Mohon tunggu...
antos riady
antos riady Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S2 Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keajaiban Akal

14 November 2013   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akal merupakan potensi manusia yang tak ternilai harganya. Akal merupakan entitas, dimana manusia mampu untuk mempertimbangkan argumentasi-argumentasi yang akan diberikan. Dengan akal manusia punya kemampuan untuk menimbang mana jalan yang baik dan yang buruk.

Sebagaimana yang diketahui awal sejarah perkembangan akal budi manusia dimulai dari pemikiran Auguste Comte. Auguste Comte mengemukakan stilah positivisme paling tidak mengacu pada teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori tentang perkembangan sejarah (akal budi) manusia. Sebagai teori tentang perkembangan sejarah manusia, istilah postivisme identik dengan tesis Comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, yang secara linier bergerak dalam urut-urutan yang tidak terputus.

Perkembangan itu dari tahap mistis atau teologis yaitu yang berperan dogma agama, kemudian tahap metafisis yaitu yang berperan dogma akal budi (peralihan), dan berakhir pada tahapan yang paling tinggi, yakni tahap positif yaitu segala kejadian yang ada di alam ini di jelaskan secara ilmiah, berfikirnya menggunakan akal budi.

Begitulah sekilas sejarah perkembangan akal budi manusia yag dimulai dengan tahap mistis hingga ke tahap yang paling tinggi yakni tahap positif. Jadi, dengan adanya potensi akal yang dimiliki manusia, Allah sang pencipta menyuruh agar manusia mampu memfungsikan akalnya untuk menyelami kekuasaan dan ciptaan-Nya, agar bertambah keyakinan dan keimanan seseorang terhadap-Nya. Begitu banyak diakhir ayat yang menjelaskan bahwa hanya orang- orang yang berakal dan berfikirlah yang mampu untuk menyelami itu semua.

Dengan demikian sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang lemah untuk bersyukur dengan potensi yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Dan menjadikan kita berbeda dengan makhluk lainnya.  Dan seharusnya kita memfungsikan keajaiban akal ini dengan sebaik-baiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun