang terima kasih ayah. Lalu mencium pipiku layaknya seorang anak dengan ayahnya. Seumur hidup aku belum pernah merasakannya, dipeluk dan di cium seorang gadis yang sangat cantik. Turun dari sepeda dia memberiku uang Rp. 500.000,-sebelum lari masuk ke rumahnya. 

Alhamdulillah... Rezeki yang tak terduga.

Aku langsung mengirimkan uang itu ke istriku di kampung. 

Hari berikutnya, Kiara kembali memintaku untuk mengantarkannya ke rumah, namun kali ini dia mengajakku jalan jalan ke pantai dahulu. Jarak sekolah dan pantai yang sangat jauh membuatku cukup kelelahan mengayuh sepeda. Kiara mengajakku makan di sebuah warung makan, setelah itu dia mengajakku bermain di laut. Dia menarik tanganku seperti seorang anak yang menarik tangan ayahnya karena ingin bermain bersama. Berlarian melawan ombak baju kami basah semua, namun dia terlihat sangat gembira. Ketika hari mulai gelap, aku mengantarkannya pulang ke rumah. Sebelum masuk rumah sekali lagi dia memelukku. kali ini dia memelukku dari depan dan bilang kata yang sama, terima kasih ayah. 

Mungkin pelukan itu adalah pelukan kerinduan dan kasih sayangnya pada sesosok ayah. Namun entah kenapa jantungku berdetak tidak normal setiap kali dia memelukku. Mungkin dia hanya menganggapku seorang ayah, namun hati dan pikiranku tidak seperti itu. Aku menyukainya dan aku jatuh cinta padanya, bukan cinta ayah dan anaknya, tapi cinta dari seorang lelaki untuk seorang perempuan. Waktu terus berlalu, aku semakin menginginkannya, dan dia semakin dekat denganku. Aku adalah lelaki paroh baya yang sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak laki laki yang seumuran dengan Kiara, semakin aku merasa jatuh cinta dengannya aku semakin ingin membunuh perasaan itu. aku berusaha sangat keras untuk melawan perasaanku itu. Setiap orang memiliki masanya masing-masing, Kiara biar dia menemukan cinta dengan seseorang yang seumuran dengannya. sedang aku istrikulah pasanganku. Setiap hari setiap saat aku menjadi sosok ayahnya setiap saat itu juga aku harus berusaha membunuh perasaan itu. Aku tak seharusnya jatuh cinta lagi. 

Sering aku berusaha menjauh darinya, namun dia juga tak bisa jauh dariku. Dia selalu mencariku setiap pulang sekolah. Pernah suatu hari dia memintaku membelai rambutnya layaknya seorang ayah. "Ya Alloh kuatkan imanku" dalam batinku. 

Puncak dari cerita ini, saat dia menyuruhku tidur di rumahnya saat ibunya pergi keluar negeri. Ketika aku duduk dan tiduran di sofa depan TV. Tiba-tiba saja dia keluar dengan hanya memakai celana pendek dan tanktop. Dia datang menghampiriku, langsung memelukku dan bilang "aku ingin tidur dengan ayah". "Kuatkanlah iman hamba ya Alloh" dalam batinku. Tidak hanya jantungku yang berdebar, tapi juga aliran darahku yang meningkat. Namun aku melihatnya sangat lelap tidur di pangkuanku, akupun sesekali membelai rambutnya dan tanpa sadar aku mencium keningnya. Sampai akhirnya, dia terbuka matanya namun malah dia memeluk leherku dan tertidur lagi. 

Memang malam itu berhasil aku lewati tanpa aku melekukan sesuatu yang jahat. Namun sejak saat itu, aku mulai berpikir untuk menjauh darinya, demi menjaga dan mencegah hal hal yang diinginkan. Aku pulang ke kampung selama seminggu, menemui istri dan juga anak-anakku.  Dan menenangkan pikiranku yang mulai kalut. 

Seminggu kemudian aku pulang ke kota, namun berita yang ku dengar Kiara telah meninggal dunia. Selama ini Kiara memanglah benar benar anak yang kesepian. Dia menderita sakit kanker stadium akhir namun dia tidak pernah mau berobat dan tidak pernah mengatakan kepada ibunya yang sangat sibuk. Ternyata selama ini Kiara benar benar menganggapku sebagai ayahnya yang sangat dia rindukan. 

Akhirnya, aku datang ke rumah Kiara untuk menemui Ibunya. Terkejut saat aku melihat sosok ibu Kiara yang sepertinya aku pernah mengenalnya? Dan diapun sangat terkejut saat melihatku. Benar saja dia adalah Mariam, mantan pacarku dulu yang aku tinggalkan karena aku dijodohkan dengan istriku yang sekarang. Aku sempat melakukan dosa besar dengannya, mungkinkah Kiara itu benar benar anakku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun