Beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2018, gempa bumi dengan kekuatan 7.0 skala richter yang menghentak pulau Lombok dan sekitarnya sampai hari ini masih menyisakan trauma bagi masyarakat suku sasak tersebut, merenggut korban jiwa sekitar 564 orang, dengan keruskaan infrastruktur dengan nilai yang tidak sedikit, termasuk infrastruktur dibidang pariwisata, ( sumber kompas ).
Belum juga kering air mata dan pemulihan trauma pasca gempa, awal maret 2020 muncul gelombang sunami covid-19 yang kembali meluluh lantakkan tatanan kehidupan yang masih dengan tertatih-tatih ditata, kehidupan masyarakat yang begitu sulit pasca gempa ditimpa kembali oleh pengaruh dahsyat sunami covid 19, ibarat pepatah " sudah jatuh tertimpa tangga".
Namun bukan suku sasak namanya, suku dengan masyarakatnya yang tidak terbiasa untuk  berpangku tangan dan masyarakarnya yang guyub, bergandengan tangan untuk saling membantu, menguatkan dan menyokong untuk bersama-sama melewati badai ini.
Begitu juga dengan keindahan sembalun yang terletak dilereng gunung rinjani dan masuk wilayah lombok timur nusa tenggara barat, tidak mau berlama-lama menyembunyikan keindahannya setelah ditutup gempa dan sunami covid 19, pesonanya terus menyapa para pelancong yang ingin sekedar rehat sejenak dari bisingnya kota dan penatnya pekerjaan yang menjemukkan.
Sembalun menyuguhkan keindahan alam yang mempesona, keindahan hutan hujan tropis dan padang savana yang merona, kabut tipis yang malu-malu menyibak diantara tarian kaki gunung rinjani, sang mentari menyapa dengan senyum hangat dengan seruling angin yang dingin meliuk-liuk , sepanjang jalan para penjaja strowbery menyambut dengan senyum hangat, persawahan yang tertata indah dengan ramah membuka tirai jendelanya, satu orkesra keindahan yang sangat sayang untuk dilewati.
#RinjaniSembalun
#JalanJalan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H