Sehingga beberapa agenda atau momentum nasional seolah-olah "luput" dari perhatian ekstra. Sebagaimana yang saya rasakan sendiri bahwa semenjak reformasi 1998 Â beberapa agenda atau momentum nasional tidak lagi sehebat era Orde Baru, seperti ;
o Peringatan HUT Proklamasi 17 Agustus.-
o Kunjungan Kerja Presiden atau Menteri ke daerah-daerah.-
o Event Olah Raga (Sea Games, Asean Games atau PON).-
"pencitraan negara telah tersubsitusi dengan pencitraan orang"
Fenomena ini membuat saya merasa jemu, sehingga bilamana saya mendengar berita-berita korupsi yang didalangi oleh pejabat negara atau pejabat didaerah, dalam hatiku hanya berkata "biarlah waktu yang menjawab" semuanya.  Rasa jemu dengan apa yang terjadi dinegeri ini membuat  rasa nasionalisme saya ikut-ikutan drop. Cara kita ber-Indonesia bak "sandiwara tanpa judul".  Era ini sepertinya "kurang berarti" bagi saya ---kecuali kelak---  mungkin bisa menjadi satu episode pembanding dalam mata pelajaran sejarah Indonesia kalau saja babak ini telah berlalu.
Demikian ungkapan perasaan saya, semoga saja ada "reformasi ulang" untuk merehabilitasi nasionalisme orang-orang seperti saya.
.....dari rasa nasionalisme yang masih tersisa, kuucapkan "dirgahayulah Indonesiaku"
Maros, 12 Agustus 2012.-