Rogers Dan Teorinya
Rogers adalah pencetus teori terapi yang berpusat pada klien dalam hal ini yang dimaksudkan dengan teori terapi yang berpusat pada klien yaitu seorang klien diharapkan mampu mnyelesaikan berbagai masalah dalam hidupnya sendiri dengan kata lain seorang klien diberi usaha sebagai pencari jalan keluar untuk semua problema dalam hidupnya dan posisi dari terapis hanya sebagai seorang yang menuntun arah dari problem tersebut dan mengarahkan langkah apa saja yang akan ditempuh jika seorang pasien kesulitan untuk menentukan pilihan atau arah apa saja yang ditentukan oleh klien sehingga terapis mengarahkan jangan sampai terjadi sebuah blunder dalam terapinya.
Salah satu konsep terapi yang sangat erat kaitannya dengan konsep terapi yang berpusat pada klien yaitu tentang konsep jika-maka jika maka juga saling berkaitan dengan berbagai teori yang banyak dikemukakan Rogers salah satu dari konstruksi yang dikemukkan rogers adalah jika kondisi itu hadir maka proses akan berjalan jika beberapa proses berjalan maka beberapa hasil akan muncul. Dalam hal ini dapat diimplementasikan dalam suatu terapi atau skedar suatu proses yang komplek dalam suatu kehidupan yang dialami oleh satu individu dan individu lainnya dalam membuat suatu progress dalam kahidupan.
Dari beberapa asumsi dasar dalam teori rogers mengemukakan bahwa dalam diri pribadi terdapat kecendrungan formatif,dalam setiap organisme atau suatu individu terdapat kecendringan formatif untuk berevolusi dari bentuk lama yang ortodoks menuju suatu system formatif yang lebih kompleks dalam kehidupannya yang lebih nyata. Seperti kesadaran sosial masyarakat modern yang berevolusi melalui berbagai serangkaian peristiwa dan hal itu diawali dari revolusi industri di inggris yang berimbas pada pola kehidupan yang lebih modern dan seluruh kegiatan manusia dilakukan dengan mesin.
Dari kecendrungan formatif merangakak kearah selanjutnya yaitu tentang kecendrungan aktualisasi atau kecendrungan manusia untuk bergerak menuju pemuasan atau keutuhan dari potensi. Masing-masing dari manusia memiliki potensi dasar yang bisa membuat seseorang memproleh kepuasan dari hal yang dilakukan oleh individu. Seperti dengan makan seseorang akan memuaskan rasa lapar atau dapat diterima dengan seseorang melalui berbagai usaha yang dikembangkan dari potensi masing-masing agar diterima oleh orang lain atas dasar kesamaan individu atau rasa penghargaan dari orang lain. Oleh karena itu setiap individu berjalan sebagai suatu organism yang utuh aktualisasi meliputi banyak hal yang meliputinya dan menjadi bagian hidup sehari-hari seperti kondisi fisiolgis dan intelektual, rasional dan emosi,kesadaran dan ketidaksadaran yang sangat sering berkitan dengan konteks aktualisasi diri
Manusia mulai mengembangkan aktualisasi diri sejak dini hal itu merupakan struktur mendasar yang harus dihadapi oleh masing-masing individu dalam perkembangan kehidupan aktualisasi. Aktualisasi yang merujuk pada pengalaman individu yang juga merujuk pada proses individu dalam kesadaran dan ketidaksadaran baik fisiologis dan kognitif.
Konsep diri manusia meliputi aspek keberadaan manusia dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu trsebut. Dan merupakan bagian-bagian dari diri organismik berada diluar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki orang tersebut. Konsep diri tidak mungkin membuat perubahn signifikan dan hanya menimbulkan kesulitan. Perubahan akan mudah jika terjadi perubahan yang diterima oleh orng lain.
Ingkongruensi dapat dirasakan seseorang ketika tidak ada keselarasan dalam hidupnya , yaitu seperti ketidak seimbangan psikologis saat kita gagal dalam mngenali pengalaman organismik sebagai pengalaman diri sendiri.
Dari sikap ingkonruensi akan melahirkan suatu sikap yaitu sifat defensive yaitu suatu sikap perlindungan atas konsep diri dari ancaman dengan penyangkalan atau pembenaran dari beberapa pengalaman yang ada dalam konsep diri.
Penyangkalan memang cukup sebagai defend dari seseorang yang normal dari perbedaan pengalaman mereka tetapi jika ada suatu ingkonruensi yang telalu jelas atau terlalu samar untuk dapat di sangkal atau diidstorsi maka akan terjadi yang namanya disorganisasi. Terkadang manusia akan selalu konsisten secara organismik atau tidak sesuai dengan perlakunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H