Tulisan ini penulis buat dari penglihatan serta pengalaman di RT dan RW tempat tinggal penulis pada Kotamadya Surabaya. Dari fakta di sebauh RT tempat tinggal ini, penulis mencoba membaca sikap dan perilaku Elit Politik secara umum. Penulis mempunyai keyakinan bahwa perilaku elit-elit politik di Indonesia pada saat ini tidak jauh berbeda dari perilaku atau sikap elit politik di RT tempat tinggal penulis. Sebagai diskripsi kasar kelurahan penulis akan dipaparkan dengan pertimbangan pembaca dapat menyimpulkan keadaan dimana penulis mendapat pengalaman tersebut. Atau Minimal pembaca dapat menduga bahwa warga RT penulis sering berinteraksi dengan orang-orang terdidik. Jika dibandingkan dengan daerah pedalaman yang jauh dengan lambaga pendidikan tinggi maka warganya jarang berinteraksi dengan orang-orang terdidik. Secara alamiah orang terdidik lebih rasional dan tidak mudah ditipu orang.
Kelurahan penulis terletak di wilayah Surabaya timur sebelah Utara dilewati jalan Kembar ( Jalan Raya Kenjeran ) dan tengah dilewati jalan kembar Midle East Ring Road (MERR). Di Kelurahan tersebut terdapat Universitas Widya Mandala, sebelah selatanKelurahan sekitar 650 meter terdapat Kampus C Unair ( fakultas eksakta dan kantor Pusat Unair), Sebelah timur 400 meter terdapat Universitas Widya Kartika, Tenggara kurang lebih 295 meter terdapat Kampus Universitas Muhamadiyah Surabaya dan jarak dari Kelurahan ke kampus ITS sekitar 987 meter. Inilah deskripsi global secara geografis Kelurahan tempat tinggal penulis. Dimana kelurahan ini boleh dikatakan diapit oleh Perguruan tinggi,yang memungkinkan warganya dapat saling bertemu dengan masyarakat ilmiah.
Pada posisi dekat dengan pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan, di RT penulis terjadi pendidikan politik yang dilakukankan oleh salah satu kandidat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya (saat ini masih menjadi DPRD dan nanti akan mencalonkan lagi) dengan cara yang tidak mendidik dan cenderung menafikan pendidikan politik. Pada sekitar akhir bulan Oktober lalu dan pertengahan Nopember ini ( sudah dua kali) ada salah satu anggota DPRD Kota Surabaya Dari Partai Politik Tertentu ( yang pada saat ini jumlah kursinya di dewan terbanyak) mengumpulkan warga RT Penulis. Hampir semua warga yang diundang datang di suatu tempat yang telah ditentukan. Termasuk anggota keluarga penulis datang juga.
Agenda acara dibungkus dengan “sosialisasi” pembangunan RT dan RW kelurahan penulis. Akan tetapi pada kenyataannya salah satu tokoh elit lokal Partai Politik tertentu Surabaya ( Tuan X) memberitahukan akan “menyumbang”PAVING BLOK SEBESAR/SEPANJANG 600 METER DI JALAN RT INI. Lebar jalan RT 3 meter. Warga juga senang mendapat bantuan dari tuan X tersaebut. Dan apa yang telah dijanjikan oleh tuan X sebagian sudah dilaksanakan.
Dalam rentetan acara itu juga Tuan X mengajak pada warga bahwa warga RT penulis nanti pada Pemilu tahun 2014 harus memilih partai dan calon DPR yang memperhatikan dan memperjuangkan nasib warga RT penulis secara langsung. Apabila tuan X nanti jadi lagi anggota DPRD Surabaya maka tuan X akan lebih memperhatikan dan memperjuangkan nasib warga RT. Dan seterusnya pada prinsipnya mengajak warga memilih pada partai tertentu dan calon tertentu.
Suami penulis juga salah satu pengurus RT dan RW. Dari sepengetahuan suami penulis bahwa tuan X masuk RT penulis masih bulan Oktober dan akhir-akhir ini menjelang pemilu 2014. Sebelumnya di RT penulis ada anggota DPRD namanya “Abah X” dari Partai PDIP yang sejak 2009 “berjuang” dan mendampingi RT penulis. Pada Tahun 2011 Abah X meninggal dunia dan akhirnya ada Tuan Xmasuk menemui warga RT dimana dia adalah berasal dari Partai Penguasa saat ini.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah benarkah uang Paving Blok ini milik pribadi tuan X ?. Setelah ditelusuri ke Pemkot bahwa ada persamaan program antara Pemkot dengan program Tuan X di RT Penulis. Yang kedua benarkah nanti setelah tuan X jadi DPRD Surabaya, dia tetap memperjuangkan nasib warga RT ini ?. Sebagai suatu kenyataan para elit politik surabaya turun ke RT dan RW hanya menjelang pemilu. Pertanyaan ketiga, benarkah tuan X memberi bantuan pada warga RT atau hanya membonceng bentuk program lainnya ? Tentunya untukmenjawab pertanyaan tersebut perlu disertai penelitian dan menemukan alat bukti yang sah dan meyakinkan baru dapat menjawab secara benar.
Secara nasional penulis merasakan elit politik nasional atau elit politik daerah berbondong-bondong turun ke warga RT dan RW menjelang pemilu saja. Tidak terkecuali pada RT penulis tidak pernah dikunjungi atau diperhatikan oleh tokoh partai politk saat selesai pemilu hingga akan pelaksanaan pemilu lagi. Yang dalam bahasa sederhana dapat dikatakan para tokoh datang pada warga hanya menjelang pemilu dan minta dukungan suara. Alangkah eloknya jika para elit lokal atau elit nasional secara berkala mengunjungi warga untuk memberi pencerahan politik dan mendidik warga agar warga melek politik. Akan tetapi yang terjadi pada saat ini elit partai politik mendatangi warga hanya menjelang pemilu saja dan hanya meminta warga untuk memilihnya. Sehingga pendidikan politik tidak pernah dilakukan oleh elit lokal atau elit nasional. Yang pada gilirannya warga tetap awam terhadap politik. Warga hanya diperalat agar memilih calon dan partai politik tertentu saja.
anis@anisfarida.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H