Dari semua proses ini, sering ku katakan bahwa aku adalah anak dari pelosok timur yang telat mengenal dunia literasi. Telat bersentuhan dengan pijar pengetahuan. Â Aku tidak pernah malu untuk mengakui semua ini. Untuk apa juga malu dengan kekurangan diri. Bukannya kau pun bosan, soal hiruk pikuk menonjolkan diri, mengejar eksistensi, serta gengsi?
Ihwal ketakukan berlebih terhadap buku dan cara berpikir, Zamzam dalam Alfathri Adlin menyampaikan alegori sebagai berikut: "Katanya ada seekor naga di balik gunung, di suatu negeri. Tapi itu katanya. Tak jelas kata siapa. Sebagian besar orang di negeri itu memilih berlindung diri walau tidak pernah melihat, apalagi bertemu sang naga. Tidak mau berusaha untuk mencari tahu hingga akhir hayat, hidup dalam ketakutan terhadap sesuatu yang tidak pernah ia ketahui perihal ada atau tidaknya. Hanya sedikit sekali di antara mereka yang berani menghampiri, mencari tahu. Itu perlu keberanian, jiwa ksatria. Keberanian untuk salah, kalah, bahkan mati. Tapi mereka yang berani itu memenangkan sebuah keyakinan, tahu yang hakiki".
Maka soal penggrebekan toko buku yang baru-baru ini terjadi, cukup kita tanggapi dengan santuy. Toh mereka yang melakukannya lebih tampak sedang mempermalukan diri sendiri. Seperti anak kecil yang melihat singa di dalam sebuah penangkaran. Alih-alih masuk ke dalam penangkaran untuk bertarung dengan singa, yang mereka lakukan hanya meledek dari luar pekarangan sambil menjulurkan lidah dan melototkan mata. Lucu bukan?
aqm.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H