Mohon tunggu...
Dian Prameswari
Dian Prameswari Mohon Tunggu... lainnya -

In any real man a child is hidden that wants to play (Nietzsche)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

I am not sorry! Australia Tak Akan Minta Maaf

19 November 2013   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pihak Indonesia, pemerintah Indonesia harus waspada siap siap dengan agenda Australia berikutnya. Dalam hal ini adalah Indonesia mesti siap siaga dengan upaya pemisahan Papua dari NKRI. Bila ada yang bersorak riang dengan rusaknya hubungan antara Indonesia dan Australia, tak pelak lagi mereka adalah orang orang yang tergabung dalam gerakan Papua merdeka. Meskipun Tony Abbott dalam kunjuangannya ke Jakarta telah mengatakan bahwa dia tak akan mengijinkan Australia dipakai untuk grandstanding bagi mereka yang mencoba mengikis kedaulatan Indonesia,  tapi bila hubungan bilateral memburuk dan sudah tak ada kepercayaan di kedua pihak, sangat besar kemungkinan Australia akan mencampakkan apa yang telah diucapkan oleh Tony Abbott tersebut.

Mengingat bahwa kita sudah ada pengalaman dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan NKRI dimana Australia memainkan peran besar sebagai deputy sherriff in the region, maka besar kemungkinan hal yang sama akan terjadi lagi dan kali ini Papua yang jadi sasaran.

Dampak lain yang bisa diderita Indonesia adalah pariwisata. Bila hubungan dengan suatu negara tidak sedap, biasanya Australia akan mengeluarkan travel warning kepada warga negara untuk tidak mengunjungi negara yang tidak friendly terhadap Australia. Bila hal ini diberlakukan terhadap Indonesia, dampaknya pasti sangat terasa di Bali.

INDONESIA PERLU PEMIMPIN YANG TANGGUH

Meski kita berharap hubungan kedua negara bisa pulih kembali, kelihatannya keadaan akan memburuk sebelum jadi baik kembali. Dan bila keadaan memburuk sedangkan Indonesia akan menghadapi pemilu, akan sangat riskan bila rakyat Indonesia memilih presiden baru macam Jokowi atau Wuryanto.

Jokowi tak punya pengalaman berhadapan dengan negara tetangga seperti Australia yang masih terus perlu diwaspadai kepentingan nationalnya vis a vis Indonesia. Jadi akan sangat berbahaya menjagokan Jokowi jadi presiden. Dia akan mudah dipengaruhi oleh kepentingan asing dan pengalaman dia yang karbitan bukanlah kaliber seorang presiden.

Dan Wuryanto? Gak ada harapan juga. Ingat bahwa Timor Timor lepas pada waktu dia masih menjabat sebagai orang nomor satu di ABRI waktu itu. Dan dia melepaskannya begitu saja. Akankah hal yang sama dibiarkan terulang dibawah Wuryanto sebagai presiden? Jangan sampai deh amit amit.

Oleh karena itu orang yang lumayan berpengalaman saat ini bukan lain adalah SBY. Korban dari scandal penyadapan saat ini. Dia sudah banyak pengalaman dan tahu bagaimana harus bersikap menghadapi negara negara maju yang punya kecenderungan untuk adigang adigung dan suka memanfaatkan keadaan yang rawan suatu negara. Saya yakin secara keseluruhan dia masih layak memegang tampuk pimpinan negara ini.

AUSTRALIA LEBIH BAIK SEGERA MINTA MAAF

SBY telah mengeluarkan "please explain" pada Australia dengan batas waktu dua hari.

Jauh lebih bijak bila Tony Abbot paling tidak melakukan setara dengan apa yang dilakukan Obama terhadap Angela Merkel. Menjamin bahwa hal semacam itu tak akan terulang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun