Selama ini, dalam benak publik yang mendapatkan stigma "Bapak Politik Identitas" adalah Anies Baswedan. Hal ini tak bisa dilepaskan dari kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang diwarnai dengan kasus penistaan agama yang dialami oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan aksi massa 212 yang menarasikan politik identitas dalam kaitannya kontestasi Pilkada DKI 2017. Bahkan kunjungan Anies ke markas FPI pada Januari 2017 juga bisa dilihat sebagai sebuah pengukuhan bahwa kelompok pimpinan Rizieq Shihab semakin diperhitungkan sebagai basis pemilih Anies jelang Pilkada DKI 2017. Rentetan peristiwa ini sangat berkontribusi besar pada kemanangan pasangan Anies-Sandi dalam kontestasi Pilkada DKI 2017.
Bahkan dukungan FPI dan barisan kelompok intoleran dilegitimasi oleh pernyataan Prabowo Subianto usai kemenangan pasangan Anies-Sandi dalam Pilkada DKI 2017 yang juga diusung oleh Partai Gerindra. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan ucapan terima kasih kepada sejumlah petinggi ormas islam antara lain pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama atau GNPF MUI Indonesia Bachtiar Nasir. Menurut Prabowo, para ulama tersebut telah memberikan dukungan kepada pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, sehinga berhasil memanangi Pilkada DKI 2017.
"Ini sesuatu yang tidak boleh dilupakan. Kadang-kadang para habib, kiai ini lebih berani dari politisi-politisi," kata Prabowo di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Rabu, 19 April 2017.
Pada Juni 2022, ratusan orang yang mengatasnamakan Front Persaudaraan Islam (FPI) Reborn mendeklarasikan dukungannya kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Deklarasi tersebut digelar secara unjuk rasa di Patung Kuda, Jakarta. Namun deklarasi ini dibantah oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Front Persaudaraan Islam yang menegaskan bahwa organisasinya belum menentukan sikap apapun terkait pemilihan presiden pada 2024. Ketua Bidang Advokasi DPP FPI Aziz Yanuar mempertanyakan klaim mengatasnamakan FPI Reborn atas dukungan terhadap Anies Baswedan pada pilpres dua tahun mendatang. Yanuar mengatakan secara resmi DPP FPI belum menentukan sikap apapu perihal peristiwa politik 2024 nanti dan turunannya. Meski demikian, ujar Yanuar, FPI jelas memiliki beberapa kriteria yang tegas untuk 2024.
"Mungkin beberapa kriteria dimiliki, oleh, misal dalam hal ini, Anies Baswedan," tutur Yanuar. "Akan tetapi untuk sikap 2024 nanti, kita bersabar saja.", Jakarta, Senin, 6 Juni 2022
Dukungan dari sejumlah ormas intoleran bukan hanya mengalir kepada Anies Baswedan. Namun juga mengalir deras kepada Prabowo Subianto. Wakil Sekjen PA 212 Novel Bamukmin menyebut Prabowo Subianto sebagai salah satu sosok yang cocok memperjuangkan suara umat Islam pada Pilpres 2024. Bahkan organisasi sayap (onderbouw) Partai Gerindra, Gerakan Muslim Indonesia Raya (Gemira) mendekati sejumlah tokoh PA 212 untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Ketua Umum PP Gemira Irfan Yusuf Hasyim menyebut 10 orang anggota PA 212 tetap mendukung perjuangan Prabowo. Ia berharap dukungan tetap berlanjut hingga 2024.
"Kami ada beberapa teman teman tokoh PA 212 yang kita juga sowan. Silaturahim. Enggak etis kalau sebut namanya, tapi ada lebih dari 10 orang dan Insyaallah mereka akan tetap pada perjuangan Pak Prabowo. Dan mudah-mudahan nanti pada 2024 juga tetap," kata Irfan di Kantor DPP Gerindra, Sabtu, 10 September 2022
Alasan PA 212 mendukung Prabowo Subianto yaitu karena konsistensi sejumlah politisi dan- kader Partai Gerindra dalam mengawal kasus KM 50, kasus baku tembak di KM 50 yang menewaskan 6 laskar FPI dan 1 polisi.
"Siapa lagi kalau bukan Prabowo Subianto, yang mana kadernya telah jelas terjun langsung menangani kasus KM 50 di antaranya Bang Fadli Zon dan Ustaz Romo," kata Novel, Kamis, 8 Juni 2023
Sejumlah politisi dan kader Partai Gerindra aktif mengawal kasus KM 50, diantaranya adalah anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra Romo Muhammad Syafii menyatakan bahwa misteri kasus KM 50 jauh lebih hebat daripada kasus pembunuhan Brigadir Yosua alias Brigadir J. Pernyataan ini disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR dengan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Rabu, 24 Agustus 2022.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!