Mohon tunggu...
Y ANISTYOWATIE
Y ANISTYOWATIE Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Berusaha menemukan solusi permasalahan bangsa, blog saya: www.anisjasmerah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Terobsesi dengan Negara Maju, Saat Ini Kesempatan Emas Indonesia Memperbaiki Diri

4 Maret 2016   15:52 Diperbarui: 21 November 2016   17:44 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan konsep pembangunan sebagaimana telah dijelaskan tersebut, mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan. Saya katakan mungkin, karena hal ini memang butuh gerakan bersama antar berbagai komponen bangsa. Kalau responnya lambat, maka perjalanannya juga akan lambat. Tetapi kalau responya cepat, maka prosesnya juga akan lebih cepat.

Daripada pertumbuhan ekonomi terlihat lebih tinggi, tetapi yang menikmati hasilnya justru bangsa lain. Kita bayar banyak utang, yang untung bangsa lain. Padahal mereka, dananya juga sama-sama berasal dari utang. Kita jual barang komoditas, berarti mengeksploitasi SDA, dan yang untung juga bangsa lain. Sementara rakyat Indonesia terkena getahnya, karena harus merasakan berkali-kali terjadinya bencana alam akibat dari kerusakan lingkungan tersebut. Kita obral investasi portofolio kepada asing, yang lebih untung juga bangsa lain. Mereka bisa keluar masuk seenaknya sehingga bisa membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi tidak stabil. Dimana ketidak-stabilan ini akan mengganggu perkembangan perekonomian negara kita dan membuat rakyat Indonesia akan sering menghadapi kenaikan harga barang-barang kebutuhan hidup. Lalu, buat apa pertumbuhan ekonomi terlihat lebih tinggi, kalau ternyata pertumbuhannya lebih banyak menyejahterakan bangsa lain, kalau pertumbuhannya menjadi sumber bencana bagi rakyat Indonesia, kalau pertumbuhannya hanya semu dan sewaktu-waktu bisa terperosok lagi ?

Karena itu, kalau Pak Jokowi benar-benar menghendaki bangsa Indonesia ini bisa sejahtera, seharusnya perbaikan itu diawali dari melakukan perubahan gaya hidup semua pejabat dan jajarannya, serta gaya hidup seluruh rakyat Indonesia. Baru kemudian melakukan pembangunan infrastruktur secara bertahap berdasarkan prioritasnya. Sehingga, nantinya antara kesejahteraan rakyat dan pembangunan infrastruktur itu bisa seiring sejalan. Bukan pembangunan infrastruktur yang menyenangkan mereka yang berkantong tebal, tetapi menyusahkan rakyat kecil.

Demikianlah, seharusnya bola salju pembangunan ini kita gerakkan secara perlahan-lahan tetapi pasti. Langkah awalnya, semua pihak memang harus berhemat dengan rupiah dan devisa yang dimilikinya, agar nilai tukar rupiah bisa semakin menguat. Bukan penguatan rupiah yang terjadi karena besarnya arus modal asing yang masuk sebagaimana yang diberitakan akhir-akhir ini. Juga pemerintah harus terus melakukan efisiensi di berbagai bidang, agar ruang fiskal dan cadangan devisanya semakin besar. Kalau semua ini berhasil dilaksanakan, maka nantinya pemerintah akan bisa membayar utangnya dengan cadangan devisa yang dimiliki, tanpa harus mencari-cari utangan baru lagi. Pemerintah juga bisa menambah alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur yang vital, dan bisa menambah anggaran untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Atau, kita akan tetap memilih untuk menjadi mesin ATM bangsa lain ?

Salam sejahtera untuk kita semua !

 

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_foreign-exchange_reserves
http://www.tradingeconomics.com/
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/02/14/njqux0-ini-postur-apbn-perubahan-2015
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=411
http://www.rri.co.id/post/berita/159945/ekonomi/fitra_apbn_p_2015_pemerintah_jokowi_jk_untungkan_investor_asing.html
http://news.liputan6.com/read/2215484/kpu-resmikan-pelaksanaan-pilkada-serentak-2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun