Permasalahan yang Belum Tersentuh
1. Pemerintahan yang mandiri dan berkeadilan
2. Kesejahteraan yang berkeadilan
3. Mengoptimalkan program Keluarga Berencana
4. Promosi produk-produk Indonesia dalam kunjungan ke luar negeri
5. Mengoptimalkan peranan duta besar untuk promosi produk-produk Indonesia
6. Migas yang habis kontrak selain Blok Mahakam (2017 dan 2018 jumlahnya ada 11)
7. Kemerosotan moral dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa
8. Merebaknya pornografi di berbagai media
9. Maraknya makanan yang mengandung racun
10. Tindak kejahatan secara umum ( di angkutan umum, perumahan, di jalanan)
11. Kekompakan anak bangsa yang masih terkoyak
12. Membangun semangat nasionalisme tidak dengan cara militer
13. Mengevaluasi acara televisi dan biaya iklan di media massa terutama TV
14. Melakukan persiapan menghadapi MEA
15. Mengembangkan industri hilir
16. Mengurangi beasiswa pendidikan ke luar begeri
17. Menggalakkan investasi dalam negeri
Catatan:
Mungkin masih ada kebijakan yang terlewatkan sehingga belum teranalisis, untuk itu mohon dimaklumi. Namun secara garis besar , data-data yang ada sudah bisa dijadikan bahan evaluasi.
Dengan memperbandingkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tepat , tidak tepat, dan belum tersentuh, serta mempertimbangkan kelebihan karakter Pak Jokowi dan sulitnya mencari sosok pemimpin bangsa yang sejati di negara ini, maka Pak Jokowi masih diperlukan untuk memimpin bangsa Indonesia. Namun juga harus ada “teguran keras” agar Pak Jokowi mau mengoreksi kebijakan-kebijakan yang salah tersebut.
Karena beberapa kebijakan yang salah itu sifatnya sangat mendasar, misalnya: BBM, kesejahteraan, dan investasi asing. Ibarat bangunan, kesalahannya terjadi pada pondasinya. Sehingga sewaktu-waktu hal-hal yang sudah baik ini bisa rusak kembali.
Seharusnya yang berwenang memberikan “teguran keras” itu adalah DPR, tetapi DPR-nya dari terpilih hingga sekarang hanya sibuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Apa boleh buat, jadinya para intelektual dan para mahasiswalah yang harus berperan. Tetapi kalau para intelektual dan para mahasiswanya juga sibuk memperjuangkan nasibnya sendiri-sendiri, berarti kita semualah yang sedang menghancurkan negeri ini. Jangan menuduh pihak lain !
Artikel lain:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H