Mohon tunggu...
Ariyantie L-a
Ariyantie L-a Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Biologi,\r\nAktif Di Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) Uin Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajak yang tak terlupa: ayah Ibu

23 Desember 2011   11:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:51 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sajak yang tak terlupa: ayah Ibu

Malam semilir bersama kesendirianku yang tak pernah usai, entah siapa lagi orang di dunia ini yang mau peduli terhadapku? Tiba-tiba terdengar lagu yang berjudul “Bunda”.

Tentang riwayatku, Kata mereka diriku selalu di manja....

Kata mereka diriku selalu di timang....

Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku...

Tetesan air mataku ternyata sudah membasahi pipiku, hatiku sesak seakan tertusuk duri. Sangat sakit, tubuhku yang tiba-tiba lemas dan terlintas kenangan yang sangat menyakitkan terhadap orang-orang yang aku sayang.

Mengingat, 25 tahun lalu. Aku adalah anak ke-5 dari 5 bersaudara, 2 kakak perempuan dan 2 kakak laki-laki. Semua saudaraku itu sudah menikah dan tinggal bersama keluarganya, ada yang di yogyakarta, di kalimantan, di Banten, dan yang terakhir di Bali. Sedang aku saat ini masih duduk di kelas 3 SMP, aku hanya tinggal bersama ibu dan ayahku di surabaya.

Ayahku, ayah yang sangat aku sayang, beliau sakit parah sejak aku SMP, aku sendiri jarang pulang karena aku lebih sering di sekolah dan tidur disana, bisa di bilang aku juga seorang penjaga sekolah karena biaya sekolahku di gratiskan untuk itu. Memang tidak ada pilihan lain karena aku termasuk keluarga yang tidak mampu. Aku tidak pula mengandalkan pemberian dari saudara-saudaraku. Apalagi dengan keadaan ayahku yang sangat membutuhkan perawatan dan pengobatan. Sedangkan ibuku juga kerja hanya untuk biaya makan kami, itupun hanya cukup untuk ayah dan ibuku. Aku sering kelaparan di sekolah, jika bisa makan enak itupun karena ada rapat guru atau acara-di sekolah. Kadang juga ada sebagian teman yang membawa makanan ke sekolah dan menemaniku tidur di sekolah.

Aku sudah menginjak kelas 3 SMP dan sebentar lagi masuk ke SMA, hanya dari yayasan SMA ini yang mampu untuk menerimaku, bahkan akupun bisa masuk tanpa mengeluarkan biaya sekolah meskipun harus aku relakan tidur di sekolah hingga lulus SMA nanti. Tapi tak apalah ini adalah satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk tetap sekolah walaupun tidak bisa bekerja. Sebagai anak laki-laki, para tetangga sering banget mengejek dan meremehkan aku. Kata yang sering aku dengar adalah

” buat apa sekolah tinggi, yang penting mau kerja dan usaha juga bisa bantu keluarga, sudah tau ekonomi dari keluarga miskin, masih aja punya mimpi selangit, emangnya mau jadi apa? Lebih baik urus saja keluarga, ayahnya juga sudah lumpuh tak bisa apa-apa”.

Ketika mendengar itu, rasanya ingin aku sobek mulutnya, ingin aku tendang bokongnya, aku cabik-cabik jantungnya untuk aku makan biar aku gak kelaparan lagi. Gemas rasanya jika aku melakukan itu kepada orang-orang yang selalu membicarakan aku. Meskipun kenyataanya aku yang masih belum bisa menjadi tulang punggung keluarga, setidaknya aku masih berusaha melakukan yang terbaik untuk keluargaku. Tidak seperti saudara-saudaraku yang pergi dari rumah setelah menikah sampai tidak pernah menghubungi keluarga, bahkan untuk menyapa atau menanyakan keadaan orang tua saja tidak pernah apalagi mau memberikan sedikit uang recehnya. Entahlah aku sudah merasa banyak berkorban untuk keluargaku meskipun aku harus banyak menghabiskan masa mudaku saat ini. Apalagi menjelang masuk SMA aku banyak membutuhkan biaya untuk seragam sekolah dan sebagainya.

Menjelang masuk SMA ini membuatku bimbang, apakah aku harus melanjutkan sekolah atau pergi keluar jawa untuk bekerja, tapi aku juga kasihan dengan kedua orang tuaku yang sudah sangat tua rentah, mereka juga butuh untuk dirawat meskipun aku tidak bisa pulang berkunjung setiap hari, setidaknya setiap minggu, atau bahkan setiap hari jika ada teman yang mau menyewakan sepeda motornya untuk aku pakai, sedikit perlu tenaga juga karena jarak antara rumah dan sekolahku cukup jauh. Tapi setidaknya jika aku hadir diantara mereka itu akan membuat aku sangat bahagia. Meskipun aku yang sering marah, mengeluh dan mengaduh tentang keadaanku kepada ibuku, apalagi di saat-saat aku sangat membutuhkan uang untuk seragam sekolah, buku, dan kebutuhan lainya. Aku juga terkadang kasihan kepada mereka jika harus marah-marah dengan keadaan yang sangat menyulitkanku. Aku hanya bisa meratapi semua ini, meskipun sifat keras yang diturunkan oleh ayahku membuat ibuku sering menangis dengan kata-kata kasarku, dengan bentakan aku yang rasanya memberontak ingin cepat-cepat mengubah nasib keluarga miskin ini. Rasanya malu dengan teman-teman yang punya sepeda motor, pergi berpacaran dengan teman-teman ceweknya ataupun pergi bersama teman-teman layaknya anak mudah sekarang. Tapi aku saat ini, uang untuk hidup saja masih lubang, apalagi mengikuti kemauan yang sangat indah di bayangkan tapi menyakitkan jika itu semua hanya ilusi. Aku ingin sekali protes dengan yang menciptakan dunia ini, kenapa aku di takdirkan jadi orang yang miskin seperti ini. Entahlah apa yang harus aku lakukan lagi, aku muak dengan semuanya, dan sebaiknya aku pergi saja dari rumah.

Diantara kebimbangan dan rasa putus asa yang mendalam, pada suatu malam yang penuh dengan kegilaan, aku memutuskan untuk pergi dari rumah dan menenagkan diri, ditengah perjalanan ke sekolah, aku bertemu dengan teman-temanku, mereka menyapaku dan mengajak aku pergi bersamanya, ketempat menuju surga yaitu kafe, disana mereka memberiku minuman alkohol hingga membuatku benar-benar tidak sadarkan diri, aku hanya merasa kini aku juga bisa menikmati hidup bersama teman-temanku, minum alkohol yang merubah semua fikiranku menjadi seorang yang bebas, aku merasa melayang jauh, menikmati surga dunia bersama mereka. Aku mabuk dan dibawa pulang kerumah. Untungnya saat itu sekolah sedang libur karena menjelang penerimaan siswa baru, setelah pulang ke rumah rasanya dunia berputar-putar, aku hanya ingat ketika aku menepis tangan perempuan tua pada saat akan menolongku, serta lelaki yang hampir sekarat terkapar di ranjang dan aku menjatuhkanya di saat tubuhku yang sempoyongan. Hanya terdengar suara rintihan dan tangisan seorang wanita dan suara batuk yang sangat bising hingga mengantarkan ku terlelap malam itu.

Kicauan burung dan ayam jantan yang berisik membuat aku terbangun, saat terbangun aku baru sadar kalau aku tidur di ranjang bapakku yang sedang sakit saat itu, segera aku beranjak dari ranjang karena terkejut melihat bapakku yang sedang terkapar itu, aku menangis bersujud di bawah telapak bapakku sambil menggendongnya kembali ke ranjangnya. Ibuku yang masih terlihat diantara linangan air matanya hanya bisa diam melihatku. Setelah aku kembalikan bapakku, aku menghampiri ibuku di sudut kursi ruang tamu.

Bu’. Maafkan aku yang bejat bu’. Aku hanya capek dengan keadaan ini, aku tidak berniat untuk mabuk-mabukan semalam. Aku, aku sungguh tak bermaksud bu’. Sambil ku gu genggam tangan ibuku, namun ibuku hanya diam seolah jawabanya hanya di wakili oleh air matanya saja. Aku pun tak sanggup banyak berkata, bahkan menatap mata sayupnya yang aku rasa ibuku tidak tidur semalaman karena aku. Setelah itu aku beranjak menuju kamar mandi untuk cuci muka karena ada acara di sekolah.

Segera aku menuju sekolah untuk membantu di sekolah terkait persiapan penerimaan siswa baru. Saat ini fikiranku sangat kacau dan aku tidak tau harus berbuat apa. Tapi semuanya membuatku sangat sakit. Waktu yang berlalu dan keadaan ini tidak bisa di rubah sedikitpun. Aku yang tetap menjadi penjaga sekolah dan keadaan bapakku yang tidak ada perubahan sama sekali.

Kini aku masuk SMA, rasanya tak asing disini karena aku sudah lama disini. Menjadi penjaga sekolah tak selamanya buruk, karena aku bisa dekat dengan guru. Melanjutkan hobyku sebagai seorang ketua tiim volly ball cukup membuatku bangga dan sangat bergengsi di sekolah, di antara gadis-gadis yang banyak suka dan dekat denganku. Ilmu komputer adalah satu-satunya mata pelajaran yang membuat aku bersemangat karena aku ingin menjadi hacker dari pembuat program. Progam pertama yang aku ingin ciptakan adalah pembuatan virus yang membunuh semua data, sehingga orang akan membutuhkan anti virus yang tidak bisa asal di copy paste, tapi harus beli dulu kepadaku. Mungkin sebuah rencana yang kurang bagus, tapi aku sangat menginginkanya.

Kelas 1 SMA terlewati dengan baik, meskipun aku masih sering mendapat masalah dengan orang-orang di sekitarku karena sifatku yang keras. Aku juga terkenal playboy hanya karena aku banyak mempunyai teman dekat, bahkan sangat dekat. Padahal aku hanya punya satu cewek saja. Meskipun aku sering bertengkar denganya karena sifatnya yang cemburu berlebihan terhadapku begitupun sebaliknya. Kisah cintaku berakhir di saat memasuki kelas 2. Di kelas 2 ini pun aku mempunyai target baru yang sudah aku kenal sejak kelas 1 dulu, hanya saja cewek yang aku dekati ini sangat keras melebihi aku.

Kira-kira 1-2 bulan di kelas 2 ini, aku hampir jarang pulang kerumah karena memang kegiatan di SMA cukup banyak, aku hanya pulang di saat aku tak punya uang, dan aku hanya pulang untuk mengambil uang, menaruh seragam yang kotor untuk di cuci ibuku entah ibuku punya uang atau tidak dan entah dari mana uangnya, tapi kebutuhanku semakin meningkat aku rasa. Dan aku bahkan hanya bisa melihat keadaan bapakku yang seperti mayat hidup, hanya berbaring tanpa gerak dan kata. Aku butuh uang karena aku mengikuti sebuah perguruan pencak silat yang sudah aku ikuti sejak SMP dulu, dan saat ini sudah hampir kenaikan sabuk putih untukku.

Sebelum semua mimpi yang aku ukir itu terwujud. Ternyata doaku terkabulkan agar Tuhan segera mencabut nyawa bapakku yang tidak bisa sembuh itu, keadaanya yang sangat parah lebih membuat ibuku terpukul, menjelang kematian bapakku itu aku sedang berada di sekolah, tepat setelah magrib, aku di jemput tetanggaku untuk di bawa pulang, dia hanya bilang keadaan bapakku mulai membaik karena sudah bergerak. Hingga aku bergegas pulang kerumah. Tapi, keadaan yang aku lihat di sana hanya keadaan sekarat menjelang kematianya, memang bapakku sakitnya tidak wajar, semua orang tau bapakku terkena jin yang masuk ke tubuhnya sejak 5 tahun yang lalu disaat bapakku menebang pohon di sebuah halaman kosong yang mau di buat rumah. Kejang selama satu jam, mata yang melotot, suara yang menggeram dan nafas yang sudah terengah. Semua orang sudah mengaji di sekitarnya, aku hanya bisa memeganginya karena polanya bapakku yang sudah tak karuan ingin pergi. Menahan air mata, melepas kepergianyayang sangat menyakitkan dan tidak wajar itu membuatku trauma. Aku sangat terpukul dan tidak tau apa yang harus aku lakukan lagi. Inna lillahi wainna ilahi raajiaun. Akhirnya stelah sekarat 2 jam lebih bapakku pada hari rabu, 20 oktober 2008 pergi dari dunia ini.

Kini aku semakin merasa sendiri, kesedihan yang sangat tertanam di hatiku karena di akhir hidupnya tak ada yang bisa aku perbuat. Aku selalu membantahnya, aku selalu menyakitinya, membentaknya, dan berbuat seenaknya. Bapakku selalu mengatakan kalau aku memang anak yang nakal dan susah diatur, merepotkan, dan apalah. Meskipun aku dulu sering di pukuli, tapi aku tetap sangat menyayanginya. Ibuku kini hanya seorang diri, sebulan setelah bapakku meninggal, kini ibuku juga sering sakit, biasanya dia hanya darah rendah, batuk-batuk dan mengeluarkan darah. Tapi ibuku adalah wanita yang tua dan cerewet, selalu menceramahi aku tentang ini, tentang itu yang mana aku sangat bosan untuk mendengarnya. Aku hanya bilang kalau aku tidak suka di atur bu’ aku ini sudah dewasa dan sudah seharusnya menentukan pilihan mana yang baik atau tidak menurutku.

Aku hanya malu dengan keadaanku jika di depan teman-temanku. Apalagi dengan cewek yang aku sukai, aku jadian denganya 27desember 2008 lalu, dia pacar sekaligus teman bagiku, karena dia sangat dewasa dan tidak seperti pacarku yang sebelumnya. Hanya saja pacarku yang ini memiliki teman dekat cowok yang lebih banyak dan sangat dekat melebihi teman-teman cewekku, bahkan setelah aku pacaran denganya, banyak teman cewek yang sudah menjauh karena sering aku abaikan. Waktuku hanya aku berikan untuknya sepenuhnya. Dia cewek yang sangat periang dan selalu menyemangatiku. Bahkan dia adalah peringkat pertama di kelas, karena kita kebetulan satu kelas. Sempat juga aku malu denganya karena aku tidak bisa apa-apa, dia sangat rajin sedangkan aku sangat malas. Tapi dia merubah semuanya, dulunya aku yang sangat malas untuk menulis, malas untuk mengerjakan tugas ataupun bisa maju ke depan kelas, kini aku mulai mendapat semangat baru untuk bersaing denganya meskipun itu tidak mungkin, walau dia selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, dia tidak pernah mau menuliskan satu hurufpun kepadaku, dia bilang kita sama-sama belajar, sebaiknya kalau ada yang tidak mengerti tanyakan saja padaku. Jadi aku selalu minder denganya, walaupun aku tetap merengek untuk mintak tolong padanya, tetap saja dia tidak mau. Dia bahkan mempunyai pendirian dan komitmen yang sangat kuat. Hingga akhirnya tanpa disangka aku pun bisa masuk peringkat 3 dibawahnya. Sungguh cewek yang sangat hebat menurutku. Selain merubah semangat belajarku, dia juga mengajari banyak hal untuk selalu mengharagi orang lain, apalgi wanita. Dan itu yang membuat aku sangat menyesal karena sering mempermainkan wanita, bahkan ibuku sendiri sering aku sakiti.

Hingga pada suatu hari, semua keindahan bersama cewekku harus terusik oleh makhluk halus yaitu jin, jin yang sangat aku benci karena menyebabkan kematian bapakku. Jin itu sekarang suka dengan cewekku, bahkan setiap hari sampai 5 kali lebih cewekku pingsan dan kesurupan, aku hanya kasihan denganya tapi dia tidak mau mendengarkan aku. Aku hanya bisa menangis ketika melihat cewekku itu pingsan. Aku tau pasti tubuhnya sakit semua. Tapi aku juga tidak bisa berbuat banyak. Sampai di suatu ketika hubungan kita terusik masalah dengan hadirnya laki-laki keturunan kyai yang bisa menenangkanya, sekaligus merusak hubungan kita. Cewekku yang sekarang tidak mau mendengarkan kata-kataku, tidak menghiraukan dan perhatian padaku lagi. Kita selalu bertengkar karena cewekku selalu membelanya dan memandang aku selalu salah, tapi apa salahnya jika aku menghawatirkanya, aku cemburu dengan kedekatanya dan aku takut kehilanganya karena aku sangat sayang kepadanya. Tingkah lakunya yang sangat aneh dan seperti orang tidak waras. Kadang itu sayang banget denganku, tapi kadang sangat membenciku.

Berjalan hampir 10 bulan, memang dia sudah berkurang pingsan atau kesurupan, tapi hal yang tidak aku suka adalah dia lebih perhatian dengan teman-temanya, kakak-kakaknya. Bukan aku lagi. Hingga kebosananku untuk menerima sikapnya membuat aku nekat untuk kembali mendekati wanita lain, meskipun tidak sedikit yang menjauh ketika teman cewekku tau kalau aku adalah pacarnya lidiya cewekku itu. Kemudian, di sebuah kesempatan ketika menjadi panita MOS aku kenal dengan cewek yang manis, lebih pendiam tapi sangat manja. Aku sangat suka cewek yang manja kerena kebanyakan aku yang harus di turuti, bukan malah lidiya yang sangat keras dan dewasa hingga aku takluk denganya. Tapi itu semua hampir pudar, aku merasakan banyak kecocokan dengan novia, dan aku putuskan untuk tetep berteman walaupun teman dekat yaitu adik-kakak. Karena bagaimanapun lidiya adalah cewek yang berbeda dari semua cewek, aku tidak mungkin putus denganya karena pengorabananku dan usahaku mendapatkanya sangat berat. Bahkan dia sangat enjoy dengan teman-teman cewekku, hanya saja aku yang tidak suka jika dia dekat dengan teman cowoknya. Tapi, aku yang keterlaluan, kebosananku dengan sikapnya yang sangat berubah karena sering menjauhiku, membuat aku berpindah hati ke nadia, aku menjalin hubungan dengan nadia tanpa sepengetahuan lidiya.

Sampai dia benar-benar muak dengan kedekatnku yang berlebihan, ini bukan sifatnya, tapi dia sedang kerasukan, dia sangat membenciku dan menamparku di depan umum ketika dia tau aku jalan dengan nadia. Dan berbagai masalah yang timbul karena dia tidak mau mendengarkan aku dan lebih memilih anaknya kyai itu. Aku rasa lidiya juga sudah tidak suka denganku lagi, tapi aku sadar untuk tetap memperbaiki hubunganku denganya, karena aku tidak pernah pacaran yang sangat awet bertahan lama seperti ini dan aku harus mempertahankan hubunganku dengan memutuskan untuk menuruti semua apa yang dia inginkan. Ternyata kesalahan yang sama aku lakukan dengan cewek yang bernama dina, aku hanya merasa bahwa aku juga butuh perhatian, tapi lidiya adalah cewek yang akademis dan organisatoris, dia tidak pernah memikirkan masalah hingga sters sepertiku, dia selalu mencari jalan keluar dan sabar dengan perlakuanku yang kedua kalinya itu. Tapi, aku sangat merasa bersalah. Dan aku benar-benar berniat untuk kembali memperhatikanya lagi. Dulu aku hanya meminta kepada lidiya kalau aku ingin berpacaran selama 1 tahun, ternyata alasan dia untuk bertahan adalah dia menjaga ikrar pada saat kita jadian dulu. Kalau bisa pacaran selama 1 tahun, jika diantara kita sudah tidak ada rasa santara satu sama lain, maka harus jujur, dan kejujuran itulah yang dia nantikan dariku.

Tepat 27 desember 2009, dia benar-benar menepati janjinya, bagaimana bisa dia memutuskan sebelah pihak, dia memutuskan aku lebih dahulu setelah aku berniat untuk merubah semuanya. Tapi dia masih terlihat sayang terhadapku. Pelukan dan ciuman terakhir sebagai tanda persahabatan seperti apa yang di katakanya setahun lalu, setelah putus agar tetap berteman. Dia sangat pandai menyimpan perasaanya, dia selalu terlihat tegar dan ceria. Dia tetap bersikap profesional terhadapku meskipun setelah putus. Tapi, aku lemah, aku tak kuasa menahan air mata meskipun harus bersujud di depanya, aku sangat menyayanginya melebihi diriku, tapi aku sadar akan kesalahanku, aku hampir tidak masuk sekolah satu minggu dan berpura-pura sakit untuk tidak melihat wajahnya lagi, wajahnya yang penuh kasih sayang membuatku tak samggup untuk di tinggalakanya. Aku kembali mabuk-mabukan, kembali merokok dan mengobrak abrik rumah, ibuku pun menjadi pelampiasana satu-satunya, aku selalu marah-marah kepada ibuku, karena ini juga akibat dari keadaanku yang tetap miskin, aku merasa tidak bisa membahagiakan pacarku dan memberikanya yang terbaik.

Selang waktu yang sangat membuatku terpukul, justru ibuku harus di rawat di rumah sakit karena sakitnya yang sangat parah. Aku kini kembali hancur dan aku kehilangan arah. Tapi betapa baiknya lidiya yang mensuport aku, dia sangat memberikan semangat untuk tetap tegar dan bersyukur terhaadap segala keadaan. Setiap aku membahas hubungan kita, aku mintak maaf kepadanya. Tapi dia selalu santai menjawab, seolah-olah aku tidak pernah berbuat kesalahan terhadapnya, padahal aku sering melihat dia menangis dan menyendiri. Dia tidak pernah menunjukan perasaanya kepada siapapun. Aku sangat sayang padanya dan aku tak tau bagaimana harus melupakanya, bagaimana jika aku hidup tanpanya. Selang sehari setelah ujian nasional, dia langsung pergi ke pare untu belajar bahasa inggris, mungkin itu juga salah satu cara untuk melupakanku, tapi aku tak bisa hidup tanpanya. Aku tak kuasa menjalani kehidupan tanpanya. Dan aku tidak akan melupakanya.

2 bulan kemudian, meskipun berpisah, tapi aku selalu merindukanya. Kenangan bersamanya mengukir banyak cerita dan membuat aku semakin mengerti bagaimanakah rasanya di cintai dan di tinggal pergi orang yang aku cintai. Dan hal yang sangat menyakitkan saat ini adalah ibuku pun harus pergi menginggalkan aku sendiri, kini aku benar-benar merasa sendiri, entah kepada siapa harus aku bagi rasa ini. Aku sangat terpukul melihat keadaanku yang sangat menyiksaku. Yang tiada pernah aku fikir adalah bagaimana bisa semua orang yang aku sayangi harus pergi meninggalkan aku.

Ibu, aku semakin tersiksa, kepergianmu serasa ingin mengambil nyawaku. Ibuku pergi, semua orang yang aku sayangi juga pergi. Cintaku pergi, kehidupanku pergi dan semua orang di sekitarku pergi. Kini aku harus kuat memikul semua ini sendiri, aku sendiri menelusuri jalan ini. Ku angkat jasad ibuku ke liang lahat, ku lihat semunya masih tersimpan karena sakit hatinya kepadaku, seakan beliau juga berat ingin meninggalkan aku. Ibu.. kau kini akan bertemu bapak di surga, kalian akan memadu cinta yang sesungguhnya. Ini aku anakmu yang rindu akan cinta yang sebenarnya, aku tidak berdaya dan aku merasa tiada berguna. Di tengah rintihan menjelang pemakaman ibu seakan tak bisa mewakili berapa banyak air mata ini yang jatuh tertuangkan.. aku tak kuasa lagi, air mata yang kering dan jiwa yang hampa. Aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal ibu tercinta, aku akan merindukanmu dan sampaikan salamku buat bapak tercinta di surga.

Aku kini berfikir, sudah tiada lagi semangat untuk melanjutkan kehidupanku, akhirnya aku putuskan untuk menelfon liana yang ada di pare,

Assalamualikum liana?

Waalaikum salam.. what happen?

Jangan bahasa inggris ya, walaupun kamu sudah pintar, tapi aku tak bisa. Aku hanya ingin memberitahu kamu kalau ibuku sudah pergi, jauh dari ku. Meninggalkan aku sendiri

Apa, apa maksudmu? Maaf aku hanya bercanda. Bagaimana keadaan ibu?

Ibuku sudah meninggal dunia. Meninggalkan kita semua

Inna lillahi wainna ilaihi raajiun.. aku turut berduka cita, semoga kamu tabah ya.. banyak doa kepada Allah SWT.

Ya. Terima kasih... sudah dulu ya, sebentar lagi aku mau ada ngaji. Terimakasih suport dan doanya.

Iya sama-sama. Yang sabarya.

Semuanya seakan membantuku, aku merasa sedikit terobati, suaranya, perhatianya, dan kasih sayangnya kepada ibuku dulu. Setelah menutup tetlfon yang di iringi dengan melinangnya air mataku, aku hanya bisa diam membisu. Semoga ibu bahagia disana. Keesokan harinya setelah 3 hari kematian ibuku, semua saudaraku seakan bersekongkol untuk pulang, seolah anak yang sangat berbakti, mereka semua menangis tak tertahankan. Aku tak mengerti kenapa mereka tiba-iba pulang dan berbuat sangat baik kepadaku, aku bertanya dalam hati apakah memang mereka sudah mendapatkan pencerahan hidup untuk menyadari perbuatanya.

7 hari setelah acara tahlilan yang sangat ramai, karena mereka menyumbangkan uangnya untuk acara ini. Pagi yang sangat cerah, secerah hati dan perasaan mereka saat itu. Ada yang akan mereka sampaikan padaku, kelihatanya sangat serius, serambi membersihkan segala tempat yang digunakan dalam acara tadi malam. Kita semua berkumpul di ruang tamu kita berbucara, seolah ada penghalang antara aku dan saudaraku itu. Tiba-tiba kakak tertuaku menunjukan arah pembicaraan yang serius. Tiada disangka pula terlepas dari hari ke-7 ibuku, mereka ingin membicarakan warisan yang di tinggalkan orang tuaku, yaitu berupa tanah yang aku tempat ini beserta rumah gubuk ini. Sungguh pikiran bejat seolah aku dianggap anak kecil yang tidak bisa merawat rumah ini, apalagi posisiku yang sedang di kelas 3 SMA ini, tiada pilihan apabila aku tak bisa melanjutkan kuliah, apakah aku menikah, ataukah pilihan keluar dari jawa dan mencari kerja. Bahkan aku belum terlintas tentang semua hal itu. Lalu bagaimana jika aku tidak bisa melanjutkan kuliah sedangkan aku sangat ingin menjadi hacker komputer yang terhebat. Tapi biaya dari mana? Itu;ah yang sering aku tanya.

Universitas trunojoyo adalah salah satu universitas yang hampir aku masuki, jalur PMDK yang agak sedikit rumit kini membuat aku putus asa. Setelah tes PMDK yang cukup sulit akhirnya diputuskan bahwa aku diterima sebagai mahasiswa cadangna dengan syarat-syarat adminstrasi dan keuangan yang cukup rumit. Apakah aku juga berniat jahat dengan menyetujui tawaran kakakku untuk menjual tanah itu, tapi nanti aku harus pulang kemana jika semua itu di jual. Namun, Tuhan mempunyai kehendak lain. 4 saudara banding aku sendiri yang tetap mempertahankan untuk tidak menjual tanah rumah ini, meskipun semua saudaraku marah denganku, tapi mereka tidak pernah berfikir bagaimana kelanjutan hidup yang aku jalani nantinya. Mereka hanya berfikir semua urusan telah selesai, tidak ada tugas untuk merawat orang tua dan menyekolahkan aku. Sampai akhirnya rumah ini tetap aku tempati, mereka kembali ke tempat yang sebelumnya, dan aku memutuskan untuk menjaga rumah ini snidri, ya,,, sendiri bersama segala kenangan masa lalu yang aku lalui bersama orang tuaku. Aku kini tidak melanjutkan sekolah, tapi aku di tawari untuk menjadi TU di SMP aku dulu, setidaknya masih ada yangmenerimaku, meskipun hanya menjadi seorang TU. Tapi, beberapa bulan kepala sekolah SMP ku memberikan pintu untuk membuka perkuliahan yang menurutku belum resmi, bahkan mahasiswanya tidak sampai 5 orang. Tapi setidakanya menjadi TU, pelatih olahraga, serta kuliah yang seadanya ini bisa membantuku menjalani kehidupanku. Ku ingin sekali memperbaiki segalanya yang ada. Aku merindukan kasih sayang ibu, bapak.... aku merindukan kalian.

Ku tulis surat ini untuk Ayah, Ibu....

Ibu, bagaimana kabar ibu di sana? Apakah ibu bisa bertemu dengan bapak? Dan apakah bapak sudah sembuh dari sakitnya yang dulu. Sudahkah ibu mnyampaikan salamku kepada TuhanMu ibu, apakah keluhanku tentang keluarga kita yang berantakan, keluarga kita yang penuh dengan kemiskinan, dan keluarga kita yang porak poranda ini.

Ibu, aku anakmu yang terakhir, aku tidak pernah menjadi anakyang terbaik dari anakmu yang lainnya bu’. Di akhir waktumu yang sedikit, aku tak bisa membahagiakanmu, tak bisa menjadi yang terbaik untukmu, selalu menyusahkanmu, selalu membuatmu menangis, selalu membuatmu susah. Semuanya tidak ada yang benar yang aku lakukan untukmu, aku masih sempat memarahimu ketika air mata darah yang keluar dari mata indahmu, aku sempat menjatuhkanmu ke tanah di saat engkau tak bisa bangun. Bahkan, bapakku ibu, bapakku telah aku hinakan dengan keberadaanya yang mati itu, bertahun-tahun aku hanya melihat mayat hidup di sudut kamarku itu,

Ibu, kini aku sudah menjadi anak yang dewasa, aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri, tak akan aku kelaparan lagi, tak akan aku menjadi yang terburuk selama akhir hidup ini. Kenangan yang tak akan pernah terlupakan atas apa yang telah ku lakukan menjadi tali cambuk yang pedih namun sangat bermakna... kini aku hanya sendiri dalam kepiluan, senyummu yang ramah tak akan pernah aku lupakan, semoga kau disana menjadi malaikat dalam rahmatNya.

Ibu, sajak ini ku tulis untukmu. Dalam doa ku sebut namamu dan ayah, dalam cinta ku akan mengenang kalian berdua, semoga sang raja takdir yang agung akan lebih dekat dengan kalian, puji syukur segala apa yang telah engkau berikan, biarkan kelak di rongrongan mahsyar kita akan bertemu dalam kedamaian menyelimuti, akan aku bangun rumah di surga untuk kalian sebagaimana janjiku.

Aku hanya ingin katakan, “aku sayang dengan kalian ibu, ayah”..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun