Kalau tidak demikian, ini "berbahaya". Karena anak didik akan melihat perilaku-perilaku yang munafik yang ditunjukkan para pendidik atau para orang tua. Sehingga yang bisa terjadi, justru memperparah tumbuhnya generasi baru yang semakin munafik, sebagaimana yang saat ini kita rasakan, semakin bertambah hari kondisinya semakin parah.
Mempersiapkan kondisi agar mimpi Gerakan Semesta ini bisa diwujudkan
Untuk bisa mencapai harapan itu, berarti harus ada perubahan paradigma berpikir terlebih dahulu, bahwa pendidikan itu tidak hanya selesai di bangku SLTA atau mahasiswa, tetapi juga harus ada pendidikan untuk calon orang tua atau para orang tua/orang dewasa. Calon orang tua atau para orang tua/orang dewasa ini, harus diajari terlebih dahulu, tentang bagaimana teori perkembangan anak dan hal-hal apa saja yang perlu diajarkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan mereka. Artinya, perlu ada penyuluhan, diklat-diklat atau seminar gratis untuk menjadi orang tua yang baik, sehingga nantinya kita bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak-anak kita atau anak-anak di sekitar lingkungan kita. Contohnya: kalau melihat anak kita atau anak-anak di lingkungan sekitar kita melakukan corat-coret di tembok rumah orang, atau merusak rambu-rambu lalu-lintas, kita tidak boleh langsung memarahi dan memukulnya, tetapi harus bisa menegurnya dengan bijak. Hal ini kelihatannya sepele, tetapi ternyata itu tidak mudah, dan tidak banyak orang yang mampu melakukannya.
Kalau para orang tua ini (sebagian besar) sudah tahu dan paham, bagaimana harus memperlakukan anak-anak tersebut, maka bisa diharapkan nantinya kita tidak membiarkan saja, apabila melihat perilaku-perilaku negatif dari anak-anak tersebut. Bahkan tidak ada lagi yang mengatakan, “ Mereka bukan anak saya, kenapa harus ikut mengurusi mereka ?” Karena kita menyadari, bahwa ketika anak-anak kita berada di luar rumah, juga membutuhkan didikan mereka yang benar. Apabila kondisi ini berhasil diwujudkan, maka revolusi mental yang selama ini terus digaungkan bisa menjadi kenyataan.
Demikian pemikiran yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama, sehingga apa yang ingin digagas Pak Anis Baswedan ini tidak hanya menjadi slogan semata.
Untuk admin, maaf bukannya saya tidak mau menyertakan dalam lomba. Tetapi ini “ketinggalan kereta”, sebab tahunya sudah 2 hari menjelang penutupan. Kalau boleh, titip saja untuk bisa disampaikan ke Pak Anis Baswedan. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H