Mohon tunggu...
Anton Punkq
Anton Punkq Mohon Tunggu... -

translator, peminat buku, dan suka menulis, tinggal di Priyang Tangsel...saat ini bekerja di PT. IISA VISIWASKITA BSD City Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecerdasan Jamak, Black-Box, IBM dan Google Cloud

2 September 2015   05:40 Diperbarui: 2 September 2015   07:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang bertanya pada saya, “seberapa kenyal atau rigid-kah profil kecerdasan jamak itu?”.
Saya coba menanggapi sebagai orang yang menggemari bacaan tentang tema tersebut. Untuk kepastian yang lebih rinci dan akurat dapat anda konfirmasikan pada pakarnya.

Jawaban saya , meniru analogi dari salah satu sumber yang sedang tren, adalah sekenyal atau serigid IBM dengan PC-nya dan atau Google dengan Cloud-computing-nya, bila salah satu dari mereka diminta untuk memproduksi piranti yang sejenis atau semacam piranti produk lawannya.

Baik pihak IBM maupun Google punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tentu saja setelah menjadi besar mereka tak akan mungkin memproduksi piranti sejenis yang diproduksi pihak lawan; karena tentunya produk tersebut akan cepat tergilas oleh kebesaran lawan di bidangnya. Karena masing-masing sudah terlanjur besar dan memiliki aliansi atau armada rekanannya sendiri-sendiri. Itu penalaran ekonomisnya.

Sedangkan secara psikologis, keduanya telah terlanjur lekat dengan imajinasi terkait profil teknologi produknya masing-masing. IBM dengan PC-nya dan Google dengan Cloud-nya. Kelekatan-lah yang kelak akan membatasi kekuatan maupun kelemahan dari kedua raksasa teknologi informasi tesebut. IBM PC dari sejak awal sudah terkungkung dengan sumber imajinasi produk atau kendala ekonomis-nya, sehingga tidak berani untuk segera berspekulasi sebelum gagasan seperti yang dirintis oleh Google terlanjut menjadi lawan yang tangguh.Dalam hal ini berlaku hukum kelembaman pada setiap produsen tradisional yang terlanjur menjadi besar.

Sampai batas tertentu kecanggihannya, konsep google cloud-pun akan mengalami kebuntuan yang bersumber dari kelemahannya (dalam bidang piranti keras), dan akan ada lawan baru yang berhasil menemukan dan mengembangkan teknologi berparadigma baru yang dapat menjadi kunci ‘kebuntuan’ sekaligus ‘kelapangan’ dalam pengembangan teknologi google-nya.

Lalu apa kaitan kedua brand mega teknologi tersebut dengan kecerdasan jamak?
Jawabnya , karena kecerdasan jamak berhasil memadukan prosedur logis dari kedua raksasa teknologi tersebut. “Whaaat…? Are you kidding?”. “Noup!”

Pembaca yang pernah berkenalan dengan Bruno Latour tentunya akan mafhum. Bagi yang belum kenal beliau, akan saya coba kenalkan sebatas kemampuan saya.

Latour melalui filosofinya berhasil memadukan atau mendamaikan pertentangan alur logika kaum occasionalism (biasanya dianut oleh kaum agamis) dan alur logika kaum skeptics (juga antara penganut rasionalis dan penganut empiris). Yang satu meyakini bahwa setiap entitas saling berkaitan karena terkait oleh Sang Misteri (Tuhan), sedang yang lain lebih meyakini bahwa sumber causation setiap entitas ada pada pikiran atau kebiasaan manusia. Jadi tak ada entitas eksternal yang mengkaitkan entitas-entitas lain selama pikiran atau kebiasaan manusia sedang “beristirahat”. Latour sepakat dengan kaum skeptics bahwa tak ada entitas lain di luar entitas itu sendiri, dan beliau juga yakin bahwa entitas itu berkaitan dengan entitas lain , sebagaimana dengan kaum occasionalism, namun bukan oleh Tuhan melainkan oleh laku sang actor atau actant. Tuhan berkarya tidak secara langsung berupa campur tangan dalam keberelasian antar substansi, melainkan melalui pemberdayaan ciptaan-Nya agar saling menggerakkan dan menindakkan laku translasi rangkaian black box yang kian besar dan rumit. Untuk lebih jelas apa yang saya maksudkan dengan translasi atau black-box yang kian rumit, terus ikuti saja dulu artikel ini. (semoga tidak terkantuk-kantuk lebih dahulu)

Kemungkinan agar aktor lain mengkaitkan sang aktor ke dalam aliansi-nya adalah melalui upaya translasi si actor itu sendiri. Upaya untuk mengatasi celah (gap) antar aktor ini,- atau translasi-, bukannya upaya yang sederhana dan mudah melainkan merupakan upaya keras dan terus–menerus karena banyaknya celah (gap) di antara para aktor. Celah atau (gap) yang ada pada setiap actor yang akan membentuk aliansi oleh Latour disebut sebagai ‘black box’. Selain itu, hal penting yang perlu ditambahkan adalah bahwa actant menurut Latour mencakup baik human maupun non-human actors. Semua causation para aktor (dalam aliansi) oleh Latour disebut dengan istilah vicarious causation (lawan dari occasional causation-nya kaum agamis). Vicarious causation berarti rangkaian sebab-akibat yang merupakan hasil dari laku layanan atau persembahan/pengorbanan si actor; sedangkan occasional causation berarti rangkaian sebab-akibat yang merupakan hasil dari campur tangan Yang Misteri (Tuhan).

Latour juga sepakat dengan Galileo bahwa causation itu satu dan tak terbedakan antara causation manusiawi dengan causation alami (nature). Ia tidak membedakan rangkaian sebab-akibat yang bersumber dari laku manusia dengan yang bersumber dari laku tan-manusiawi (alami). Pengaruh kebijakan Presiden Jokowi terhadap rakyat miskin tidak berbeda dengan pengaruh panas matahari yang mencerahi pohon di depan rumah saya. Rakyat member tanggapan pada setiap kebijakan beliau, dan pohon menanggapi sinar matahari melalui pergerakan rangkaian proses internalnya. Semua substansi membentuk aliansi atau menarik actor untuk melakukan laku translasi.

Mungkin istilah dalam bahasa Jawa yang paling mendekati untuk laku translasi adalah “obah”, namun obah dalam konsep Latour tak berlaku hanya untuk manusia, melainkan untuk semua substansi, misalnya rangkaian teknologi canggih dapat saling menggerakkan satu sama lain sebagai kesatuan aliansi setelah black-box dari rangkaian tersebut terpecahkan. Jadi, bedanya dengan kaum occasionalism adalah bahwa Latour yakin bahwa actant atau actor dapat saling berkaitan bila aktor lainnya menjadikan sang aktor tersebut ikut terkait dan membentuk aliansi untuk memecahkan black-box yang lebih besar/luas/dalam/rumit dampaknya pada eksistensi atau produktivitas. Demikianlah, Tuhan telah berkarya melalui rangkaian black-box yang kian canggih dan rumit dalam setiap aliansi yang mengundang actor untuk senantiasa obah dalam upaya translasi, dan tidak langsung campur tangan dalam bentuk pengatur relasi antar substansi yang selama ini diyakini oleh para penganut occasionalism .

LALU APA KAITAN KECERDASAN JAMAK DENGAN KONSEP KAUSASI-NYA LATOUR?

Kecerdasan jamak, -sebagaimana pada konsep Latour-, juga berasumsi bahwa agar benar-benar eksis dan karenanya produktif maka setiap orang atau substansi lain harus berjuang membentuk semacam aliansi melalui upaya translasi.

Profil kecerdasan jamak adalah bentuk translasi yang telah disediakan pakar psikologi seturut pendekatan psikologis. Dengan demikian sebagai aktor, kita telah diberi banyak kemudahan oleh profil tersebut. Profil tersebut membantu kita membuka setiap ‘black-box’ dalam proses translasi. Setiap orang atau bahkan substansi yang akan kita translasikan selalu mengandung black-box. Semakin besar aliansi yang terbentuk, semakin banyak black-box yang terpecahkan maka akan semakin eksis dan produktif atau kian teraktualisasilah (meminjam istilahnya Maslow) anda. Profil kecerdasan jamak tidak hanya menyediakan informasi kecerdasan dalam arti sempit, melainkan mencakup informasi terkait ragam atau aspek kekuatan dan kelemahan ketika kita harus memilih tawaran aliansi yang hadir secara serentak. Bila saja IBM PC telah memperoleh informasi kecerdasan jamaknya sejak google mulai berkiprah, tentu ia (IBM) telah melakukan upaya pencegahan berupa tawaran kerja-sama atau bahkan (langkah penyelamat pungkasan) mematikan upaya Google sama sekali. IBM masih terperangkap oleh konsep kecerdasan tradisional dan kurang memperhatikan keragaman potensi baru yang dapat membentuk aliansi yang lebih strategis.

Bagaimana dengan Google? Google-pun harus mulai memperhatikan ragam potensi baru yang kelak dapat membuka kunci problematika khas google. Sebagaimana pendapat Latour, bahwa persoalan utama bukan pada seberapa besar aliansi yang terbentuk, melainkan pada seberapa luas dan aktif aliansi yang anda rangkum. Pada titik tertentu, Google pun harus memperhatikan atau terjun di dunia piranti keras; misal saat muncul pesaing serupa di bidang sejenis yang lebih aman karena memiliki aliansi yang lebih lengkap dan memiliki sarana piranti keras yang lebih unik dan efektif dalam keseluruhan aliansinya. Mungkin ketika kecanggihan teknologi itu mulai bersentuhan dengan kerinduan akan ragam hal yang mendekati kealamian (naturalness). Di masa depan, jangan terkejut bila pusat atau markas perusahaan yang mega rumit dan canggih tersebut hanya berupa rumah kontrakkan berukuran sedang.

Aliansi jangan diartikan sekedar sebagai komplotan atau persekutuan manusia belaka; melainkan dapat juga berupa persekutuan atau aliansi manusia dengan Tuhan-nya, manusia dengan benda, manusia dengan hewan, hewan dengan hewan lainnya, bahkan persekutuan antar benda di sekitar manusia (misal piranti teknologi canggih). Seorang dokter yang canggih sekalipun bila tanpa aliansi dengan piranti yang juga canggih, atau aliansi dengan ragam sumber kekayaan alam di daerah tersebut (yang tentunya sudah harus dikuasai atau ditranslasikannya), maka akan terbataslah kemungkinannya untuk membentuk aliansi dengan para pasien dalam memecahkan black-box penyakit di wilayah tersebut. Misalnya, ketika ia berada di daerah pelosok nun jauh tinggi di daerah pegunungan.

Demikian sekelumit tanggapan dan uraian ala kadarnya. Untuk penjelasan yang lebih ilmiah dan akurat dapat anda cross-check dengan pendapat ahli. Semoga mimpi saya terkait pencantuman kolom profil kecerdasan jamak di setiap “ID cards” akan benar-benar dapat terwujud. Terima kasih.

Referensi :
Bruno Latour, Prince of Network, OA VERSION PDF
http://www.kompasiana.com/www.anton_punkq.com/bila-indonesia-jadi-negara-pertama-di-dunia-yang-cantumkan-kolom-profil-kecerdasan-jamak-di-ktp_55dd5654f37e61fe04f9c6cf
http://www.kompasiana.com/www.anton_punkq.com/kecerdasan-jamak-sebagai-sarana-psikologis-pemersatu-bangsa-di-era-globalisasi_55e442c3197b611f09beeebc

‪#‎kecerdasanjamak‬ ‪#‎saveourhealthymindandsoul‬ #kolomkecerdasanjamakpadaidcards

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun