5. Pemerintah memilih rakyat ikut menanggung akibat pembengkakan utang tersebut, di mana rakyat ini harus merasakan akibat kenaikan harga BBM dan listrik berkali-kali, antara lain yang terjadi pada tahun 2013.
Kalau sampai saat ini Indonesia masih melakukan defisit anggaran, karena pemerintah masih bisa memberikan kompensasi yang menarik buat para pemberi utang tersebut. Apalagi sebenarnya negara kita memang sangat kaya dengan SDA dan merupakan pasar yang menggiurkan buat mereka. Hal ini berbeda dengan negara-negara maju yang sama-sama memiliki utang itu. Mereka punya utang banyak, tetapi juga punya banyak investasi di negara lain, termasuk Indonesia. Bahkan mereka juga memberi utang kepada negara kita. Apa yang bisa Anda renungkan tentang hal ini?
- Pihak asing bisa menguasai saham perbankan nasional sampai 99%
- Bisnis teknologi informasi dan komunikasi yang sangat strategis banyak dikuasai asing
- Ekspor bahan baku tetap diberikan kepada Freeport, padahal itu jelas-jelas melanggar UU Minerba
- Nama-nama perusahaan “pembakar lahan” di Sumatera dan Kalimantan batal diumumkan
- dll.
Oleh karena itu, ilustrasi dari tahun ke tahun tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat dan DSR yang menurun, tidaklah mengindikasikan bahwa itu menunjukkan telah terjadi perbaikan perekonomian negara kita dan perbaikan kesejahteraan rakyat. Karena pertumbuhan PDB yang meningkat itu, terjadi berkat adanya utang luar negeri. Di mana utang ini akan berimplikasi pada penurunan nilai tukar rupiah sehingga besarnya utang dan cicilannya akan bisa membengkak. Dan, pembengkakan utang itu tidak hanya terjadi pada utang yang baru saja, tetapi juga terhadap utang-utang yang lama. Inilah yang sangat memberatkan negara! Sebandingkah antara perkembangan jumlah utang dan cicilan utang yang terjadi, dengan pertumbuhan ekonomi beserta dampak lapangannya yang harus dirasakan oleh rakyat?
Anehnya, justru dampak lapangan ini tidak pernah ada dalam laporan IMF maupun laporan yang diarsipkan pemerintah. Karena itu kita harus mencarinya sendiri dengan cara "menggali kembali" berbagai peristiwa yang terjadi sepanjang pelaksanaan APBN tersebut. Dengan kata lain, bahwa data-data angka laporan ekonomi yang ada itu, bukan karena prediksinya yang tepat atau sesuai dengan "target", tetapi karena adanya pengendalian dan pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan oleh pemerintah. Kalau tidak, pasti DSR-nya akan melesat. Sayangnya, hal ini justru tidak masuk dasar pertimbangan Anda dalam membuat anjuran untuk tetap ber-utang tersebut!
Maaf, artinya anjuran Anda untuk terus ber-utang tanpa cemas akan gejolak global itu hanya didasarkan atas teori ekonomi “kaca mata kuda”. Menganggap bahwa utang negara itu hanya dibayar dengan bunga, sebagaimana lazimnya kalau kita pinjam uang di bank saja. Tak peduli untuk mempertahankan predikat kinerja APBN sesuai dengan "target" itu, maka rakyat kecillah yang menjadi korban. Mereka harus pontang-panting karena menanggung berbagai dampak ekonomi yang terjadi. Sampai-sampai banyak di antara mereka yang terpaksa mempertahankan hidup dengan melakukan tindak kejahatan, misalnya: mencuri, menipu, menjual makanan yang “beracun”, menjual narkoba, dll. Bahkan, pemerintah juga rela kehilangan harga diri dan kedaulatannya, demi devisa yang dikirimkan oleh para TKW dalam setiap tahunnya.
Jadi, kesimpulan Anda yang mengatakan bahwa defisit anggaran dan utang ternyata menyehatkan, hanya dengan berdasarkan data angka-angka semata, tanpa mengetahui faktor-faktor penyebab mengapa defisit anggaran dan DSR itu bisa relatif seperti yang diharapkan, menurut saya tidaklah bisa dibenarkan dan perlu dikaji ulang agar negara ini tidak terjebak pada permasalahan yang lebih dalam lagi. Semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan kita semua!
Berikut ini, bukti pendukung tentang berbagai kebijakan yang telah dilakukan pemerintah:
- Megawati dulu menolak penjualan Indosat
- AS setujui penjadwalan utang
- Jepang setujui penjadwalan utang
- Bea keluar tambang untuk cegah eksploitasi
- Eksportir batubara terbesar
- Potong anggaran 2013
- Potong anggaran 2014
- BBM naik 2013
- Listrik naik 2013
- Saham asing di perbankan nasional sampai 99%
- Bisnis TIK dikuasai asing
- Freeport tetap ekspor mineral mentah
- Pembatalan pengumuman perusahaan pembakar hutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H