Mohon tunggu...
Arjuna Putra Aldino
Arjuna Putra Aldino Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Indonesia

Mahasiswa Pascasarjana, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kisah Nabi Yusuf dan Stabilitas Keuangan

25 Juni 2019   23:55 Diperbarui: 26 Juni 2019   00:29 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain, prediksi itu juga berfungsi sebagai peringatan dini. Tanpa prediksi atau peringatan dini itu, bisa saja rakyat Mesir hidup glamor atau boros di masa subur namun terkena wabah kelaparan di masa-masa paceklik. Karena mereka tak tahu bakal terjadi paceklik panjang setelah masa subur itu berlalu. Atau bisa dikatakan tanpa prediksi atau peringatan dini itu, Mesir bisa mengalami ketidakstabilan pangan yang bisa berbuntut pada ketidakstabilan sosial dan politik. Jurang kehancuran di depan mata.

Disinilah peran Bank Indonesia layaknya peran Nabi Yusuf, yakni melakukan analisa dan prediksi atas apa yang terjadi saat ini dan akan terjadi di masa depan. Hasil prediksi itu berfungsi sebagai peringatan dini agar pemerintah dan masyarakat mampu memahami apa yang harus mereka perbuat pada hari ini dan mengantisipasi tantangan di masa depan. 

Secara formal, inilah yang disebut peran Bank Indonesia melakukan pemantauan secara macroprudential untuk memonitor dan mendeteksi kerentanan, ancaman serta gangguan yang bisa berdampak pada stabilitas keuangan. Hasil analisa dan prediksi itu, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan. Sehingga pemerintah dan masyarakat mampu mengahadapi masa-masa krisis dengan selamat.

Dalam konteks stabilitas keuangan, apa yang dilakukan oleh Nabi Yusuf juga sama dengan apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework, sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Dan kebijakan moneter ini dilakukan secara tepat dan berimbang. 

Seperti apa yang dilakukan Nabi Yusuf, ia mengumumkan kepada rakyat Mesir secara terbuka tentang apa yang harus menjadi target rakyat Mesir ke depan dengan pengelolaan bahan pangan yang dilakukan secara tepat dan berimbang.

Selain itu, untuk mencapai stabilitas keuangan Bank Indonesia juga harus menjadi jaring pengaman sistem keuangan, menghindari terjadinya moral hazard, dan menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Seperti saat Nabi Yusuf memerintahkan rakyat Mesir untum menyetorkan sebagian hasil penennya, sejatinya Nabi Yusuf sedang menciptakan jaring pengamanan pangan agar rakyat Mesir tidak mengalami kelaparan di masa panceklik. 

Untuk keberhasilan kebijakannya, Nabi Yusuf memastikan bahwa tidak ada anggota masyarakat atau keluarga kerajaan yang hendak mengambil untung sendiri (moral hazard) dan para pegawainya harus bisa dipercaya bisa mengelola hasil pangan dengan jujur dan amanah.

Peran Masyarakat

Masyarakat juga memiliki andil dalam mewujudkan stabilitas keuangan. Peranan kita sebagai masyarakat dalam mewujudkan stabilitas yakni dengan mengelola pengeluaran dan pendapatan agar tepat dan seimbang. Apabila pendapatan kita sedang tinggi, kita harus mampu mengendalikan konsumsi agar tidak berlebihan dan menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk ditabung. 

Seperti dalam kisah Nabi Yusuf, rakyat Mesir harus mau mengorbankan keinginan untuk berfoya-foya, agar hasil penennya disimpan untuk menghadapi masa krisis. Artinya, kita harus berorientasi pada masa depan. Mengendalikan diri dengan menahan keinginan untuk hidup glamor dan berfoya-foya demi masa depan yang lebih baik. Seperti pepatah kuno, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Hidup sederhana dan secukupnya adalah prinsip hidup untuk menghadapi dunia yang tak selalu gilang-gemilang, yang tak selalu enak dan bahagia. Dengan hidup secukupnya dan menabung di masa hoki/baik, artinya kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan, berkata "siap" menyambut masa depan. Bukan sebaliknya, berfoya-foya hari ini namun shock di masa depan. Dan yang lebih penting, kita tidak boleh mengkonsumsi lebih tinggi dibanding pendapatan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun