Mohon tunggu...
Y ANISTYOWATIE
Y ANISTYOWATIE Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Berusaha menemukan solusi permasalahan bangsa, blog saya: www.anisjasmerah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merancang Konsep Pendidikan Sebagai Gerakan Semesta "Membumikan" Nilai-nilai Pancasila

1 Juni 2016   11:38 Diperbarui: 1 Juni 2016   14:45 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pedagos.wordpress.com

Kalau tidak demikian, ini "berbahaya". Karena anak didik akan  melihat perilaku-perilaku  yang munafik yang ditunjukkan para pendidik atau para orang tua. Sehingga yang bisa terjadi, justru memperparah tumbuhnya generasi  baru yang  semakin munafik, sebagaimana yang saat ini kita rasakan, semakin bertambah hari kondisinya semakin parah.

Mempersiapkan kondisi agar mimpi  Gerakan Semesta ini  bisa diwujudkan

Untuk bisa mencapai harapan itu, berarti harus ada perubahan paradigma berpikir terlebih dahulu, bahwa pendidikan itu tidak hanya selesai di bangku SLTA atau mahasiswa, tetapi juga harus ada pendidikan untuk calon orang tua atau para orang tua/orang dewasa. Calon orang tua atau para orang tua/orang dewasa ini, harus diajari terlebih dahulu, tentang bagaimana teori perkembangan anak dan hal-hal apa saja yang perlu  diajarkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan mereka. Artinya, perlu ada penyuluhan, diklat-diklat atau seminar gratis untuk menjadi orang tua yang baik, sehingga nantinya kita bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak-anak kita atau anak-anak di sekitar lingkungan kita. Contohnya: kalau  melihat anak kita atau anak-anak di lingkungan sekitar kita melakukan  corat-coret di tembok rumah orang, atau merusak rambu-rambu lalu-lintas, kita tidak boleh langsung  memarahi dan memukulnya, tetapi harus bisa menegurnya dengan  bijak. Hal ini kelihatannya sepele, tetapi ternyata itu tidak mudah, dan tidak banyak orang  yang mampu  melakukannya.

Kalau para orang tua ini (sebagian besar) sudah  tahu dan paham, bagaimana harus memperlakukan anak-anak tersebut, maka bisa diharapkan nantinya  kita tidak  membiarkan saja, apabila melihat perilaku-perilaku  negatif dari anak-anak tersebut. Bahkan tidak  ada lagi  yang mengatakan, “ Mereka bukan anak saya, kenapa harus ikut mengurusi mereka ?”  Karena kita  menyadari, bahwa ketika anak-anak kita berada di luar rumah, juga membutuhkan didikan mereka yang benar. Apabila kondisi ini berhasil diwujudkan, maka revolusi mental yang selama ini terus digaungkan bisa menjadi kenyataan.

Demikian pemikiran yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan kita  bersama, sehingga apa yang ingin digagas Pak Anis Baswedan ini  tidak hanya menjadi slogan semata.

Untuk admin, maaf bukannya saya tidak mau menyertakan dalam lomba. Tetapi ini “ketinggalan kereta”, sebab tahunya sudah 2 hari menjelang penutupan. Kalau boleh, titip saja untuk bisa disampaikan ke Pak Anis Baswedan. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun